FPMI DIY Konsisten Beri Pendidikan Politik

Sering terjadi teman-teman tunanetra berjalan di trotoar dapat pertanyaan mau pesan apa, ternyata masuk warung tenda.

FPMI DIY Konsisten Beri Pendidikan Politik
Penandatanganan deklarasi di sela talkshow FPMI DIY di Pendopo Hinggil, Mergangsan Kota Yogyakarta, Sabtu (9/11/2024). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) menggelar talkshow dengan tema Pilkada Inklusif bagi Kaum Rentan di Pendopo Hinggil, Mergangsan, Kota Yogyakarta, Sabtu (9/11/2024).

Acara yang berlangsung hampir tiga jam tersebut diikuti para pemuda dan anggota komunitas disabilitas di Yogyakarta. Tampak hadir para kandidat yang akan bertarung dalam Pilkada Kota Yogyakarta,  lembaga penyelenggara pemilu, ormas dan politisi muda lintas partai politik.

Koordinator FPMI DIY Herry Fahamsyah MM MIP menjelaskan kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi pendidikan politik bagi masyarakat dan kandidat agar saling mendukung dalam menciptakan pilkada yang inklusif.

"Kami konsisten untuk memberikan pendidikan bagi siapa pun, termasuk bagi teman-teman disabilitas agar aktif berpartisipasi dalam demokrasi," kata Herry yang juga anggota DPRD Bantul tersebut.

Aksi nyata

“Harapannya, melalui forum ini mampu membentuk paradigma dan memicu aksi nyata, baik bagi pemilih maupun kandidat, mengenai urgensi didorongnya pilkada atau pemilu yang inklusif bagi semua,” lanjut politisi PAN itu.

FPMI DIY berperan menjembatani antara masyarakat khususnya kaum muda dengan partai politik. “Kami ingin masyarakat dan aktor politik saling memahami bahwa kolaborasi antara keduanya sangat diperlukan dalam pembangunan suatu daerah. Harus lebih banyak anak-anak muda dekat dengan politik praktis, karena masa depan mereka ditentukan oleh produk kebijakan publik,” kata Herry.

Aktivitas organisasi kemasyarakatan, Titok Hariyanto yang juga seorang peneliti mengatakan inklusivitas selain mengenai kesetaraan bagi kaum rentan, juga mengenai kebebasan berpendapat. Pihaknya mengulas Kota Jogja pernah melahirkan para aktivis dan kritikus namun belakangan tidak terjadi lagi.

Titok mengungkapkan pentingnya seorang pemimpin melihat hingga menentukan kebijakan publik berdasarkan isu-isu yang ada dalam keseharian masyarakat.

Pengalaman buruk

Menanggapi itu, anggota komunitas disabilitas di Yogyakarta, Akbar Setyawan, membeberkan pengalaman buruk kelompok difabel saat menggunakan fasilitas publik dan transportasi publik.

“Sering terjadi teman-teman tunanetra berjalan di trotoar tahu-tahu dapat pertanyaan mau pesan apa, ternyata kami telah masuk di warung tenda,” ungkapnya.

Dia menyatakan pemilihan kepala daerah yang telah semakin dekat menjadi harapan bagi komunitas disabilitas dan kelompok-kelompok minoritas dan rentan lainnya mendapatkan dukungan untuk menggunakan hak pilih mereka.

Bahkan, kelak sistem pemerintahan juga diharapkan mampu berjalan dengan berkualitas dan inklusif, yakni memberi kesempatan disabilitas untuk dilibatkan secara langsung menyelesaikan isu-isu seputar disabilitas.

Sesuai kebutuhan

“Kami berharap para disabilitas ini dilibatkan secara langsung dalam pembangunan, sehingga apa yang direncanakan dan apa yang diimplementasikan pemerintah menjadi tepat sasaran, atau sesuai dengan kebutuhan,” kata Akbar.

Selama talkshow, peserta berkesempatan bertemu secara langsung oleh calon pemimpin. Ada interaksi antara representasi masyarakat dan kandidat. Pertemuan antara masyarakat dan tokoh politik telah menjadi program prioritas FPMI DIY dalam agenda pendidikan politik. (*)