Sebagian Warga Gunungkidul Sholat Ied Kamis 20 April

Sebagian Warga Gunungkidul Sholat Ied Kamis 20 April
  Ratusan Jamaah Masjid Aolia yang berada di Kalurahan Giriharjo, Kapanewon Panggang Gunungkidul  menggelar sholat Idul Fitri, Kamis (20/4/2023) pagi. (Sutaryono/ koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL--Sebagian umat Islam di Gunungkidul, utamanya warga Kalurahan Giriharjo Kapanewon Panggang, sudah melakukan sholat Ied, Kamis (20/4/2023). Ini lantaran berdasarkan hitungan kalender mereka yang menetapkan 1 Syawal pada 20 April 2023.

Sejak kemarin takbir telah berkumandang di masjid di daerah mereka. Kemudian Kamis pagi, jamaah melaksanakan sholat Idul Fitri di Halaman Masjid Aolia. Gema takbir terus dilantunkan oleh ratusan jamaah yang datang ke masjid ini. Petugas kepolisian dan organisasi masyarakat nampak melakukan pengamanan di sekitar masjid.

Pengasuh Jamaah Masjid Aolia, Raden Ibnu Hajar Sholeh mengatakan, keputusan perayaan hari raya ini berdasarkan hitungan kalender mereka. Di mana awal Ramadhan kemarin juga jatuh lebih awal, yakni 1 hari sebelum jamaah lainnya menjalankan ibadah puasa. Kemudian perayaan  lebaran juga berbeda, sesuai dengan hitungan mereka 1 syawal jatuh pada 20 April 2023.

Meski terdapat perbedaan dengan ketetapan pemerintah maupun lainnya, namun demikian tetap mendapatkan sambutan positif. Masyarakat sekitar juga begitu antusias menyambut lebaran meski di tengah perbedaan.

“Meski ada perbedaan saya harapkan semua umat Islam menghormati perbedaan yang ada dan tetap fokus untuk kerukunan umat beragama,” kata  Raden Ibnu Hajar Sholeh.

Usai Sholat Ied, jamaah melanjutkan dengan halal bil halal di halaman masjid. Setelah selesai mereka kembali ke rumah masing-masing untuk berlebaran bersama dengan sanak saudara.

Sholat ied lebih awal ini juga digelar di sejumlah masjid lainnya. Di antaranya Masjid Aolia Temuireng 1 di Kalurahan Girisuko, Masjid Aolia Panggang 3, Masjid Almaunah di Padukuhan Banyumeneng 1 dan Masjid Albarokah di Padukuhan Banyumeneng 2 di Kalurahan Giriharjo. Kemudian di Padukuhan  Warak dan Jeruken Kalurahan Girisekar Kapanewon Panggang.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Gunungkidul, Sya’ban Nuroni mengatakan, perayaan Idul Fitri memang memiliki potensi perbedaan perayaannya. Kendati demikian ini bukan menjadi sesuatu yang harus dipersoalkan. Yang terpenting masyarakat bisa saling menghormati sehingga persatuan dan kesatuan tetap terjaga.

Perbedaan yang terjadi terjadi dikarenakan belum ada kesepakatan bersama berkaitan dengan metode penghitungan dalam penanggalan. Oleh karenanya, pada saat ada perbedaan menjadi hal yang wajar karena setiap organisasi memiliki cara tersendiri dalam penghitungan.

“Kami berharap saling menghormati perbedaan yang ada dan sebisa mungkin akan memberikan fasilitas pelayanan yang terbaik,” ucap Sya’ban Nuroni. (*)