Menyintas Himpitan Corona di Kota Pendidikan

Menyintas Himpitan Corona di Kota Pendidikan

KORANBERNAS.ID, JOGJA -- ”Halo twitter, aku jual frozen food berbagai merk, semua harganya lebih miring dibandingkan harga supermarket. Khusus ini cuma bisa melayani cash on delivery area Gunungkidul saja.”

Unggahan yang ditulis akun @Shofiaanisaa menjadi hal yang semakin lazim di lini masa media sosial saat ini. Baik itu twitter, facebook, instagram dan platform media sosial lainnya. Shofia menawarkan daging olahan beku lewat medsos sejak awal April lalu.

Pandemi corona yang menghantam perekonomian nasional juga berdampak pada para mahasiswa yang kini tengah menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi dan akademi yang ada di Yogyakarta.

Shofia Annisa, mahasiswi asal Gunungkidul, kini harus memutar otak untuk menambah penghasilan keluarga. Shofia yang berkuliah di sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) itu harus turut membantu keuangan keluarga, setelah sang ayah ‘dirumahkan’ dari perusahaan tempatnya bekerja.

“Ikut bantu ayah, fren. Aku jualan frozen food,” tulisnya di laman twitter pribadinya.

Menyandang predikat Kota Pelajar dan Kota Pendidikan, sedikitnya ada 200.000 lebih mahasiswa dari berbagai strata di DIY. Sebagian di antaranya bahkan tak mudik alias pulang kampung, di tengah pandemi. Para mahasiswa ini berharap, kampus mereka memberi keringanan, termasuk dalam pembayaran SPP.

Banyak mahasiswa yang keluarga mereka terdampak akibat lesunya perekonomian saat ini. Irfan Muhammad Dharmawan mahasiswa Universitas Aisyiyyah Yogyakarta mengaku bersyukur pihak kampus memberi keringanan berupa penundaan pembayaran uang kuliah atau Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) yang seharusnya dibayar bulan ini.

“Dari kampus itu ada keringanan. Ada pengunduran tempo pembayaran, dan ada potongan untuk kuota dari kampus,” ujarnya, Rabu (29/4/2020) siang.

 

Sedikit Ringankan Beban

Tak hanya itu saja, Universitas Aisyiyah juga memotong besaran SPP yang harus dibayar agar mahasiswa dapat membeli kuota internet demi mengikuti perkuliahan secara daring atau online.

“SPP dipotong Rp 250.000 untuk membeli kuota. Sekarang kan perkuliahan (secara) online,” terang mahasiswa asal Klaten, Jawa Tengah.

Universitas Aisyiyah Yogyakarta (Unisa) juga memberikan bantuan bagi mahasiswa yang masih berada di DIY atau tak kembali ke tempat asal mereka. Bantuan tersebut dalam bentuk voucher yang dapat ditukarkan dengan paket sembako.

“Kita kan punya supermarket namanya Khadijah Mart. Mahasiswa diminta daftar dulu lewat form online kemudian nanti dapat voucher yang bisa digunakan di Khadijah Mart. Besarannya saya belum tahu, karena saya sendiri belum daftar,” sebut mahasiswa Jurusan Keperawatan itu.

Irfan sendiri mengisi hari-harinya dengan menjadi relawan di Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 tingkat DIY. “Ya lumayan Mas, dapat pemasukan, daripada tidak ada aktivitas,” tandasnya.

Mahasiswa pun dihadapkan pada dilema karena mereka sendiri kesulitan untuk mencari pekerjaan sambilan. Terlebih lagi, di tengah kebijakan pemerintah yang menyerukan masyarakat untuk tetap di rumah.

Kebijakan meringankan yang hampir serupa juga dilakukan berbagai perguruan tinggi, termasuk universitas terbesar di Yogyakarta, Universitas Gajah Mada (UGM). Adrian Zulfi Situmorang, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) kepada koranbernas.id menuturkan, pihak rektorat telah memberikan keringanan dengan skema, mahasiswa yang membutuhkan keringanan SPP atau Uang Kuliah Tunggal (UKT) diminta mengajukan permohonan kepada pihak kampus.

“UGM sendiri ada wacana dan sudah disosialisasikan. Kalau misal ada yang butuh diundur atau diringankan nanti akan dilakukan pendataan,” ujar dia.

 

Bantu yang Bertahan

Mahasiswa yang tinggal di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ini berharap, keringanan diberikan tepat sasaran. Adrian yang berasal dari keluarga yang mapan menginginkan adanya subsidi silang antara mahasiswa yang mampu dan tidak mampu di tengah pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) ini.

“Saya berharap lebih tepat sasaran saja, tidak semua mahasiswa dapat keringanan, karena kondisi keuangan negara kita juga sedang kesusahan. Misalnya saja ada subsidi silang sehingga tidak semua mahasiswa harus dapat keringanan,” jelasnya.

Terpisah UIN Sunan Kalijaga juga memberikan keringanan kepada mahasiswanya. Dr Waryono Abdul Ghafur selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama menyatakan, pihak UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah membuka diri bagi para mahasiswa yang keluarganya terdampak pandemi corona agar mengajukan keringanan.

“UIN Sunan Kalijaga, yang sudah pasti, dan sudah ada regulasi. Ada namanya penurunan UKT. Mahasiswa dan wali atau orangtua diberi kesempatan untuk mengusulkan penurunan UKT yang harus dibayar,” jelasnya.  

Besarnya keringanan yang diberikan sebanyak 10 persen dari jumlah Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayarkan setiap semesternya. “Nah ini kebijakan terdekat kami, tanpa harus menunggu apa yang diputuskan (Kementerian Agama) Jakarta, kita bisa melakukan karena ini kebijakan lokal,” papar pria yang mengawali karir sebagai dosen di Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.

Pemda DIY juga mulai memikirkan bantuan bagi para mahasiswa yang tetap tinggal di Asrama dan tidak kembali ke daerah masing-masing. Sebanyak 45 asrama mahasiswa yang telah terdata akan mendapat bantuan paket sembako dari Pemda dan Gugus Tugas.

Sekretaris Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan Covid-19 tingkat DIY, Biworo Yuswantono, mengatakan, bantuan akan dikirimkan secara bertahap mulai Senin 4 Mei mendatang. “Ada sekitar 450 mahasiswa yang tidak pulang dan ada di 45 asrama. Kita akan bantu mereka dengan memberikan paket sembako,” tandasnya. (yve)