Kecil Mendunia, Museum Wayang Beber Sekartaji Simpan Koleksi Langka
Sejak didirikan, museum ini telah dikunjungi ribuan tamu dari dalam negeri maupun tamu asing.
KORANBERNAS.ID, BANTUL – Keberadaan Museum Wayang Beber Sekartaji di Dusun Kanutan Kalurahan Sumbermulyo Kapanewon Bambanglipuro Bantul patut diperhitungkan. Para ahli maupun wisatawan dari berbagai negara berdatangan ke museum tersebut.
“Meseum Wayang Beber Sekartaji ini meskipun kecil tapi mendunia. Kami ingin mengubah kesan bahwa museum itu tidak harus megah. Kecil tapi mendunia dan yang terlibat pun masyarakat sekitar,” ungkap Indra Suroinggeno, pendiri sekaligus perintis museum tersebut.
Saat menerima rombongan Forum Wartawan DPRD DIY, Selasa (12/11/2024), dia menjelaskan salah satu daya tarik kunjungan ke museum didirikan tahun 1 Oktober 2017 adalah keberadaan koleksi langka yang tersimpan di tempat itu.
Indra Suroinggeno yang bernama asli Trias Indra Setiawan itu lantas menunjukkan Lontar Kakawin Sutasoma di hadapan para jurnalis. Lontar kuno dan istimewa ini diperoleh dari Lombok Nusa Tenggara Barat. Isinya tentang kisah Sutasoma.
Indra Suroinggeno memperlihatkan Wayang Beber Pancasila yang panjangnya kurang lebih lima meter. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Sebagai benda yang mahal dan sangat langkah, kondisinya masih sangat baik. Bahkan Indra menyatakan sangat jarang ditemukan lontar dengan panjang 53 sentimeter. “Kita punya Lontar Kakawin Sutasoma asli. Tidak ada lontar sepanjang ini,” ungkapnya.
Kakawin Sutasoma adalah Kakawin dalam Bahasa Jawa Kuno. Kakawin ini termasyur, sebab setengah bait di dalam kakawin menjadi Motto Nasional Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Berbekal naskah asli dari lontar itulah Indra kemudian membuat Wayang Beber Pancasila sepanjang kurang lebih lima meter, dan kedua benda itu akhirnya menjadi koleksi masterpiece museum tersebut.
“Dua koleksi unggulan Museum Wayang Beber Sekartaji itu yang selalu kami gemakan kepada setiap pengunjung,” katanya seraya menambahkan wayang beber adalah nenek moyang dari wayang kulit.
Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto mendengarkan penjelasan dari pendiri Museum Wayang Beber Sekartaji, Indra Suroinggeno. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Sudah ratusan kali Wayang Beber Pancasila dipentaskan di berbagai tempat bahkan pernah dibawa keliling Jawa, Bali dan Madura. Responsnya pun sangat luar biasa.
Selain pembuatan Kertas Dluwang yang pertama di Yogyakarta, museum itu juga memiliki koleksi yang tidak kalah menarik yaitu serit rambut emas peninggalan abad ke-8 yang berasal dari daerah Blora. Ini menjadi bukti bahwa sejak dahulu nenek moyang bangsa Indonesia tidak asal-asalan tatkala membuat wayang.
Terdapat juga koleksi Garudea yang membuktikan bahwa simbol Garuda sudah digunakan masyarakat Nusantara sejak dahulu kala. Sedangkan pada halaman museum terpajang sejumlah koleksi peralatan dari masa lalu terbuat dari batu.
Indra bersyukur, banyak anak muda dari kalangan generasi Z setelah berkunjung ke Museum Wayang Beber Sekartaji menjadi sadar, terbuka pemahamannya dan merasa bangga dengan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia yang memiliki peradaban besar. “Kita ini dilahirkan sebagai bangsa cahaya,” ungkapnya.
Pentas Wayang Beber Pancasila versi ringkas di Museum Wayang Beber Sekartaji. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Sejak didirikan, lanjut dia, museum telah dikunjungi ribuan tamu dari dalam negeri maupun tamu asing. Artinya, secara tidak langsung membawa dampak baik bagi kesejahteraan warga sekitar museum.
Peluang itu ditangkap oleh Pokdarwis setempat dengan membuat Paket Wisata Sekartaji yang memungkinkan wisatawan selain ke museum juga berkunjung ke Situs Selo Gilang, kerajinan, budi daya anggur atau ke tempat kuliner pembuatan serabi.
Selain itu, Museum Wayang Beber Sekartaji juga mempunyai Sanggar Seni Budaya Bhuana Alit sebagai sarana bagi anak anak belajar budaya Nusantara.
Usai menyaksikan langsung museum tersebut dan mendengarkan penjelasan dari Indra Suroinggeno tentang asal usul nama Sekartaji, Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto berharap Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY harus secepatnya merespons keberadaan Museum Wayang Beber Sekartaji, untuk mendapatkan atensi.
Edukasi
Menurut dia, Lewat Wayang Beber Pancasila pengelola museum tersebut secara terus menerus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya budi pekerti yang luhur, pitutur dan tuntunan. “DPRD DIY juga rutin mengadakan wayangan,” ujarnya.
Melengkapi diskusi siang itu, Indra Suroinggeno kemudian mementaskan Wayang Beber Pancasila. Diiringi gamelan, sebagai dalang Indra duduk menghadap lembaran yang bisa digulung dan dibeber.
Dengan semacam tongkat berfungsi untuk menunjukkan adegan yang sedang diceritakan sekaligus sebagai alat memukul instrumen, penampilannya memikat penonton.
Mengingat cuaca panas dan waktunya terbatas, pementasan kali ini dibuat versi ringkas. “Biasanya kami sembilan orang,” ujar Indra. (*)