Inovasi Teknologi Dirgantara Dalam Negeri, Pesawat Tanpa Awak Palapa Lahir di UGM

Sebuah terobosan signifikan dalam pengembangan teknologi dirgantara tanah air terwujud melalui peluncuran dua pesawat tanpa awak (UAV) Palapa S-1 dan Palapa S-2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (21/5/2024). Kehadiran kedua pesawat ini menjadi tonggak sejarah baru dalam kemajuan industri manufaktur dalam negeri.

Inovasi Teknologi Dirgantara Dalam Negeri, Pesawat Tanpa Awak Palapa Lahir di UGM
Gesang Nugroho berfoto di antara dua pesawat nirawak yang telah ia kembangkan selama 12 tahun. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Sebuah terobosan signifikan dalam pengembangan teknologi dirgantara tanah air terwujud melalui peluncuran dua pesawat tanpa awak (UAV) Palapa S-1 dan Palapa S-2 di Universitas Gadjah Mada (UGM) pada Selasa (21/5/2024). Kehadiran kedua pesawat ini menjadi tonggak sejarah baru dalam kemajuan industri manufaktur dalam negeri.

Hasil karya inovatif ini merupakan buah karya dari tangan dingin seorang guru besar baru, Prof. Dr. Gesang Nugroho, ST., MT., IPM. Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Teknik UGM ini telah mengabdikan diri selama 12 tahun untuk mengembangkan pesawat tanpa awak.

Perjuangan panjangnya membuahkan hasil dengan diraihnya dua paten terkait pencetakan komposit dengan batuan tekanan balon yang diberi nama Bladder Compression Moulding (BCM) pada pesawat tanpa awak yang sudah ia kembangkan.

Kedua pesawat tanpa awak tersebut, Palapa S-1 dan Palapa S-2, memiliki kemampuan yang mengagumkan.

"Palapa S-1 mampu terbang 6 jam nonstop dengan jangkauan sejauh 300 km, sementara Palapa S-2 bahkan bisa terbang 10 jam nonstop dengan jangkauan tak terbatas karena menggunakan telemetri satelit," ungkap Gesang pada Selasa (21/5/2024).

Selain untuk kepentingan militer, pesawat tanpa awak ini juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sipil. Pemetaan, surveilans, pemantauan bencana, serta pemeliharaan tanaman pertanian dan perkebunan adalah beberapa di antaranya.

Keunggulan lain dari kedua pesawat ini adalah harganya yang jauh lebih ekonomis dibandingkan pesawat UAV dari luar negeri. Hal ini tentunya menjadi nilai tambah bagi industri dalam negeri.

Dalam pidato pengukuhannya, Gesang menekankan bahwa teknologi UAV saat ini semakin maju dan berkembang, mengubah perspektif dunia. Ia menghimbau agar masyarakat dan pemerintah menggunakan produk riset bangsa sendiri.

"Dengan menggunakan produk dalam negeri, konsep Invention, Application and Utilization (IAU) dapat berjalan dengan baik. Hal ini pada akhirnya akan mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri manufaktur di tanah air," ujarnya.

Inovasi Palapa S-1 dan Palapa S-2 menjadi bukti nyata kemampuan anak bangsa dalam mengembangkan teknologi dirgantara canggih. Langkah ini diharapkan dapat memacu kemajuan industri manufaktur dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada produk impor.

Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari kerja keras dan dedikasi para peneliti dan insinyur Indonesia. Dengan terus mendorong inovasi dan memperkuat sektor manufaktur, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemain utama dalam industri dirgantara global. (*)