Keselamatan Pemanfaatan Nuklir di Tangan SDM Berkualitas

Keselamatan Pemanfaatan Nuklir di Tangan SDM Berkualitas

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 101 wisudawan Sekolah Tinggi Teknik Nuklir - Badan Tenaga Nuklir Nasional (STTN - BATAN) siap menjadi tenaga ahli yang bergelut dengan teknologi nuklir dan segala turunan teknologi yang menyertainya.

Tidak seperti biasa, wisuda yang dilaksanakan secara tatap kali ini memberlakukan protokol kesehatan dengan sangat ketat. Dengan duduk berjarak wisudawan menggunakan face shield dan masker medis yang telah disediakan. Selain itu mereka juga datang tanpa didampingi oleh orang tua masing-masing.

Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Anhar Riza Aktariksawan menyampaikan bahwa alumni STTN itu sangat penting. Sebab keselamatan nuklir itu berada ditangan mereka sebagai orang yang tiap hari mengoperasikan alat dan teknologi yang berkaitan dengan nuklir.

"Hal ini menunjukkan bahwa SDM indonesia itu tidak hanya mampu mengoperasilan saja, tetapi juga bisa mebuat, mendesain dan mengkonstruksi itu semua," paparnya disela wisuda Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Batan, Rabu (07/10/2020).

Meski demikian, Riza mengakui masih menjadi tantangan bersama karena belum banyak juga pemegang ijin yang belum menghargai PPR (PPR didefinisikan sebagai petugas yang ditunjuk oleh Pemegang Izin dan oleh BAPETEN dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi-red).

"Kalau kita inspeksi PPR itu ada, tapi dalam kesehariannya belum tentu ada, hal ini merupakan evaluasi kita bersama. Mereka tidak hanya bisa mengoperasikan, tapi beberapa dari mereka yang saya temui juga berhasil membuat detektor sediri, bahkah mereka punya pengalaman mengembangkan reaktornya," ungkapnya.

Saat ini secara konkrit Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) turut dalam penanganan Covid-19 yaitu mengembangkan antiserum bagi pasien positif.

"Dalam riset, kami mengembangkan antiserum untuk melemahkan atau mensterilkan virus dengan menggunakan iradiasi gamma. Ini masih dalam proses dengan Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional," paparnya.

Menurut Anhar, iradiasi gamma dilakukan untuk mensterilisasi serum atau plasma konvaselen dan antiserum Immunoglobulin Y (IgY) untuk penanganan Covid-19. Dalam riset tersebut, kandidat vaksin yang siap ditaruh di raditor untuk disinari gamma. Penyinaran untuk mengetahui sejauh mana iradiasi mampu melemahkan virus.

Serum atau plasma konvaselen dan antiserum IgY  tersebut bermanfaat sebagai imunisasi pasif pasien positif. Imunisasi tersebut akan dapat mempercepat proses penyembuhan pasien. Dengan demikian akan semakin banyak kasus sembuh dari virus tersebut corona tersebut.

"Kita optimalisasi dosis sinar gamma yang efektif untuk menonaktifkan virus tanpa mempengaruhi komponen antigennya," jelasnya.

Sementara Ketua STTN Batan, Edy Giri Rachman Putra mengungkapkan, dosen mereka juga mengembangkan ventilator bagi pasien Covid-19. Ventilator yang dibuat memiliki kelebihan dibandingkan yang tersedia saat ini. Dengan menggunakan teknologi di ruang kontrol, satu ventilator bisa digunakan lebih dari satu pasien Covid-19.

"Dengan demikian akan semakin banyak pasien dengan gejala Covid-19 yang berat bisa tertolong. Di satu ruang kontrol, ventilator yang dikembangkan dosen kami bisa digunakan untuk banyak pasien," tutupnya.(*)