Srikandi Daop 6 Menerjang Tradisi, Menjadi Masinis KA Non Listrik Perempuan Pertama 

Ajeng jadi satu dari tiga calon masinis perempuan di Indonesia.

Srikandi Daop 6 Menerjang Tradisi, Menjadi Masinis KA Non Listrik Perempuan Pertama 
Ajeng Elsantika. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id) 
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Di tengah dominasi kaum pria, 3 Srikandi di Daop 6 Yogyakarta mendobrak tradisi dan berjuang menjadi masinis kereta api (KA) jarak jauh. Ajeng Elsantika Purnawati, Siti Afioni, dan Dheamorita, kini berstatus asisten masinis di Daop 6 Yogyakarta, menempuh 2000 jam perjalanan untuk meraih cita-cita mereka.

Ajeng Elsantika (22) menarik perhatian karena sama sekali tidak tahu tentang kereta api saat mendaftar. Ketertarikannya muncul setelah menjalani pelatihan, tertantang dengan tanggung jawab besar mengemudikan kereta api.

"Menemani masinis membawa banyak penumpang, tanggung jawabnya luar biasa besar. Tantangan itu yang saya sukai. Saya nikmati meski asisten masinis perempuan untuk kereta jarak jauh hanya tiga orang," ungkap Ajeng saat ditemui pada Senin (19/2/2024) di Stasiun Lempuyangan.

Sejak Februari 2022, perempuan asli Lamongan ini telah menjalani serangkaian tes, pelatihan, dan ujian untuk mendampingi masinis mengemudikan kereta jarak jauh. Ajeng menjadi Srikandi pertama yang menjadi masinis kereta non listrik di PT KAI Daop 6 Yogyakarta.

"Saat ini kira-kira masih 200 jam perjalanan. Masih cukup jauh menuju 2000 jam untuk bisa menjadi masinis. Tapi saya menikmati sekali," kata Ajeng.
Sempat Diragukan

Awalnya diragukan orang tua, tekad Ajeng bulat untuk menjadi masinis. Kini, dia bertugas di Daop 6 Yogyakarta, mendampingi masinis ke Cirebon, Purwokerto, Banjar, Madiun, dan Surabaya. Tak hanya kereta penumpang, dia pun mengemudikan kereta barang dan BBM.

Menjadi satu-satunya perempuan di antara 130 masinis laki-laki di Daop 6 Yogyakarta, Ajeng sempat kesulitan menyesuaikan diri. Namun, dia mampu membuktikan kemampuannya dan mendapatkan respek.

"Awalnya saya pendiam karena semua laki-laki, tapi lama-lama terbiasa dan saling menghormati. Sangat bangga bisa jadi asisten masinis, semoga bisa sampai 2000 jam, pendidikan dan praktek sampai jadi masinis," lanjut perempuan yang juga aktif pecinta alam ini.

Kisah Ajeng dan dua rekannya, Siti Afioni dan Dheamorita, tak kalah inspiratif. Siti Afioni, 23 tahun, berasal dari Kulon Progo. Ia terinspirasi dari sang ayah yang merupakan pensiunan masinis. Sementara Dheamorita, 24 tahun, berasal dari Sleman. Ia tertantang dengan profesi yang penuh tanggung jawab dan menguji adrenalin ini.

Ketiga srikandi ini tak hanya berjuang untuk diri sendiri, tapi juga untuk membuka jalan bagi perempuan lain yang ingin menjadi masinis KA jarak jauh.

"Semoga bisa menginspirasi, menyemangati adik-adik di bawah saya, terutama yang perempuan bahwa kita bisa. Saat ini fokus dulu menjalani pekerjaan, semoga saya bersama dua teman perempuan lainnya bisa sukses sampai menjadi masinis dan menginspirasi," pungkas Ajeng.(*)