Sukses di Istana Negara, Anggrek Astuti Jogja Tebar Pesona di Beteng Vredeburg
Membawa anggrek ke kawasan Titik 0 kilometer di Yogyakarta, adalah bagian dari upaya membangun awareness dan pendekatan multi-lapisan terhadap anggrek
KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Sukses di Gedung Agung atau Istana Negara Yogyakarta, Anggrek Astuti Jogja-wadah kreativitas pemberdayaan anggrek yang terletak di kaki Gunung Merapi Yogyakarta- giliran memajang koleksi-koleksinya di Beteng Vredeburg Yogyakarta.
Meramaikan pameran seni instalasi dan mengisi stand pameran komunitas di acara Vredeburg Fair 10 pada 4-29 September 2024, Anggrek Astuti mendisplay jenis-jenis anggrek terbaiknya. Di salah satu tempat bersejarah ini, komunitas mendisplai ratusan koleksi anggreknya.
Hananda Hutami Putri selaku pemrakarsa mengungkapkan, semangatnya untuk membawa anggrek ke kawasan Titik 0 kilometer di Yogyakarta, adalah bagian dari upaya membangun awareness dan pendekatan multi-lapisan terhadap anggrek.
Melalui kegiatan-kegiatan ini, ia ingin menyajikan anggrek sebagai karya seni, memberikan edukasi tentang perawatan anggrek dan kemudian menanamkan rasa kebanggaan atas anggrek yang menjadi salah satu asset bangsa.
“Titik berat kami Anggrek Astuti Jogja adalah memperlakukan anggrek menjadi tidak hanya sekadar komoditas perdagangan dan pertanian, melainkan kebanggaan nasional. Caranya dengan menyematkan nilai nasionalis, kultural, artistik, dan estetik pada komoditi ini,” kata Nanda, Sabtu (14/9/2024).
Menumbuhkan Apresiasi
Rangkaian kegiatan pameran, kata Nanda, akan terus didorong dirinya bersama rekan-rekan sesama pecinta anggrek. Melalui berbagai bentuk kegiatan pameran dan juga workshop, mereka ingin terus mendidik dan menginspirasi rasa bangga terhadap posisi Indonesia yang kaya dengan sumber daya termasuk anggrek.
“Tapi sekaligus kita punya tanggung jawab untuk melestarikan dan merayakan keanekaragaman spesies anggrek yang tumbuh subur di sini. Melalui misi ini, kami berharap dapat memperkuat hubungan kita dengan alam dan menyoroti kontribusi luar biasa Indonesia bagi dunia botani global,” lanjutnya.
Para penganggrek sedang mendisplai koleksi mereka untuk dipamerkan di Gedung Agung dan Beteng Vredeburg. Pameran di Beteng Vredeburg masih berlangsung hingga 29 September 2024. (istimewa)
Melalui berbagai bentuk kegiatan ini pula, para penganggrek berharap bisa menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap anggrek, simbol kekayaan alam Indonesia sebagai negara kedua terbesar dalam keanekaragaman hayati anggrek. Nanda melihat, Indonesia diberkahi dengan beragam jenis tanaman yang luar biasa indah.
“Publik belum banyak yang tahu lho, anggrek kita sangat kaya. Bahkan anggrek import sebagian besar punya unsur dari anggrek kita. Taiwan dan Thailand unggul di industry. Dan mereka snagat mudah mengekspor, beda dengan kita. Untuk mengekspor sangat susah,” katanya.
Pameran di Beteng Vredeburg berlangsung 4 September hingga 29 September. Di lokasi, masyarakat atau pengunjung dapat melihat berbagai jenis anggrek yang disiplay dengan apik. Begitu cantik, hingga pihak security pun, kata Nanda nyaris tidak tahu kalau anggrek yang dipajang adalah asli.
“Pas orang kita malam-malam nyirami, mereka tanya ini anggrek beneran?. Tak kira bunga plastik,” kata Nanda terkekeh.
Salah satu penganggrek di lereng Merapi Firmansyah Jauhari mengatakan, kekayaan anggrek di Indonesia sebenarnya jauh lebih unggul ketimbang anggrek Taiwan dan Thailand yang lebih dikenal di dunia. Hal ini tak lepas dari kebijakan pemerintah yang sulit memberikan izin ekspor anggrek dari Indonesia.
Ini berbeda dengan Taiwan dan Thailand yang membuka kran ekspor anggrek mereka ke hampir seluruh dunia. Hal ini, akhirnya memicu perkembangan industri anggrek di sana.
“Itu memang kondisi yang terjadi saat ini. Masih perlu perjuangan untuk terus mendorong perkembangan anggrek kita, agar setidaknya berjaya di negeri sendiri dulu. Syukur akhirnya bisa meluas bersaing dengan Taiwan dan Thailand,” imbuhnya. (*)