Sayembara Puisi Nasional dalam Festival Sastra Yogyakarta Diikuti 1236 Peserta

Selain mengekspos Kotabaru dari segala sisinya, FSY 2023 juga melibatkan beberapa mitra untuk berkolaborasi. Di antaranya, Palmerah Yuk! dari Kompas Gramedia, FIB UGM dengan keterlibatan dosen, mahasiswa, dan alumninya. FSY 2023 juga menginisiasi Jaring Festival Sastra Nusantara yang merupakan wadah kolaborasi antar-sesama penyelenggara festival sastra/literasi se-Indonesia. Forum ini beranggotakan 13 festival sastra/literasi dari Sumatera sampai ke Nusa Tenggara Timur. Salah satu agenda program yang melibatkan JFSN adalah webinar yang akan mengangkat isu penyelenggaraan festival dan kehidupan literasi di Nusantara.

Sayembara Puisi Nasional dalam Festival Sastra Yogyakarta Diikuti 1236 Peserta
Pelajar SMA Yogyakarta saat tampil dalam event FSY 2023 di Kota Baru, Jumat (20/10/2023). (Istimewa).

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Festival Sastra Yogyakarta kembali digelar pada tahun 2023. Melanjutkan gelaran FSY pertama kali tahun 2022, FSY tahun ini memilih tema “Sila” dan akan digelar di Kawasan Kotabaru, bertepatan dengan Bulan Bahasa di bulan Oktober ini.

Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti Jumat, (20/10/2023) di ruang kerjanya mengungkapkan, Yogyakarta sebagai kota yang dalam sejarahnya berulang kali mengalami berbagai peristiwa sastra, dianggap sebagai salah satu kiblat sastra di Indonesia. Pada tahun 2022, Festival Sastra Yogyakarta dengan tema Mulih berhasil menghadirkan kembali berbagai perayaan sastra pasca pandemi, sekaligus memulangkan kembali semangat dan geliat sastra di Yogyakarta sebagai rumah sastra di Indonesia.

FSY 2023 melanjutkan festival pada tahun sebelumnya, yakni sebagai ruang pertemuan antar-warga sastra di Kota Yogyakarta. Sastrawan, pengarang, penulis, penikmat, media, warga, penjaja buku sastra, illustrator sastra, situs dan artefak sastra. Mereka adalah ekosistem yang kembali disasar untuk berkolaborasi dalam festival ini,”ungkap Yetti Martanti.

Dia menjelaskan, pada tahun 2023 FSY mengusung tema Sila sebagai kesinambungan tema Mulih pada tahun sebelumnya. Sila mempunyai beragam pemaknaan. Dalam FSY 2023 Sila dimaknai sebagai duduk bersila, kontemplatif, mendengar dan melihat kedalaman, dengan harapan setelah Mulih, FSY 2023 mampu membaca ke dalam diri, untuk kemudian merefleksikan ke dalam bentuk-bentuk program dalam merayakan pertemuan sastra di Yogyakarta,”jelasnya.

Yetti menerangkan bahwa salah satu gebrakan yang dilakukan FSY 2023 adalah “menghidupkan kembali” sayembara puisi yang pernah marak di kota Yogyakarta. Sayembara Puisi Nasional merupakan program baru di FSY yang ternyata di luar dugaan diikuti banyak peserta. Data yang dihimpun dari akun instagram resmi @festivalsastrayk, menunjukkan total terdapat lebih dari 3700 karya puisi dari 1236 orang partisipan yang mendaftarkan karyanya.

“Hal itu menunjukkan animo dan antusiasme yang besar dari masyarakat pecinta sastra di seluruh Indonesia, dari berbagai generasi. Dan ini di luar ekspektasi kami mendapat jumlah peserta sebanyak itu,” terang Yetti Martanti.

Yetti Martanti menambahkan, sebagai dewan juri ditunjuk Joko Pinurbo, Ramayda Akmal dan Ni Made Purnamasari. Mereka, kata Yetti, juga mengatakan bahwa jumlah peserta SPN itu termasuk sangat tinggi untuk kompetisi puisi di Indonesia. Pengumuman pemenang SPN akan digelar pada malam puncak penutupan FSY tanggal (28/10/2023) di kawasan Kotabaru.

Paksi Raras Alit sebagai ketua tim kreatif yang menggarap FSY, mengatakan bahwa pada tahun ke-2 ini, FSY semakin berkembang bentuknya dari segi jumlah program, mitra kolaborasi, dan keterlibatan masyarakat. Dalam penyelenggaraan FSY tahun ini, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta berkolaborasi dengan Balai Bahasa Yogyakarta di mana sebagian besar venue akan terpusat di Balai Bahasa Yogyakarta di Kotabaru. Selain itu, FSY kerja sama dengan sekolah-sekolah di kawasan Kota Baru (SMA 3, SMP, 5, Stella Duce I, UKDW) untuk menggelar program Radio Sastra. Radio Sonora, Kafe-kafe di Kotabaru, juga menjadi tempat pagelaran program FSY 2023.

“Kotabaru ini kawasan yang sangat menarik, dan bisa dibaca sekaligus dimaknai dari berbagai macam lensa. Dari sudut pandang literasi, di Kotabaru bertebaran perpustakaan, toko buku, institusi bahasa, sekolah, kampus dan aneka situs literasi lain. Itu menjadi salah satu alasan mengapa FSY sangat cocok digelar di Kotabaru,” sambung Paksi Raras Alit.

Selain mengekspos Kotabaru dari segala sisinya, FSY 2023 juga melibatkan beberapa mitra untuk berkolaborasi. Di antaranya, Palmerah Yuk! dari Kompas Gramedia, FIB UGM dengan keterlibatan dosen, mahasiswa, dan alumninya. FSY 2023 juga menginisiasi Jaring Festival Sastra Nusantara yang merupakan wadah kolaborasi antar-sesama penyelenggara festival sastra/literasi se-Indonesia. Forum ini beranggotakan 13 festival sastra/literasi dari Sumatera sampai ke Nusa Tenggara Timur. Salah satu agenda program yang melibatkan JFSN adalah webinar yang akan mengangkat isu penyelenggaraan festival dan kehidupan literasi di Nusantara.

FSY tahun ini juga meneruskan program yang sudah dilaksanakan sejak tahun pertama 2022 lalu, seperti program Sastra Liyan yang tahun ini “liyan” diterjemahkan sebagai sastra-sastra daerah dari seluruh Indonesia yang ada di Yogyakarta, dan akan dipresentasikan di FSY. Kemudian, program Sastrastri yang menjadi ruang presentasi dan aktualisasi sastrawan perempuan sekaligus menjadi pemuncak rangkaian acara FSY 2023. Para tokoh sastra, akademisi, mahasiswa, warga kampung, seniman, budayawan, akan terlibat dalam FSY 2023. Para penampil yang datang dari luar Yogyakarta seperti Wisnu Nugroho, Iksan Skuter, Panji Sakti akan menyemarakkan gelaran festival ini.

Dengan program-program yang semakin berkembang dan keterlibatan warga masyarakat Yogyakarta yang semakin banyak, karena FSY selalu melibatkan warga masyarakat kampung di Kota Yogyakarta, harapannya festival ini selain menjadi ruang temu masyarakat sastra, juga menjadi ruang persemaian literasi, bahasa, dan sastra bagi seluruh warga masyarakat baik di kota Yogyakarta maupun di Indonesia. (*)