Pandemi Tak Menghalangi Pelaku Pariwisata Berbagi

Pandemi Tak Menghalangi Pelaku Pariwisata Berbagi

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Pandemi Covid-19 yang berlangsung hampir sembilan bulan sangat berdampak terhadap sektor pariwisata di DIY. Namun demikian situasi yang dirasakan berat itu tidak menghalangi insan pariwisata untuk berbagi.

Setidaknya, inilah yang dilakukan jajaran manajemen The Atrium Hotel and Resort, hotel bintang 4 di Jalan Kebon Agung 20 Sendangadi Mraen Sleman. Setiap bulannya hotel ini melaksanakan program CSR (Corporate Social Responsiblity), satu di antaranya berupa kegiatan sosial berbagi beras.

Sempat terhenti dua bulan karena pandemi dan memasuki tatanan baru (new normal), The Atrium Hotel and Resort bersama para pelaku wisata tergabung dalam komunitas Sahabat Jogja Berbagi menyambangi PP Ainul Yakin di Tepus Gunungkidul, Jumat (6/11/2020).

Adin Jumiadi General Manager The Atrium Hotel and Resort menerangkan meski dalam kondisi belum begitu pulih, kegiatan sosial dilanjutkan lagi.

“Kami pun sangat senang program ini berbarengan dengan program dari komunitas Sahabat Jogja Berbagi, semoga bisa menginspirasi hotel yang lain,” kata Adin.

Pradiyanto Datu Jatmiko selaku ketua panitia komunitas Sahabat Jogja Berbagi menambahkan Covid-19 mengakibatkan pariwisata seperti mati suri.

“Kami para pelaku wisata tetap berkeinginan untuk berbagi kepada anak-anak berkebutuhan khusus dengan membawakan uang tunai, sembako, peralatan mandi dan bibit cabai untuk melengkapi kebutuhan di sini,” ungkapnya.

PP Ainul Yakin merupakan tempat menampung anak berkebutuhan khusus Special Children City dengan jumlah 108 santri. Mereka terbagi tiga tingkatan yaitu serba bantu, arahan bantu dan mandiri.

Acara yang juga sebagai wadah silaturahmi ini dihadiri KBO Narkoba Polda DIY AKBP Hari Triyana SE MH, Gusti Raden Ayu Putri Warsitonegoro SH MM MBA beserta tamu undangan dan tokoh masyarakat.

Sumbangan secara simbolis diterima oleh Abi Guru Isma Al Matin sebagai Direktur PP Ainul Yakin.  “Saya berterima kasih meski pariwisata dalam kondisi sulit masih ingat dengan kami,” ucapnya.

Kebanyakan santri di Pondok Pesantren Ainul Yakin tidak dianggap masyarakat sekitar bahkan oleh keluarganya sendiri.

“Isinya komplet. Ada mantan narkoba, orang mbeling , mantan klithih, depresi, gangguan jiwa. Bukannya dijauhi harusnya mereka diberikan tempat belajar, terapi, bekerja, berkeluarga sampai mereka meninggal di sini,” ungkap Abi.

Dia meyakini ponpesnya akan menjadi ikon dan satu-satunya wisata terapi, edukasi dan religi di Gunungkidul. Pihaknya melakukan berbagai persiapan di antaranya pembuatan taman margasatwa, dengan tidak merubah tetapi lebih menata alam.

Dilakukan pula pengembangan homestay, kebun buah, pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) dan pastinya promosi yang dibantu para pelaku wisata.

Doa dan touring area pondok menjadi penutup program ini. Kegiatan itu diharapkan terus berlanjut, semoga keadaan segera normal sehingga pariwisata pulih kembali. (*)