Pencak Silat Warisan Budaya Dunia, Terbuka Peluang PMF Jadi Event Tahunan

“Sangat bisa,” ungkap Aris Eko Nugroho, Paniradya Pati Kaistimewan DIY menjawab pertanyaan wartawan.

Pencak Silat Warisan Budaya Dunia, Terbuka Peluang PMF Jadi Event Tahunan
Aris Eko Nugroho (kiri) didampingi Singgih Raharjo menyerahkan piala kepada tim terbaik pertama lomba koreografi pencak silat tradisional PMF 7, 2023. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Event seni dan budaya Pencak Malioboro Festival (PMF) yang mulai diselenggarakan sejak tahun 2012, sangat terbuka peluangnya menjadi agenda tahunan. Kesiapan itu tinggal menunggu waktu.

“Sangat bisa,” ungkap Aris Eko Nugroho, Paniradya Pati Kaistimewan DIY menjawab pertanyaan wartawan di sela-sela menghadiri  Pencak Malioboro Festival (PMF) 7, 2023, Sabtu (11/11/2023) malam, di Taman Pintar Yogyakarta.

Hanya saja, menurut Aris, masih diperlukan kesepakatan terlebih dahulu terutama terkait dengan waktu penyelenggaraan yang tepat. “Cuma memang kita berharap, waktu maupun berkaitan dengan aktivitas harus betul-betul disepakati dulu, karena yang datang di sini tidak hanya dari Yogyakarta tapi termasuk dari luar Yogyakarta,” ujarnya.

Aris yang malam itu didaulat menyerahkan piala Sri Sultan Hamengku Buwono X kepada juara I kategori umum, mengakui pencak silat merupakan warisan budaya dunia. “Harapan kita, apa yang menjadi kebanggaan Indonesia ini bisa juga dilakukan di DIY,” tambahnya.

Sesi foto bersama pemenang lomba koreografi pencak silat tradisional kategori anak-anak PMF 7 2023. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Ditanya lagi mengenai dukungan dari Pemda DIY, menurut Aris, semua itu tergantung dari komunitas sebab pemerintah sifatnya memfasilitasi.

Aris menyatakan benar PMF merupakan event yang mampu mewarnai Yogyakarta sehingga menjadi istimewa. “Biasanya teman-teman pencak silat saling bertemu yang dilakukan bukan hanya sekadar silaturahmi saja tetapi juga ada ajang untuk menceritakan berbagai aktivitas, sarasehan, workshop,” terangnya.

Prinsip, lanjut dia, warisan seni budaya tradisional yang menjadi kebanggaan Yogyakarta pasti akan memperoleh dukungan penuh dari Pemda DIY. Kebetulan, PMF ketujuh tahun ini didukung Dana Keistimewaan yang diampu oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.

Di tempat yang sama, salah seorang panitia PMF 7 2023, Antok Sugiarto, menjawab pertanyaan awak media menyampaikan event PMF tujuan utamanya adalah mengangkat pencak siat tradisional menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Atraksi pencak silat tradisional dari Kalimantan memeriahkan event PMF 7 2023 di Taman Pintar Yogyakarta. (sholihul hadi/koranbernas.id)

“Intinya itu. Kita ingin mengangkat pencak silat tradisional yang belum terdengar oleh masyarakat umum, dan mengangkat ekonomi guru-guru kita,” katanya.

Disebutkan, PMF 7 2023 kali ini diikuti tidak kurang 50 perguruan silat. Yang membedakan dari penyelenggaraan kegiatan serupa tahun sebelumnya adalah tidak ada kirab.

Pertimbangannya, pertama, karena musim pemilu. “Kita juga mengurangi residu dari kejadian sebelumnya,” kata Antok menjelaskan mengenai pertimbangan yang kedua.

Menariknya, PMF tahun ini tidak hanya diisi beragam kegiatan di antaranya lomba koreografi pencak silat tradisional, workshop yang berlangsung di tempat terbuka supaya khalayak ramai maupun wisatawan melihat keunikan pencak silat tradisional tetapi juga digelar bazar dan kaulan.

ARTIKEL LAINNYA: Pencak Malioboro Festival 2023 Digelar di Taman Pintar

Yang dimaksud kaulan, menurut Antok, perwakilan dari guru maupun aliran silat melakukan show sekaligus untuk menunjukkan kekhasan dari masing-masing perguruan atau aliran mereka.

“Kita ingin supaya pencak silat tidak hanya sport namun juga mampu memperlihatkan pencak silat tradisional itu merupakan bagian dari warisan budaya dan kearifan lokal Indonesia,” ungkapnya.

Hadir pula malam itu Penjabat (Pj) Walikota Yogyakarta Singgih Raharjo yang didaulat menyerahkan piala KGPAA Sri Paku Alam X kepada juara I lomba koreografi pencak silat tradisional kategori anak-anak.

Adapun dewan juri di antaranya Whani Darmawan, Jamaludin Latif, M Ahmad Jalidu. Datang dari berbagai daerah, tim yang tampil sama sekali tidak diperbolehkan membawa nama perguruan. Mereka dinilai berdasarkan penampilan, tata panggung, kostum, tema maupun iringan.

Memeriahkan acara malam itu, ditampilkan pula atraksi dari guru-guru silat termasuk dua orang guru silat tradisional dari Kalimantan. Keduanya baru saja menyelesaikan road show mengenalkan pencak silat tradisional ke sejumlah negara di benua Eropa. (*)