OSDI Bangun Generasi Muslim Unggul dan Berkualitas
KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA - Agenda Masa Ta’aruf (Mataf) yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tahun 2022 telah memasuki rangkaian agenda terakhir, yaitu Orientasi Studi Dasar Islam (OSDI). Pada tahun ini dilaksanakan secara luring setelah dua tahun terkendala pandemi.
Acara OSDI pada tahun ini dijadwalkan secara terpisah antara mahasiswa putra dan putri, dimana pada Kamis (15/9/2022) merupakan jadwal untuk para mahasiswa baru putra, dan Jum'at (16/9/2022) untuk maba putri.
Acara OSDI tahun ini bertemakan “Membangun Generasi Unggul yang Cerdas Menuju Muslim Berkualitas” dan berlokasi di Sportorium UMY. Terdiri dari pembukaan dan pembekalan materi, terdapat hal yang cukup menarik perhatian dimana kegiatan pembukaan OSDI 2022 dipandu oleh empat pembawa acara yang masing-masing menggunakan bahasa yang berbeda yaitu Indonesia, Inggris, Arab dan Jepang.
Rektor UMY Gunawan Budiyanto menyampaikan bagaimana Islam merupakan agama yang saling menghormati dan tidak membeda-bedakan golongan. “Menarik untuk diketahui bahwa ada empat kampus yang dimiliki oleh Muhammadiyah dimana 70% dari total mahasiswanya tidak beragama Islam, sementara diantara mahasiswa baru UMY ada 15-16 mahasiswa yang berbeda kepercayaan," ujar Gunawan.
"Maka, pada orientasi studi dasar Islam kali ini, kita akan mempelajari bagaimana kita menjalankan ajaran-ajaran agama Islam, tentunya dengan saling menghormati. Mari kita buktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, tanpa harus mencampur adukkan cara beribadah,” terangnya.
Hal serupa pun turut disampaikan oleh ketua umum pimpinan pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yang hadir secara daring.
“Islam diturunkan dan mengandung perintah, larangan serta petunjuk untuk kebahagiaan manusia di dunia maupun di akhirat. Ini berarti Islam membawa kebahagiaan yang sejati bagi pemeluknya, sekaligus menjadi rahmatan lil ‘alamin bagi siapapun,” tuturnya.
Pembekalan materi yang menjadi inti dari acara OSDI dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama diisi oleh Agus Purwanto dan menyampaikan materi mengenai muslim sejati sebagai poros peradaban Islam. Sementara sesi kedua oleh Fahmi Salim, yang membahas Muhammadiyah sebagai role model kemajuan Islam.
Disampaikan oleh Agus Purwanto, negara yang maju saat ini adalah negara yang menguasai ilmu pengetahuan fundamental sekaligus terapan. Agus juga menegaskan bahwa bangsa Indonesia yang notabene masyarakatnya beragama Islam harus mulai menjadi negara produsen dan tidak hanya menjadi konsumen.
“Islam itu rahmatan lil ‘alamin yang harus mempunyai mindset memberi, menjadi produsen bukan hanya konsumen,” tutupnya.(*)