Sayembara Desain Pasar Godean Berhadiah Rp 154 Juta
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Kabupaten Sleman bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) DIY
menyelenggarakan Sayembara Desain Pasar Godean. Lomba ini berhadiah total Rp
154 juta.
Rangkaian sayembara
yang berlangsung sejak Juli sampai September 2020 kali ini memasuki tahapan aanwizjing atau penjelasan. Tidak kurang
30 orang peserta sayembara, Kamis (23/7/3030), dikumpulkan
di Ruang Sembada Setda Sleman. dilanjutkan peninjauan kondisi pasar di Jalan
Godean Sidogung. Peserta lainnya hadir melalui daring.
Yuda Saputra
selaku Ketua Bidang Penghargaan dan Sayembara IAI DIY kepada wartawan menyampaikan
lomba berskala nasional ini tidak hanya diikuti peserta dari dalam negeri
tetapi juga luar negeri.
Adapun juri
terdiri dari Eko Agus Prawoto, Gregorius Antar Awal, Jatmika Adi Suryabrata,
RR Mae Rusmi Suryaningsih serta Kepala Dinas BPUPKP Kabupaten Sleman. “Para
juri berkompeten di bidangnya mulai dari bangunan hijau, arsitektur nusantara
maupun masyarakat yang benar-benar fokus pasar,†ungkapnya.
Sekretaris
Disperindag Sleman, Haris Martapa, menambahkan lomba ini merupakan bagian dari grand desain mempertahankan keberadaan
pasar tradisional di kabupaten tersebut.
“Pasar
tradisional harus tetap eksis. Mau tak mau harus kita pertahankan. Kami prediksi
lima sampai sepuluh tahun ke depan mereka yang masuk pasar adalah anak-anak
muda. Jangan sampai desain dan arsitektur bangunan lebih dulu ditinggalkan. Desain
pasar harus eye catching,†ungkapnya.
Pasar Godean
merupakan satu dari 19 pasar tradisional yang potensial. Setiap hari terutama pagi, pasar sangat padat.
Persoalannya, desain arsitektur pasar masih konvensional sehingga kurang
menarik perhatian pengunjung.
Kebanyakan
lapak menggunakan terpal. Penempatan lapak dan kios terkesan tidak teratur.
Ditambah lagi kondisi bangunan fisik tidak layak menampung semua pedagang.
Pendek kata,
pasar yang identik dengan ikon belut goreng dan sepda tua itu kondisinya sungguh
tidak nyaman, kumuh, semrawut, becek dan kotor. Pedagang semakin menjamur menambah
sesak pergerakan di dalam pasar. Belum lagi masalah sulitnya parkir.
Haris
menyambut baik kerja sama dengan IAI DIY. Harapannya ide dan gagasan cemerlang para
arsitektur IAI mampu mengubah kondisi pasar lebih baik lagi.
Diakui, sekitar
40 persen pedagang di Pasar Godean merupakan generasi tua. Mereka sebentar lagi
digantikan yang muda.
Itu sebabnya
kondisi pasar harus berubah dengan tetap mempertahankan nuansa tradisional. “Tawar
menawar masih ada. Barang-barang dagangan fresh.
Disediakan lemari pendingin,†tambahnya.
Begitu
desain jadi, lanjut dia, langsung ditindaklanjuti DED (Detail Engineering Design). Pembangunan pasar dijadwalkan mulai tahun
depan dengan anggaran Rp 83,577 miliar.
Setelah
dibangun, Pasar Godean dikonsep hidup 24 jam yang terbagi tiga kelompok waktu yaitu pagi, siang
dan sore untuk masyarakat umum. Sore sampai tengah malam untuk anak-anak muda menikmati
kuliner dan musik di dalam pasar itu. Sedangkan dini hari untuk aktivitas jual
beli sayur mayur. Saat ini jumlah pedagang di pasar tersebut sekitar 1.988
orang.
Menurut
Haris, setelah Pasar Godean giliran berikutnya Pasar Gamping akan dibangun. “Ini
kerja sama yang pertama dengan IAI DIY. InsyaAllah
ke depan bisa lebih fokus,†kata dia. (sol)