Merawat Alam Menjaga Air, Tabungan Masa Depan Kehidupan
Menjaga kelestarian lingkungan tidak rumit, cukup sederhana dengan menanam pohon dan merawat sumber air.
“Perlu kita pelihara untuk bisa menjadi bagian dari kebiasaan kita. Karena suka tidak suka, mau tidak mau, bahwa kita saat ini dan yang akan datang menjadi bagian dari alam kita ini, maka perlu kita jaga dan kita pelihara bersama-sama alam dan lingkungan kita ini,” kata Antonius Hary Sukmono ST, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gunungkidul, Rabu (17/7/2024).
Hary menjelaskan, dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan tentu Pemerintah Kabupaten Gunungkidul melalui Dinas Lingkungan Hidup berupaya merumuskan langkah-langkah yang terkait dengan kebijakan, dalam hal ini perlu pelibatan masyarakat untuk terlibat secara aktif dan nyata di dalam memelihara serta melestarikan lingkungan.
“Maka kita ada program terkait dengan pelibatan masyarakat misalnya Adhi Wiyata, kemudian program kampung iklim, juga ada pemerhati kali dan sebagainya. Ini bagian dari upaya kita bersama masyarakat untuk ikut berperan dan memelihara merawat alam dan lingkungan kita ini, karena manusia atau kita sangat tergantung dari alam, keberlangsungan hidup generasi sekarang dan generasi ke depan,” jelas Hary.
Pelaksanaan pembersihan salah satu sumber air di Gunungkidul. (istimewa)
Merawat air
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Gunungkidul juga memaparkan, bahwa unsur alam itu khususnya biotik selain udara, tanah dan yang tidak kalah penting adalah air. “Berbagai upaya yang harus dilakukan dalam hal ini yakni merawat air, tentu saja dengan pertama memelihara dan menjaga keberadaan air dan sumber air itu. Kedua adalah menjaga dan memelihara kualitas air tersebut karena ini harus kita lakukan bersama-sama maka yang kita lakukan di situ adalah menjaga kuantitas air dan kualitas air,” tambahnya.
Upaya yang harus dilakukan menjadi bagian dari konservasi air dengan kegiatan penghijauan, reboisasi, juga secara sipil teknis seperti membuat bendungan, memelihara telaga, menjaga sumber air. Terkait menjaga kualitas air, pihaknya mengajak dan melibatkan masyarakat untuk tidak mencemari air atau sungai baik itu dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industri maupun kegiatan lainnya.
Bentang alam karst
Hary juga menjelaskan secara detail kaitannya dengan karakteristik alam Gunungkidul, “Di Gunungkidul ini memiliki karakteristik bentang alam karst, di mana karst itu sebagai fungsi hidrologi yang utama di situ ada exokarst ada endocarst fungsi air yang ada di dalam. Keberadaan air yang ada di dalam kawasan karst itu menurutnya ada yang ada di perut bumi yang menjadi sungai bawah tanah, lorong sungai bawah tanah. “Untuk yang di permukaan bumi atau yang di exocars, menjadi dalam bentuk telaga dan sebagainya. Nah ini harus kita jaga keberadaannya,” pintanya.
Pihaknya mengharapkan peran serta masyarakat untuk gotong-royong, bersinergi menjaga keberadaan alam, bumi dengan tindakan dari skala kecil, bersama-sama merawat alam agar kualitas alam dan nyaman untuk kehidupan dan hidup masyarakat manusia, makhluk hidup yang lain.
Kegiatan penanaman pohon untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. (istimewa)
Keterkaitan alam dan manusia
Pemerhati Lingkungan yang aktif di Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo, secara terpisah menyatakan, pentingnya menjaga kelestarian lingkungan begitu erat kaitannya dengan apa yang disediakan alam kepada manusia salah satunya air.
"Keterkaitannya yaitu take and give antara alam dengan manusia, apa yang diberikan alam kepada manusia, manusia juga mesti memberi ke alam, dengan apa? Ya dengan menjaga dan merawat alam," jelasnya.
Menurut Edi, menjaga kelestarian lingkungan tidak perlu dengan hal-hal yang rumit, cukup sederhana dan mungkin untuk dilakukan, contohnya dengan menanam pohon dan merawat sumber-sumber air di lingkungan masing-masing. "Kita sederhana saja, setiap hari Minggu kita menanam pohon. Pohon beringin atau sejenisnya kan mempunyai fungsi sebagai penjaga sumber air atau penyimpan cadangan air bawah tanah," katanya.
Untuk lokasi menanam pun tidak sembarangan. Menurutnya, Resan Gunungkidul setiap ada kegiatan selalu bersama warga. Entah itu Karang Taruna, Pokdarwis, pemerintah dusun atau desa dan masyarakat sekitar. Hal ini sesuai pola gerakan relawan Resan Gunungkidul, yakni gerakan konservasi berbasis masyarakat. Tujuannya adalah, menginisiasi masyarakat agar nantinya menjadi subyek atau pelaku utama konservasi di lingkungan masing-masing.
"Kalau tidak boleh masa iya kita tanami, ya mestinya kita kulanuwun dulu, tapi tidak sedikit juga kita diundang pada acara satu rangkaian dalam upacara adat bersih desa dengan prosesi tanam pohon dan bersih sumber air," kata Edi.
Pemerhati lingkungan dan Ketua Komunitas Resan Gunungkidul, Edi Padmo. (istimewa)
Restorasi sumber air
Dirinya menceritakan, Resan Gunungkidul sampai saat ini sudah merestorasi sebanyak 17 sumber mata air di berbagai wilayah Gunungkidul. "Kemarin baru saja kita bersama-sama mengembalikan sumber mata air atau biasanya disebut tuk di daerah Bogor, Kapanewon Playen bernama Belil Bendho. “Biasanya sumber mata air itu hilang karena kurang pedulinya masyarakat untuk merawatnya," jelasnya.
Ia menyampaikan, salah satu penyebab hilangnya sumber mata air tersebut karena tertimbun tanah dan bahkan sampah, karena jarang dibersihkan. "Kami ingin mengajak masyarakat untuk aktif menjaga kelestarian lingkungan. Dan itu sebenarnya caranya sangat sederhana, tidak perlu yang harus bisa ini itu, harus menanam sekian banyak itu. Rekan-rekan pemerhati lingkungan untuk bibit pohon, kita melakukan pembibitan sendiri," tambahnya.
Edi Padmo berharap, ke depannya masyarakat sadar untuk menjaga alam, karena salah satu sumber kehidupan yakni air sangat dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup
“Kalau sudah tidak ada yang merawat lantas bagaimana nasib lingkungan kita ke depan. Kita menanam pohon itu juga menjadi sumber cadangan air, mungkin awalnya seperti tidak berguna. Tapi menanam pohon itu manfaatnya jangka panjang ke depan, bisa saja 10 tahun sampai 20 tahun baru akan sangat terasa dampak manfaat positifnya. Air juga sangat dibutuhkan oleh generasi kita nanti,” ucapnya.
Bahkan menurutnya seperti kita sekarang yang menikmati kemudahan air, juga karena jasa leluhur kita dulu dalam menjaga pohon atau sumber air. (*)