Hanya 20 Persen yang Terbuang Selebihnya Jadi Uang

Hanya 20 Persen yang Terbuang Selebihnya Jadi Uang

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Keberadaan Tempat Pengelolaaan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Bantul untuk menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul, ke depan sepertinya tak bisa diharapkan lagi. Setiap hari TPST itu menerima kiriman 600 ton sampah. Sungguh, jumlah yang sangat luar biasa.

Mengatasi solusi tersebut, Wakil Ketua DPRD DIY DIY Huda Tri Yudiana mendorong masyarakat berinisiatif mengolah sampahnya secara mandiri berbasis dusun atau desa. Kesuksesan itu dibuktikan kelompok Pengelola Sampah Mandiri “Ngudi Raharjo” Dusun Jetis Wedomartani Ngemplak Sleman.

Saat mengunjungi lokasi itu, Rabu (15/1/2020), Huda menyampaikan apresiasi kelompok ini mampu mengolah dan memilah sampah. Terbukti hanya 20 persen yang dikirim ke Piyungan selebihnya 80 persen menjadi uang karena laku dijual. “Pengelolaan sampah berbasis dusun seperti di Dusun Jetis ini patut dicontoh,” ujarnya.

Bendahara Pengelola Sampah Mandiri “Ngudi Raharjo”, Hariyadi, mengakui kelompoknya mengolah sampah dari sejumlah dusun tepatnya terdiri dari 315 KK (Kepala Keluarga) termasuk kantor serta warung-warung makan.

Dengan sistem iuran mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 50 ribu kelompok tersebut dalam sehari mampu mengangkut sampah sekitar 6 meter kubik atau kurang lebih 4 ton.

Di tempat itulah sampah didaur ulang kemudian dijual ke pengepul. Sedangkan sampah yang sudah tidak bisa diolah sama sekali dipisahkan pada tempat tersendiri selanjutnya diangkut ke TPST Piyungan. “Yang tidak bisa diolah lagi popok bayi dan pembalut wanita,” ujarnya.

Pengelolaan sampah mandiri dimulai dari bank sampah yang berdiri tahun 2016. Iuran yang terkumpul setiap bulannya naik turun pada kisaran Rp 6 juta. Penghasilan itu dikurangi biaya pengeluaran Rp 2 juta dan gaji lima karyawan.

Di Sleman saja pengelola sampah mandiri sudah ada sekitar 19 kelompok. Huda berharap model seperti ini dikembangkan di DIY sehingga mampu mengurangi beban pemerintah mengatasi problema sampah.

“Kelompok Pengelola Sampah Mandiri seperti ini sangat solutif dan mampu menyerap tenaga kerja. Model ini perlu kita kembangkan. Cara seperti ini lebih murah untuk mengatasi masalah sampah,” kata Huda. (sol)