Penyelam TNI AL Berhasil Perbaiki Kerusakan Bendungan Sungai Bawah Tanah Bribin

Penyelam TNI AL Berhasil Perbaiki Kerusakan Bendungan Sungai Bawah Tanah Bribin

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Tim Dinas Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) Komando Armada II (Koarmada II) selama dua hari berjibaku di kedalaman 104 meter untuk melakukan revitalisasi bendungan sungai bawah tanah Bribin II di Dusun Sindon, Kalurahan Dadapayu, Semanu, Gunung Kidul.

Tim terdiri ketua Kapten Laut (T) Sugiarto, didampingi Lettu Laut (K) Musman Saad dan Letda Laut (S) Qusyairi beserta anggota tim, saling bahu-membahu diantara lokasi yang minim penerangan dan dinginya air bawah tanah. Juga harus berhati-hati karena banyaknya pipa dan instalasi di dalam air tersebut.

Kerja keras prajurit terbaik yang dimiliki oleh TNI AL itu pun  membuahkan hasil. Pipa transfer yang tertutup akibat bencana badai dan gempa tahun 2018 bisa diperbaiki dan dibersihkan. Aliran air dari Sungai Bribin kembali lancar untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Gunungkidul.

Sebelumnya, beberapa kali ada penyelam yang datang ke lokasi untuk melakukan upaya  perbaikan. Namun ketika mengetahui medan yang sulit, memilih tidak melanjutkan pekerjaan.

“Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menindaklanjuti permintaan dukungan penyelaman khusus dari Kementerian PUPR Balai Besar Wilayah Sungai Serayu (BBWSS) dalam upaya revitalisasi dan rehabilitasi bendungan sungai bawah tanah Bribin II yang berada 104 meter di bawah tanah dalam kondisi rusak sejak dilanda badai dan gempa di tahun 2018. Dan tidak beroperasi selama tiga tahun,” kata  Kapten Laut (T) Sugiarto, dalam rilis yang dikirim ke redaksi koranbernas.id, Senin (9/8/2021).

Tim pun bergerak dan melakukan upaya penyelaman pada Jumat (6/8/2021) dan Sabtu (7/8/2021) lalu.

Saat meninjau bendungan, tim melihat  kondisi air di bendungan meluap hingga masuk ke ruangan pompa turbin. Hal ini menyebabkan ruangan pompa dengan lebar 12 meter dan tinggi 8 meter hampir seluruhnya terendam air. Luapan terjadi dikarenakan pipa transfer air dari bendungan ke hilir dalam  kondisi tertutup saat terjadi bencana dan mengakibatkan debit air di bendungan naik dan meluap menggenangi ruangan.

“Untuk membuka pipa transfer, harus dilakukan penyelaman dikarenakan katup pipa transfer berada di ruangan yang sudah terendam air tersebut,” tutur perwira pertama tersebut.

Dantim menjelaskan, akses saat meninjau lokasi bendungan  sungai bawah tanah Bribin berada 104 meter dibawah tanah, dengan kondisi  minim penerangan serta akses udara, menjadikan medan ini sangat ekstrem sehingga dibutuhkan kondisi mental dan fisik yang kuat.

Selama dua hari tim bekerja saling bahu-membahu membuka akses saluran pipa transfer yang tergenang tersebut. “Alhamdulillah sekarang ini air yang sejak tahun 2018 tertahan di bendungan sudah dapat mengalir sampai ke hilir melalui pipa transfer,” ungkapnya.

Sementara itu menurut operator PDAM setempat, sebelumnya sudah ada beberapa penyelam lain yang datang ke lokasi bendungan untuk meninjau lokasi pekerjaan. Namun melihat kondisi lapangan, tidak satu pun yang mau meneruskan pekerjaan.

“Kami bersyukur dan berterima kasih kepada Tim Penyelam TNI AL yang telah membantu. Sekarang air bendungan sudah bisa mengalir dan genangan di ruangan platform pompa turbin sudah bisa diatasi, sehingga proses revitalisasi dan rehabilitasi bendungan sudah bisa dimulai,” ungkapnya.

Bendung Bribin sendiri memiliki kemampuan kapasitas volume 400.000 meter kubik dan digunakan oleh masyarakat Gunungkidul untuk mengatasi kesulitan air baku saat  kemarau tiba. Bendungan ini menyediakan pasokan air baku  sepanjang tahun, menjadi tandon air selama musim kering untuk keperluan air baku (rumah tangga, pertanian, peternakan, pariwisata) dan kepentingan lainnya.

Kabupaten Gunung Kidul adalah daerah karst, dicirikan dengan minimnya sungai permukaan dan berkembangya jalur‐jalur sungai bawah permukaan (SBT). Setiap tahun dalam musim kemarau, di daerah karst Pegunungan Seribu selalu mengalami kekeringan. Hal ini disebabkan karena langkanya air permukaan, dan diketahui adanya pola aliran sungai bawah tanah dengan potensi debit yang cukup besar (Seropan, Bribin, Baron, Ngobaran).

Dalam kurun waktu 1992 hingga 996 telah dibangun sistem penyediaan air baku Bribin I dengan menggunakan sistem pemompaan dan pipanisasi untuk menyuplai air baku bagi  75.000 jiwa di wilayah selatan Kabupaten Gunungkidul. Dengan sistem pemompaan, biaya operasional dan pemeliharaan setiap tahun selalu mengalami kenaikan sehingga biaya produksi air per meter kubik menjadi sangat mahal.

Dikutip dari akun Twitter Kementerian Pekerjaan Umum dan  Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) @KemenPU, bendungan bawah tanah Bribin menjadi solusi untuk mengatasi kekeringan di Gunungkidul.

Bendungan bawah tanah Bribin bekerja dengan cara membendung air di dalam goa bawah tanah yang dialirkan ke permukaan untuk ditampung ke dalam reservoir. Air dari bendungan tersebut kemudian disalurkan ke desa-desa sekitar bendungan untuk memenuhi kebutuhan warga desa.

Adanya bendungan bawah tanah Bribin menjadi salah satu solusi untuk mengatasi bencana kekeringan yang kerap terjadi di Gunungkidul. Walau sempat mengalami kerusakan, bendungan bawah tanah Bribin mendapatkan bantuan dari berbagai pihak agar dapat berfungsi kembali, termasuk dari  Penyelam TNI AL.

”Semoga bermanfaat untuk masyarakat di daerah setempat. Semoga menjadi ladang amal ibadah kita,” tutup Sugiarto. (*)