Ketika Dokter Anti-Aging Bertemu Buruh Gendong di Tengah Pasar Beringharjo
Ketuaan bukan berarti harus jadi krepo (tak berdaya). Dengan pola hidup yang sehat, asupan gizi seimbang, dan perhatian terhadap diri, siapa pun bisa tetap bugar di usia tua
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Di balik kerasnya kehidupan pasar tradisional, ada kisah tentang bagaimana tetap bugar dan bahagia meski usia tak lagi muda. Ponirah, 68 tahun, adalah salah satu saksinya.
Pagi itu, Minggu (15/6/2025), Aula Pasar Beringharjo lantai 3 tampak berbeda. Biasanya sepi karena hari libur, kini ruangan itu dipenuhi ratusan ibu-ibu yang duduk rapi mendengarkan penjelasan dokter tentang cara menjaga kesehatan lutut.
Di selasar, tumpukan paket sembako menanti dibagikan, sementara selimut-selimut baru masih terlipat rapi dalam kardus.
Ini bukan kesibukan pasar yang biasanya. Ini adalah pertemuan antara dunia kedokteran modern dengan realitas keras kehidupan buruh gendong—sebuah profesi yang mungkin tak pernah terlintas akan bersinggungan dengan konsep anti-aging dan wellness.
“Saya ini sudah tua, tapi masih ingin kerja, masih ingin kuat,” ujar Ponirah (68), buruh gendong Pasar Beringharjo yang telah menekuni profesinya sejak era 1980-an. Matanya berbinar saat menceritakan tips yang baru saja ia dengar dari dokter tentang cara merawat lutut agar tidak mudah sakit.
Ponirah adalah satu dari 364 buruh gendong dari empat pasar tradisional di DIY (Beringharjo, Giwangan, Gamping, dan Kranggan), yang hadir dalam kegiatan bakti sosial tahunan Perhimpunan Dokter Antiaging, Wellness, Estetik & Regeneratif Indonesia (PERDAWERI) cabang DIY. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia ke-117.
Ponirah bercerita dengan antusias tentang pekerjaannya. Hampir empat dekade ia habiskan untuk mengangkat dan memindahkan barang-barang pedagang di Pasar Beringharjo. Tubuhnya yang sudah tidak lagi prima sering mengeluh pegal-pegal, terutama di bagian lutut dan punggung.
“Alhamdulillah ada acara ini, dapat sembako, dapat selimut juga. Tadi dikasih tahu caranya supaya tetap sehat, supaya lutut enggak gampang sakit,” ujarnya sambil tersenyum lebar.
Bagi Ponirah, kegiatan seperti ini bukan hanya soal bantuan materi. Lebih dari itu, ini adalah bentuk pengakuan bahwa mereka—para buruh gendong—juga berhak mendapatkan perhatian dan perawatan kesehatan yang layak.
“Kami ini juga ingin tetap kuat dan awet muda, meski sehari-hari ngangkat berat,” katanya dengan nada penuh harap.
Ketika Anti-Aging Bertemu Realitas Lapangan
Konsep anti-aging mungkin terdengar mewah bagi sebagian orang. Identik dengan treatment mahal di klinik-klinik estetika atau suplemen premium yang harganya selangit. Namun, di tangan dr. Choirul Anwar, M.Kes., Ketua PERDAWERI DIY, konsep ini diterjemahkan menjadi sesuatu yang sangat praktis dan aplikatif.
“Ketuaan bukan berarti harus jadi krepo (tak berdaya). Dengan pola hidup yang sehat, asupan gizi seimbang, dan perhatian terhadap diri, siapa pun bisa tetap bugar di usia tua,” ujar dr. Choirul di sela-sela kegiatan.
Bagi para buruh gendong yang rata-rata berusia di atas 70 bahkan 80 tahun namun masih aktif bekerja, pesan ini bukan sekadar motivasi kosong. Ini adalah panduan hidup yang mereka butuhkan untuk bertahan dalam profesi yang menuntut kekuatan fisik tinggi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kesehatan dan perawatan diri itu hak semua orang, tidak terkecuali para buruh gendong. Mereka perlu tetap segar, tetap bugar, dan tetap tegar karena pekerjaan mereka sangat berat secara fisik,” lanjut dr. Choirul.
Lebih dari Sekadar Sembako
Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 08.00 pagi ini, memang lebih dari sekadar pembagian bantuan. Setiap paket sembako senilai ratusan ribu yang berisi beras, minyak goreng, dan tepung, disertai dengan edukasi kesehatan yang disampaikan secara partisipatif dan interaktif.
“Kami juga rutin memberikan ceramah kesehatan dengan cara yang menarik agar mudah dipahami dan diterapkan. Tahun ini, ada tambahan selimut karena kami tahu sebagian dari mereka tidur di sini, di pasar,” jelas dr. Choirul.
Pemeriksaan laboratorium sederhana seperti cek gula darah dan hemoglobin (Hb) juga menjadi bagian penting dari kegiatan ini. Bagi para buruh gendong yang jarang memiliki akses ke layanan kesehatan berkualitas, pemeriksaan ini menjadi sangat berharga.
Yang tak kalah menarik, PERDAWERI DIY juga menyiapkan bantuan tambahan berupa air bersih di beberapa wilayah DIY dan berencana membagikan deker lutut pada kegiatan selanjutnya. Perhatian detail seperti ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar memahami kebutuhan spesifik para buruh gendong.
Merawat Mereka yang Merawat Pasar
Dalam ekosistem pasar tradisional, buruh gendong memiliki peran vital namun sering tidak terlihat. Mereka adalah tulang punggung yang membuat roda perdagangan terus berputar. Tanpa mereka, pedagang akan kesulitan memindahkan barang, dan pembeli akan kesulitan membawa pulang belanjaannya.
Namun, kelompok pekerja informal ini sering terpinggirkan dalam akses layanan kesehatan dan edukasi gaya hidup sehat. Kehadiran PERDAWERI DIY dalam kehidupan mereka menjadi secercah harapan bahwa ada yang peduli.
“Buruh gendong adalah bagian penting dari denyut nadi pasar. Kami ingin mereka tetap sehat, bugar, dan bahagia meskipun usia tidak lagi muda,” tegas dr. Choirul.
Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan games ringan untuk membangkitkan semangat para peserta. Suasana yang tercipta sangat hangat dan familier, jauh dari kesan formal yang biasa melekat pada kegiatan kedokteran.
“Kita ingin mereka merasa dihargai, disemangati, dan tetap merasa muda. Inilah esensi dari anti-penuaan yang sesungguhnya,” pungkas dr. Choirul.
Konsistensi yang Bermakna
Kegiatan bakti sosial ini bukan yang pertama kali. PERDAWERI DIY telah menjadikannya sebagai agenda tahunan, menunjukkan komitmen jangka panjang mereka terhadap kesejahteraan buruh gendong.
Ketika para dokter anti-aging bertemu dengan buruh gendong, yang terjadi bukan hanya transfer ilmu, tetapi juga pertukaran semangat hidup.
Para dokter belajar tentang ketangguhan dan semangat pantang menyerah, sementara para buruh gendong mendapatkan ilmu untuk tetap sehat dan bugar.
Di penghujung acara, saat para buruh gendong pulang dengan membawa paket sembako dan selimut baru, wajah-wajah mereka tampak lebih cerah. Ada harapan baru tentang bagaimana menjalani hari-hari ke depan dengan lebih sehat dan bahagia.
Seperti kata Ponirah sebelum beranjak pulang.
“Semoga tahun depan kita bisa ketemu lagi, dalam keadaan sehat semua,” katanya. (*)