Ratusan Hektar Lahan Sawah Jadi Korban Tikus, Tiga Kapanewon Paling Parah
Langkah pengendalian untuk menurunkan populasi hama tikus ini dilakukan dengan beragam cara. Mulai dari gropyokan, pengumpanan, fumigasi hingga memanfaatkan hewan yang menjadi musuh alami tikus
KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Sepanjang tahun 2024, ratusan hektar lahan sawah milik petani di wilayah Sleman diserang hama tikus. Lahan pertanian di Kapanewon Minggir, Moyudan dan Godean menjadi wilayah dengan serangan tikus terbanyak.
“Langkah pengendalian untuk menurunkan populasi hama tikus ini dilakukan dengan beragam cara. Mulai dari gropyokan, pengumpanan, fumigasi hingga memanfaatkan hewan yang menjadi musuh alami tikus,” kata Suparmono, Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Sabtu (4/1/2025).
Suparmono mengatakan berdasarkan hasil analisis hama tikus pada tahun 2024, luas serangan hama tikus di lahan pertanian Kabupaten Sleman mencapai seluas 559 hektar. Jumlah tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa tingkat serangan.
“Tingkat serangan ringan seluas 410 hektar, serangan sedang 81 hektar dan serangan berat sebanyak 42 hektar,” jelas Suparmono seraya menambahkan tingkat serangan puso tercatat ada 26 hektar.
Menurut Suparmono, keseluruhan luas serangan hama tikus pada tahun 2024 di Kabupaten Sleman jumlahnya 559 hektar. Tapi ada 135 hektar yang dapat dikendalikan. Jadi luas serangan secara riil 424 hektar.
Untuk upaya pengendalian lanjut Suparmono, telah dilakukan melalui cara preventif maupun responsif dengan prinsip-prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Upaya pengendalian ini berhasil mengendalikan 134 hektar dari total luas tambah serangan 559 hektar. Artinya serangan riil hama tikus pada tahun 2024 di Kabupaten Sleman terjadi seluas 424 hektar.
“Jika dilihat dari data sebaran serangan. Lahan pertanian di Kapanewon Minggir menjadi wilayah dengan serangan tikus terbanyak dengan jumlah 183 hektar.
Disusul Kapanewon Moyudan 154 hektar dan Godean 142 hektar. Adapun serangan relatif rendah di lahan pertanian Kapanewon Ngemplak, Berbah, Pakem.
Sedangkan di lahan pertanian Kapanewon Turi dan Tempel tidak ada laporan serangan tikus,” katanya.
Suparmono mengungkapkan, kegiatan pengendalian hama tikus diprioritaskan pada awal tanam atau disebut pengendalian dini.
Hal ini untuk menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus yang cepat.
“Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama atau berkelompok dan terkoordinasi secara luas di hamparan lahan pertanian,” katanya.
Langkah pengendalian, antara lain dengan gropyokan massal atau berburu tikus oleh anggota kelompok tani.
“Gerakan ini dilakukan serentak pada saat sebelum tanam dengan melibatkan seluruh petani. Pada saat gropyokan ada berbagai cara untuk menangkap tikus seperti penggalian sarang atau pembongkaran sarang tikus yang ada di tanggul irigasi, jalan sawah ataupun lahan kosong. Kemudian dilakukan pemukulan, dan penjeratan,” tutur Suparmono.
Langkah pengendalian tikus juga dilakukan dengan pengumpanan. Racun yang digunakan menggunakan rodentisida akut atau antikoagulan yang dicampur gabah atau beras kemudian diletakkan pada lalu lintas tikus.
Berikutnya, langkah pengendalian pada stadium generatif padi, dilakukan dengan fumigasi.
“Teknik ini dinilai efektif membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Agar tikus mati, tutuplah lubang tikus dengan lumpur setelah difumigasi dan sarang tidak perlu dibongkar. Lakukan fumigasi selama masih dijumpai sarang tikus terutama pada stadium generatif padi,” papar Suparmono.
Dijekaskan Suparmono, cara lain untuk mengendalikan tikus bisa juga dengan memanfaatkan musuh alami seperti burung hantu, elang, kucing, anjing, ular tikus dan lainnya. (*)
Plt Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Suparmono. (istimewa)