Parade Inovasi Kebencanaan dalam Kepungan Ancaman Geologis
Mengatasi ancaman bencana bukanlah perkara mudah bagi Indonesia. Sebagai negara yang terletak di jalur lingkaran api Pasifik serta bermukim tiga lempeng tektonik besar, menjadikan Indonesia rentan terhadap bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Mengatasi ancaman bencana bukanlah perkara mudah bagi Indonesia. Sebagai negara yang terletak di jalur lingkaran api Pasifik serta bermukim tiga lempeng tektonik besar, menjadikan Indonesia rentan terhadap bencana geologi seperti gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.
Merespon hal tersebut, Deputi Bidang Logistik dan Peralatan BNPB bersama ADEXCO dan Sekolah Vokasi UGM menggelar acara 'The Marketplace: Inovasi dan Industrialisasi Peralatan Kebencanaan' pada 20-21 Mei 2024.
Agenda ini menjadi ajang bagi para pemangku kepentingan untuk bersinergi memperkuat penanggulangan bencana di Tanah Air. Selain pameran peralatan, acara ini juga menghadirkan kuliah umum dan workshop kebencanaan.
Dalam kuliah umum, Mendikti Periode 2014-2015 sekaligus Dewan Pembina CTIS, Prof Indroyono Soesilo, memaparkan akar permasalahan bencana di Indonesia tak lepas dari kondisi geotektoniknya.
"Pergerakan tiga lempeng utama seperti Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia memicu bencana gempa bumi, erupsi gunung api, dan tsunami," ungkapnya Selasa (21/5/2024).
Di sisi lain, kondisi geotektonik ini justru merupakan berkah bagi kekayaan sumber daya alam Indonesia seperti mineral, minyak, dan gas bumi. Lokasi sumber daya tersebut mengikuti pola jalur gunung api di Indonesia.
Sementara itu guru besar kebencanaan Prof Syamsul Ma'arif turut menyoroti pentingnya knowledge management agar pengetahuan mengenai kebencanaan dapat terarsipkan dengan baik.
"Pengetahuan ini mencakup berbagai disiplin ilmu baik sains barat maupun kearifan lokal," kata dia.
Merespon pentingnya inovasi kebencanaan, The Marketplace menampilkan pameran 18 peralatan kebencanaan terpilih dari 35 pendaftar. Peralatan-peralatan ini diharapkan dapat membantu upaya penanggulangan bencana.
Dekan Sekolah Vokasi UGM Agus Maryono menambahkan, dalam kegiatan ini digelar pula workshop dengan mengundang para pemangku kepentingan seperti LPDP, BRIN, Bappenas, dan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia.
Dalam workshop ini, dibahas strategi untuk mengembangkan kemitraan lintas sektor dalam menciptakan inovasi kebencanaan.
"Dengan kemajuan teknologi, kita seharusnya tidak kelabakan dalam mengatasi bencana asalkan kita mampu memanfaatkan dan menerapkannya dengan baik," tegasnya.
Agus menegaskan, selain sisi teknologi, aspek sosiologi juga penting dalam penanggulangan bencana. Pengetahuan yang ada harus diterjemahkan menjadi aksi nyata di lapangan untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana. (*)