Startup Harus Mampu Beradaptasi dengan Pandemi

Startup Harus Mampu Beradaptasi dengan Pandemi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 memberikan dampak beragam bagi perusahaan rintisan atau startup maupun Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Di satu sisi, sejumlah pelaku usaha mengalami dampak negatif, seperti menurunnya transaksi hingga tutupnya layanan, dan sebagian lagi mengalami dampak positif.

Namun di sisi lain permintaan atau transaksi dan jangkauan konsumen justru semakin melonjak dan meluas. Hal ini mendorong perusahaan rintisan mampu beradaptasi dengan situasi seiring perubahan perilaku masyarakat.

Para pelaku usaha kemudian memiliki berbagai strategi untuk bertahan dan mengembangkan layanannya, termasuk mentaati protokol kesehatan (prokes) di masa pandemi.

“Langkah ini kemudian tidak lepas dari peran Perusahaan Modal Ventura (PMV) sebagai sumber pembiayaan alternatif untuk mendukung kelangsungan dan rencana bisnis perusahaan rintisan,” ungkap Jefri R Sirait, Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) dalam diskusi media virtual Mengupas Tren dan Dinamika Pendanaan Startup 2020, Senin (2/11/2020).

Hingga kuarter ketiga tahun 2020, tercatat ada 52 transaksi pendanaan yang dilakukan PMV untuk startup, dengan jumlah pendanaan mencapai $ 1.920.900.000. Pendanaan ini disalurkan kepada startup dari berbagai sektor, dengan tiga sektor terbanyak yaitu Fintech (6 transaksi pendanaan), Edutech (6 transaksi pendanaan), dan SaaS (6 Transaksi Pendanaan).

Ke depan, industri yang diperkirakan akan meningkat dalam segi pendanaan adalah sektor terkait digitalisasi UMKM dan supply chain, social commerce dan food-tech (startup terkait pangan).

“Dalam memberikan pendanaan kepada startup, setidaknya ada empat poin yang menjadi pertimbangan PMV, yaitu potensi pertumbuhan pasar, kemampuan beradaptasi, kualitas founders serta model bisnis yang jelas dan penggunaan dana yang efisien,” paparnya.

Menurut Jefri, startup turut berperan dalam pemulihan ekonomi nasional lewat kolaborasi dengan program pemerintah. Seperti layanan startup agritech yang membantu menyalurkan pembiayaan dari pemerintah untuk petani, dan kolaborasi antar startup penyedia digital signature dan digital identity dengan lembaga perbankan untuk kemudahan proses restrukturisasi kredit.

Pendanaan dari PMV tidak hanya diperlukan untuk sektor-sektor yang potensi pertumbuhannya sedang tinggi saja. Namun juga dibutuhkan untuk investasi upstream dari sektor usaha non-conglomerate seperti pertanian, peternakan, sehingga mereka juga dapat menciptakan inovasi.

Kolaborasi yang senantiasa berjalan antara PMV dan startup di masa-masa krisis ini menandakan optimisme dan kepercayaan PMV terhadap potensi pertumbuhan pelaku startup nasional.

AMVESINDO memandang, perusahaan tersebut mampu menunjukkan kemampuannya mengubah lanskap industri new normal memberikan nilai tambah, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan dan konsumen.

“Kami berharap masa-masa pandemi dapat menjadi momentum dalam membangun sinergi antar PMV dan startup yang lebih solid, dalam rangka mendukung pertumbuhan industri dan pemulihan ekonomi nasional,” paparnya. (*)