Sejumlah Seniman Gelar Pameran untuk Melawan Gaya Hidup Perkotaan

Condongcatur yang dahulu dikenal dengan potensi alam kini mengalami transformasi lahan.

Sejumlah Seniman Gelar Pameran untuk Melawan Gaya Hidup Perkotaan
Salah satu kegiatan kesenian yang pernah digelar di Dyan Art Studio. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Di tengah hiruk-pikuk kehidupan urban yang semakin mengejar gaya hidup perkotaan, sekelompok perupa memilih melepaskan diri dari kepungan kehidupan modern melalui seni rupa. Mereka menggelar pameran bertajuk Kepung di Rumah DAS (Dyan Art Studio), sebuah ruang alternatif di Kalurahan Condongcatur Sleman.

Pameran yang digelar untuk merespons momentum Bulan Menggambar Nasional ini diharapkan menjadi pemantik sekaligus pemikiran kritis bagi para perupa merespons situasi, kondisi dan keresahan setiap insan kreatif.

“Kita sedang dikepung situasi yang kompleks, tetapi dari sinilah kita memiliki daya untuk mengepung situasi problematis tersebut lewat berkarya seni rupa," ungkap Karen Hardini, Kurator Pameran, Sabtu (18/5/2024).

Dia mengakui, pergeseran sosial-budaya-ekologi yang terjadi di wilayah Condongcatur akibat urbanisasi menjadi salah satu sorotan pameran. Condongcatur yang dahulu dikenal dengan potensi alam dan pertaniannya kini mengalami transformasi lahan untuk permukiman perkotaan dan konsumerisme yang tinggi.

Ditampilkan karya dari 30 perupa di antaranya Andi Acoh Mallaena, Andi Firda, Anne Khaer, Anggar Prasetyo, Astuti Kusuma, Dwi Winarsih, Diah Yulianti S, Dona Prawita Aristuta, Dyan Anggraini, Edo Pop, Endang Lestari, Febritayustiani, Ika Ria Ernawati, Indira Bunyamin, Kustiyah, Klowor Waldiyono dan Nunung WS.

Peserta dan tamu undangan pameran Kepung di Rumah DAS (Dyan Art Studio). (istimewa)

Selain itu, ada pula Kartika Affandi, Lucia Hartini, Lully Tutus, Mellaa Jarsma, Nabila Rahma, Noni Rinjani, Retno Aris, Laretna Adishakti, Suwarno Wisetrotomo, Tegar S, Theresia Sitompul, Tina Wahyuningsih dan Tumari.

Mereka mengusung karya dengan gagasan kritis dan visual dari medium yang beragam serta latar belakang aktivitas yang berbeda pula.

Selain para perupa tersebut, pameran ini juga mengundang perupa lain untuk turut memeriahkan momentum Bulan Menggambar dengan perspektif individu masing-masing.

Aktivitas serempak ini, menurut Media Relasi Pameran Kepung, Dinar Zacky, adalah upaya insan seni untuk “mengepung” situasi dan penonton dengan karya seni, dengan daya seni.

"Dalam perayaan ini tradisi kepungan juga diangkat, yakni kegiatan makan bersama dengan posisi melingkar yang mencerminkan budaya dan menguatkan ikatan sosial masyarakat," tambahnya.

Dengan demikian, pameran Kepung menjadi momen penting bagi para perupa dalam membebaskan diri dari "kepungan" kehidupan modern melalui seni rupa sekaligus merefleksikan pergeseran sosial-budaya yang terjadi di wilayah sekitarnya. Sebuah upaya untuk menemukan kembali makna seni di tengah hiruk-pikuk kehidupan urban. (*)