Hindari Gagal Ginjal, Biasakan Hidup Sehat dan Seimbang

Hindari Gagal Ginjal, Biasakan Hidup Sehat dan Seimbang

KORANBERNAS.ID—Penyakit ginjal kronik kini menjadi permasalahan serius bagi Indonesia. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan jumlah penderita penyakit ginjal di Indonesia menempati urutan kedua setelah penyakit jantung, dengan pertumbuhan hampir 100 persen dalam kurun waktu 2014-2015.

Penduduk yang terkena penyakit ginjal pun kebanyakan berusia produktif. Data 7th Report of Indonesian Renal Registry pada 2014 menunjukkan, 56 persen penderita penyakit ginjal adalah penduduk usia produktif, yakni di bawah 55 tahun.

Secara medis, gagal ginjal kronis merupakan penurunan fungsi ginjal secara perlahan dan menahun.

“Penyebabnya berbagai macam faktor, bersifat progresif dan iirefersible. Gejala yang muncul, biasanya tidak nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesaka nafas dan cepat lelah,” kata dr Triharnoto, MBA, M.Sc, Sp.PD-KGH, FINASIM, saat Diskusi Kesehatan Nutrisi Tepat untuk Pasien gagal Ginjal, di Yogyakarta baru-baru ini. Diskusi diselenggarakan oleh PT Kalbe Farma Tbk.

Menurut dokter di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta ini, ginjal kronis seungguhnya bukanlah penyakir keturunan atau penyakit yang menurun. Akan tetapi, perilaku dan kebiasan yang orangtua biasanya ditiru oleh anak-anaknya. Kalau kebiasaan dan perilaku serta pola hidup orangtua tidak baik atau tidak sehat, boleh jadi hal yang sama juga akan dialami oleh anak-anak.

Secara umum, penyakit ginjal kronis disebabkan oleh banyak hal. Selain banyak dialami oleh penderita diabetes mellitus (DM), juga banyak diderita oleh pasien dengan gangguan hipertensi. Penyebab lainnya, bisa bermula dari gangguan batu ginjal, kista dan lain sebagainya.

“Gangguan-gangguan kesehatan ini, dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan mengancam kesehatan ginjal. Jadi harus waspada,” kata dr Toto.

Untuk menghindarinya, maka yang terpenting adalah menjaga pola makan, perilaku dan pola hidup dengan baik serta cukup istirahat.

“Harus dipahami, tidak ada penyakit yang single atau berdiri sendiri. Penyakit selalu muncul karena gangguan yang saling terkait dari system tubuh,” katanya.

Eko Trisnawan, pasien gagal ginjal sejak 2011. (istimewa)

Eko Trisnawan, penderita gagal ginjal sejak 2011 mengungkapkan hal senada. Menurut mantan karyawan swasta ini, paling utama agar tubuh tetap sehat adalah menjaga keseimbangan dalam hidup. Aktivitas fisik, pola makan atau asupan dan istirahat yang cukup, merupakan sebuah keharusan.

Eko mengaku terlambat menyadari pola hidupnya saat divonis gagal ginjal dan langsung HD seminggu dua kali. Sebelumnya, dia mengaku pekerja keras di sebuah pabrik dengan jam kerja mulai pukul 06.00 hingga 22.00 WIB setiap hari, kecuali Sabtu dan Minggu.

Kondisi ini diperparah dengan pemakaian bahan bahan suplemen untuk menambah stamina.

“Jangan sampai kawan-kawan yang masih sehat mengalami seperti saya. Jaga pola hidup yang seimbang. Itu sangat penting,” kata Eko yang kini memilih berjualan gorengan untuk menghidupi keluarga.

Health Care Consultant Kalbe Ethical Customer Care, Adis Pranaya Yakin menuturkan, pasien dengan gagal ginjal, diklasifikasikan menjadi pasien predialisis dan pasien hemodialysis. Diet nutrisi, kata Adis, sangat perlu untuk pasien-pasien dengan gagal ginjal, tentunya hal-hal yang digunakan dalam dietnya berbeda antara pasien predialisis dengan hemodialysis.

“Itulah mengapa, kami rutin mengadakan kegiatan diskusi semacam ini, sebagai ajang untuk mengedukasi masyarakat sebagai wujud kepedulian terhadap pencegahan penyakit ginjal. Sedangkan untuk pasien yang sudah gagal ginjal, mereka bisa sharing dan tukar pengetahuan agar tetap mampu mempertahankan kualitas hidupnya. Asalkan bisa menjaga pola hidup dan pola makan, pasien gagal ginjal pasti tetap sehat dan produktif,” katanya.

Adis mengungkapkan, dampak dari penyakit ginjal ini amat serius dan berpengaruh besar terhadap sosial ekonomi penderita dan negara, lantaran biaya penanganannya yang mahal.

Untuk tahun 2015, (data BPJS hingga triwulan III-red), terdapat 1,2 juta kasus gagal ginjal, dengan pembiayaan Rp 16 triliun. (*/SM)