Mengatasi Pandemi dengan Penguatan dan Percepatan Belanja
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan di DIY. Sejumlah konsekuensi mengandung risiko telah terjadi.
Sebut saja kinerja perekonomian DIY di tahun 2020 sangat jauh dari harapan karena mengalami kontraksi dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Triwulan II 2020 perekonomian DIY mengalami kontraksi sebesar 6,74 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019.
"Meskipun demikian di triwulan III kinerja perekonomian DIY mulai mengalami perbaikan dengan kontraksi sebesar 2,84 persen dibanding periode yang sama tahun 2019," kata Sri Sultan HB X, Gubernur DIY, di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (21/12/2020).
Untuk itu Sultan berharap penguatan dan percepatan belanja pemerintah sebagai stimulus perekonomian dapat merespon lemahnya sisi permintaan. Dalam program itu, peran teknologi informasi juga tak boleh dilupakan sebagai upaya untuk memaksimalkan pertumbuhan ekonomi, termasuk kerja sama lintas teknis, lintas sektor bahkan lintas kewilayahan yang saling bahu-membahu sangatlah diperlukan.
“Tujuannya untuk melengkapi dan mengambil peran sesuai ketugasannya, sehingga dapat terwujud pembangunan yang sinergis lintas sektor, bertahap, dan berkelanjutan," paparnya.
Sementara Kepala Bappeda DIY, Beny Suharso, menyatakan tingkat kemiskinan DIY masih menjadi perhatian. Tingkat kemiskinan di DIY saat ini di angka 12,35 persen, sementara pusat mengusulkan di angka 8,25 persen.
"Paling tidak, tidak semakin meningkat persentasenya,” katanya.
Untuk itu, DIY akan dilakukan program-program penguatan seperti efektivitas industri kreatif. Selain itu Pemda mencoba melindungi kestabilan harga di tingkat petani.
"Caranya, produknya kita beli. Itu salah satu caranya. Untuk program pemulihan ekonomi karena Covid-19 ini sendiri ada di angka 69,73 milyar (rupiah), semuanya masuk BTT (Belanja Tidak Terduga-red). Pusat memperbolehkan DIY tidak mengubah besarannya. Yang kita ubah adalah sasaran dan program atau target kinerjanya,” kata Beny. (*)