Macapat di Ndalem Pujokusuman, Tradisi Bertemu Inovasi
Banyak anak muda yang menganggap macapat kuno dan tidak menarik.
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Tebaran bunga mawar, aroma dupa dan dekorasi kain putih yang menjuntai menciptakan suasana magis khas Jawa. Di bawah temaram lampu, tembang Kinanthi Gandamastuti, mengalun syahdu, diikuti dengan tembang-tembang klasik lainnya seperti Mijil, Asmarandana, Pocung, Megatruh dan Sinom.
Aura tradisi yang kuat memancar dari Pendopo Ndalem Pujokusuman Kemantren Mergangsan Kota Yogyakarta, Minggu (1/12/2024) malam. Dalam suasana yang kental tradisi, pertunjukan seni macapat bertajuk Siyaga Ing Gati Nguri-uri Macapat Ing Tatanan Anyar sukses digelar.
Pertunjukan oleh Komunitas Macapath Project itu menggabungkan seni macapat klasik dengan elemen kontemporer, sekaligus menjawab tantangan zaman dan menghidupkan kembali minat generasi muda terhadap warisan budaya.
Yogyakarta sebagai barometer seni dan tradisi, kini menghadapi tantangan dalam mempertahankan relevansi seni macapat di kalangan generasi muda. Banyak anak muda yang menganggap macapat kuno dan tidak menarik.
Wajah baru
"Melalui Macapath Project kami ingin membuktikan bahwa macapat tetap bisa dinikmati. Kami mementaskan macapat dengan wajah baru yang lebih segar tanpa menghilangkan nilai tradisionalnya," ujar Sarjiono, sutradara pementasan dari komunitas Macapath Project.
Tampil para jawara kompetisi bahasa dan sastra binaan Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. Mereka adalah Geisya Pangestu Lelono Putri, Agita Yuri, Davin Rafisqy Zhafran, Devina Azaria, Arsyila Zayda Maisadipta , Naufal Irsyad Dzaky Nayotama, Aliya Nirwasita Wibowo, Brigita Vony, Herwilda Apritasari, Fabiola Anenina, Haura Aulia Shabira dan Yayan Noordyansyah Suryatama. Adapun Pimpinan produksi Shodiq Ritwanto.
Kepala Bidang Sejarah, Permuseuman, Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Andrini Wiramawati, mengapresiasi inisiatif Macapath Project. "Kolaborasi ini membuktikan bahwa seni macapat tetap hidup dan relevan di tengah masyarakat modern," ujarnya.
Antusiasme penonton memuncak saat alunan gamelan mengiringi tembang macapat yang dibawakan anak-anak muda pelestari budaya. Interaksi antara seniman dan penonton menciptakan suasana akrab, menjadikan pertunjukan ini sebagai pengalaman budaya yang tak terlupakan.
Sebagai bagian dari rangkaian Festival Sastra Yogyakarta 2024, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta menegaskan komitmennya melestarikan seni dan tradisi Jawa, sekaligus menunjukkan bahwa seni klasik bisa relevan saat bertemu inovasi. (*)