Puisi, Geguritan dan Cerkak pada Bulan Purnama
Peluncuran 3 buku, yang yang merupakan Kumpulan Cerkak, Kumpulan Puisi dan Sketsa Puisi di Sastra Bulan Purnama bersinergi dengan Komunitas Melati Rinonce, yang anggotanya perempuan penulis yang tinggal di wilayah tiga propinsi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Yanti. S. Sastro Prayitno menjelaskan, Melati Rinonce merupakan sebuah komunitas perempuan pecinta bahasa dan sastra Jawa yang berdiri pada tgl 5 Februari 2022. Komunitas ini digagas oleh beberapa penulis yang pernah terlibat dalam penulisan buku geguritan Wanodya, di antaranya: Ninuk Retno Raras, Windu Setyaningsih, Endang Wahyuningsih, Yanti S. Sastro.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Mengawali tahun 2024, Sastra Bulan Purnama akan diisi tiga buku sastra, satu buku kumpulan puisi dan skesta karya Eros Sudardjono (Jombang), dan dua buku lainnya kumpulan geguritan dan cerkak (cerita cekak), atau cerita pendek yang ditulis menggunakan bahasa Jawa, dan ditulis perempuan anggota komunitas Rinonce.
Pertunjukan Sastra Bulan Purnama edisi 148 akan diselenggarakan Sabtu, 27 Januari 2024, pkl. 15.30 di Museum Sandi Jl. Faridan M Noto No.21, Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta 55224. Atau di utara Raminten dan Balai Bahasa Yogyakarta, atau sebelah barat SMA Stella Duce 1, Kotabaru, atau juga sebelah selatan ban-ban Gondolayu.
Pada hari dan tanggal berbeda, yaitu, Rabu 24 Januari 2024 di tempat yang sama, Obrolan Sastra Bulan Purnama (SBP) seri 8 akan membahas buku ‘Yogyaku, Yogya Kita, Indonesia’ karya beberapa anggota Paguyuban Wartawan Sepuh Yogyakarta, dengan pembicara Idham Samawi, anggora DPR RI Fraksi PDI dan Sutirman Eka Ardhana, wartawan dan penyair.
“Kedua pembicara dipilih karena keduanya menulis dalam buku tersebut dan sekaligus anggota Paguyuban Wartawan Sepuh. Diskusi kali ini SBP bersinergi denngan Paguyuban Wartawan Sepuh (PWS),” ujar Ons Untoro, Koordinator Sastra Bulan Purnama, sekaligus penanggung jawab Obrolan SBP.
Sementara peluncuran 3 buku, yang yang merupakan Kumpulan Cerkak, Kumpulan Puisi dan Sketsa Puisi di Sastra Bulan Purnama bersinergi dengan Komunitas Melati Rinonce, yang anggotanya perempuan penulis yang tinggal di wilayah tiga propinsi Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur.
Yanti. S. Sastro Prayitno menjelaskan, Melati Rinonce merupakan sebuah komunitas perempuan pecinta bahasa dan sastra Jawa yang berdiri pada tgl 5 Februari 2022. Komunitas ini digagas oleh beberapa penulis yang pernah terlibat dalam penulisan buku geguritan Wanodya, di antaranya: Ninuk Retno Raras, Windu Setyaningsih, Endang Wahyuningsih, Yanti S. Sastro.
“Dengan niat awal mempererat persaudaraan yang sudah terjalin lewat Wanodya, melalui kegiatan menulis sastra Jawa maka disepakati untuk membentuk komunitas yang kemudian diberi nama Melati Rinonce, yang diambil dari salah satu tembang ciptaan Sang Maestro Ki Narto Sabdo. Tujuannya adalah melestarikan (nguri-uri) dan mengembangkan bahasa dan Sastra Jawa. Komunitas ini bersifat terbuka, independen dan mandiri. Perempuan dari segala usia, latar belakang pendidikan, di manapun berada, asal berkeinginan untuk belajar menulis dalam bahasa Jawa bisa menjadi anggota,” kata Yanti S. Sastro Prayito.
Beberapa nama yang akan hadir membacakan karyanya di Sastra Bulan Purnama di antaranya, Sriyanti S. Sastroprayitno (Semarang), Windu Setyaningsih (Purbalingga), Ninuk Retno Raras (Yogyakarta), Endang Wahyuningsih (Yogyakarta), Ardini Pangastuti (Yogyakarta), Rachmani Susiatty (Purbalingga), Lelly Faizatillah (Purbalingga) Anastasia Sri KS (Purbalingga), Novi Indrastuti (Yogyakarta), Cicit Kaswami (Yogyakarta), Ami Simatupang (Yogyakarta), Suprihatin (Yogyakarta), Suratmini (Salatiga), Anastasia Sunu Murwani (Sragen), Widharningsih (Semarang), Liliek Budiastuti Wiratmo (Semarang), Yuli Purwati (Magelang), Nurrohmah PM (Nganjuk).
Ons Untoro, selaku koordinator Sastra Bulan Purnama menyebutkan, pada tahun 2024 selain memberi ruang untuk para sastrawan di Indonesia mengisi acara SBP, kelompok SBP akan coba melakukan apa yang disebut sebagai silaturahmi sastra dalam bentuk kunjungan sastra di rumah sastrawan, yang tinggal di Yogya maupun di kota lain, untuk saling bertemu dan belajar.
“Proses belajar menulis tidak pernah berhenti. Oleh karena itu diperlukan silaturahmi untuk saling belajar bersama,” ujar Ons Untoro. (*)