MAK Kembangkan Ekosistem Industri, Bangun Gedung Griya Cipta dan Rekayasa

MAK Kembangkan Ekosistem Industri, Bangun Gedung Griya Cipta dan Rekayasa

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—PT Mega Andalan Kalasan (MAK) terus mengembangkan ekosistem industri. Langkah ini menjadi bagian dari strategi untuk mendukung pengembangan industri yang dilakukan MAK. Upaya itu, salah satunya dengan membangun Gedung Griya Cipta dan Rekayasa yang berada di kawasan Mega Andalan Tekno Park, Prambanan. Gedung ini, merupakan bagian dari ekosistem industri, yakni sebagai think tank yang sangat dibutuhkan untuk masa depan.

CEO sekaligus Founder PT Mega Andalan Kalasan Boentoro mengatakan, gedung tersebut berdiri di atas lahan 1.500 meter persegi dan dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian sebagai show room seluas 1.000 meter persegi dan sisanya 500 meter persegi dibuat sebagai gedung Direktorat Riset dan Development (RnD). “Showroom digunakan sebagai ruang pamer dari produk-produk kami sementara RnD digunakan sebagai ruang kerja para engineer dalam merancang produk-produk baru,” kata Boentoro, sebagaimana rilisnya, Selasa (24/2/2023).

Di lokasi yang sama, pihaknya uga mengembangkan bengkel engineering yang digunakan untuk pembuatan prototype produk yang dikembangkan serta keberadaan laboratorium pengujian yang terakreditasi oleh KAN. Keberadaan gedung tersebut juga bertujuan untuk pengembangan pasar.

“Dengan gedung ini maka Mega Andalan Teknopark sudah lengkap. Sebelumnya kami memiliki pusat pembelajaran, akademi teknik, export oriented production plant, kawasan berikat, gudang berikat, sarpras industri komponen plastik, dan sarpras industri roda dan kastor,” katanya.

Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengapresiasi kejelian MAK dalam menangkap peluang bisnis kesehatan. Menurutnya, kejelian MAK dalam mengembangkan bisnis alat kesehatan membuat industri tersebut mampu melejit selama masa pandemi.

“Kami berharap keberadaan MAK bisa ikut membantu menurunkan angka kemiskinan di Sleman, khususnya di daerah Prambanan yang selama ini masih terbilang tinggi,” katanya.

Boentoro mengungkapkan, wilayah DIY dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan kawasan industri manufaktur. Untuk membangun industri manufaktur yang kuat maka dibutuhkan ekosistem industri yang lengkap.

“Jogja memiliki banyak potensi untuk membangun industri manufakftur. Potensi yang besar tersebut juga didukung oleh keberadan tenaga kerja yang dibutuhkan. Tinggal bagaimana political will dari pemerintah daerah untuk menggembangkan industri manufaktur yang ada. Masalah ekosistem ini penting. Kalau di DIY tidak memiliki supporting industrinya, maka susah bagi DIY untuk mengembangkan sebuah kawasan industri,” katanya.

Ekosistem industri yang dikembangkan, katanya, bisa mengoptimalkan dan memanfaatkan tanah kas desa (TKD). Efek baiknya, penggunaan TKD di suatu desa nanti industri tersebut dapat membantu pendapatan asli desa dan mengentaskan masalah pengangguran dan kemiskinan di desa tersebut.

“Katakanlah, satu hektar TKD dimanfaatkan untuk membangun ekosistem industri maka akan menyerap tenaga kerja antara 50-100 orang. Selain menjadi PAD desa juga ikut menurunkan angka pengangguran dan mengatasi kemiskinan. Ini membutuhkan keinginan kuat dari pemangku kebijakan,” katanya. (*)