Taru Martani Siap Menyerap Kopi dari Petani Sleman

Perwakilan petani Sleman menyuarakan harapan adanya pendampingan pemerintah hingga ke hilir, terutama dalam hal pemasaran, agar kesejahteraan mereka dapat terangkat.

Taru Martani Siap Menyerap Kopi dari Petani Sleman
Gubernur DIY Sri Sultan HB X melihat fasilitas ruang penjemur biji kopi di lereng Merapi Sleman. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengingatkan, agar petani kopi di lereng Merapi terus meningkatkan soliditas dan mendorong pemasaran. Upaya ini, antara lain bisa didorong dengan terus mengembangkan jejaring.

Gubernur menyampaikan hal ini, saat panen perdana kopi di lereng Gunung Merapi pada Minggu (15/6/2025) sore. Petani dan pemangku kepentingan, berharap ke depan pertanian kopi di lereng Merapi bisa terus berkembang, dan saling mentaut dengan jaringan pemasaran yang luas dan baik.

Acara yang digelar di Dusun Ploso Kerep, Umbulharjo, Cangkringan ini merupakan buah dari inisiatif Sri Sultan tiga tahun lalu. Di tengah euforia, Bupati Sleman Harda Kiswaya dan perwakilan petani, Sarmin, menyuarakan harapan yang sama yakni adanya pendampingan pemerintah hingga ke hilir, terutama dalam hal pemasaran, agar kesejahteraan mereka dapat terangkat.

Kekhawatiran tersebut langsung dijawab pihak swasta. Terkait pemasaran hasil panen kopi lereng Merapi, Direktur Utama PT Taru Martani, Widayat Joko Priyanto menyatakan, Taru Martani siap menyerap hasil panen kopi lereng merapi.

Widayat menjekaskan, sebagai BUMD milik Pemda DIY yang bergerak di bidang pangan dan pertanian, Taru Martani berkomitmen untuk mendukung program Pemda DIY.

"Kami memiliki turunan usaha yaitu caffe dan resto dimana di dalamnya ada menu kopi. Jadi memang ini relevan," tuturnya

Widayat berharap dengan kolaborasi pemerintah pusat, pemerintah DIY dan pemkab Sleman, serta stakeholder dan masyarakat, Kopi Lereng merapi menjadi komoditas unggulan baru dari DIY.

"Taru Martani siap mendukung. Kami akan menyerap hasil panen dan membantu pemasarannya. Prinsipnya kami sebagai BUMD berkomitmen memberikan manfaat kepada masyarakat DIY," tutupnya. 

Sri Sultan Hamengku Buwono X, sang inisiator, tidak hanya hadir sebagai tamu kehormatan. Sultan memaparkan sebuah cetak biru strategis untuk memastikan keberlanjutan industri kopi Merapi. Sultan menekankan empat pilar utama, yakni infrastruktur pengairan dengan mendesak pembangunan embung (waduk kecil) dengan semangat gotong-royong untuk menjamin ketersediaan air.

Kemudian menekankan pentingnya branding terpadu dengan mendorong agar produksi kopi dikonsolidasikan dalam satu nama produk untuk menghindari persaingan harga dan membangun identitas yang kuat.

“Yang tidak kalah penting, bapak bapak dan ibu juga harus bisa menjadi konsistensi kualitas dan produksi. Mengingatkan agar kualitas dan kuantitas produksi tetap terjaga untuk memenuhi permintaan pasar yang besar di masa depan. Jangan sampai pasar mulai merespon, justru produksi yang kemudian tidak siap,” ujar Sultan.

Sultan juga mendorong pembangunan jaringan pemasaran yang kuat. Untuk itu, Gubernur mengapresiasi semua pihak yang berkontribusi untuk membantu pemasaran kopi Sleman, termasuk peran BUMD seperti Taru Martani sebagai offtaker.

Dirjen Perkebunan Kementan, Heru Widarto, memuji kepedulian Sultan terhadap kopi dan berkomitmen untuk membantu pengembangan lebih lanjut, termasuk dengan memberikan bantuan 20 ribu bibit kopi. Di sisi lain, Pemkab Sleman juga berencana memperluas lahan perkebunan kopi dari 300 hektar dengan menambah 170 ribu tanaman baru.

Panen perdana bertajuk “Kopi Sleman Berkualitas untuk Negeri” ini pun menjadi simbol sinergi yang sempurna. Dengan visi strategis dari Sri Sultan, dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah, serta jaminan pasar dari BUMD, para petani kopi di lereng Merapi kini tidak lagi berjalan sendiri. Mereka adalah bagian dari sebuah ekosistem baru yang dirancang untuk tumbuh bersama, menjadikan kopi Merapi sebagai komoditas unggulan baru dari Yogyakarta yang siap menyejahterakan warganya. (*)