FOI Resmi Berkantor di DPKP DIY, Saatnya Stop Boros Pangan Jadi Gerakan Masyarakat

Sebagai gambaran, setiap tahun tidak kurang 23-48 ton makanan terbuang hingga mengakibatkan kerugian ekonomi mencapai Rp 213 triliun sampai Rp 551 triliun.

FOI Resmi Berkantor di DPKP DIY, Saatnya Stop Boros Pangan Jadi Gerakan Masyarakat
Penyerahan kunci menandai dibukanya Kantor Sekretariat FOI di DPKP DIY, Senin (5/8/2024). (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Foodbank of Indonesia (FOI), sebuah organisasi organisasi sosial yang didirikan 20 Mei 2015 di bawah Yayasan Lumbung Pangan Indonesia, resmi berkantor di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP).

Meski status kantor sekretariat itu hanya pinjam salah satu ruangan di dekat tempat parkir DPKP DIY, namun langkah tersebut dinilai sebagai wujud keseriusan untuk semakin memasifkan gerakan stop boros pangan dan upaya penyelamatan pangan mubazir.

Pembukaan kantor tersebut dilakukan oleh Plt Kepala DPKP DIY, R Hery Sulistio Hermawan SPi MT, Senin (5/8/2024), ditandai penyerahan kunci, pengguntingan pita serta peninjauan ruangan sekretariat.

Acara syukuran yang dihadiri perwakilan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (FTP UGM), Faperta UGM, Kelompok Wanita Tani, Nutrifood Yogyakarta, Sari Husada, JNE Yogyakarta, Yayasan Madania, Hotel Hyatt serta sejumlah pakar di antaranya Dr Ir Lestari Rahayu Waluyati, Dr Ira Paramastri M Si, Mutiara TPL Kusuma Ph D maupun para relawan itu sekaligus sebagai pengenalan khasanah pangan lokal.

Pengenalan khasanah pangan lokal saat tasyakuran pembukaan Kantor Sekretariat FOI. (sholihul hadi/koranbernas.id)

“Kami memberikan apresiasi kepada DPKP DIY atas peminjaman ruangan untuk kita bisa kumpul dan bekerja. Kami ingin berkolaborasi membantu masyarakat terkait dengan penyelamatan pangan. Kita tidak bisa bergerak sendiri tanpa dibantu oleh pemerintah,” ungkap M Hendro Utomo, Founder Foodbank of Indonesia.

Menurut dia, FOI memiliki misi memerangi kelaparan pada kelompok rentan dan meningkatkan status gizi masyarakat terutama anak-anak. Pergerakan FOI tidak lepas dari upaya penyelamatan kemubaziran pangan dengan membantu menyalurkan pangan berlebih kepada masyarakat yang membutuhkan.

Hery Sulistio Hermawan menyambut positif kolaborasi itu yang sejalan dengan upaya DPKP DIY untuk menekan makanan yang terbuang atau mubazir. Faktanya, dia melihat sendiri tatkala berada pada salah satu restoran, jumlah makanan yang berlebih atau sisa luar biasa. Hitungan dia, bisa mencapai 50 persen.

Sebagai gambaran, setiap tahun tidak kurang 23-48 ton makanan terbuang hingga mengakibatkan kerugian ekonomi mencapai Rp 213 triliun sampai Rp 551 triliun. Makanan yang terbuang sia-sia itu dapat untuk memberi makan  61-125 juta orang di Indonesia.

Sesi foto bersama usai tasyakuran Kantor Sekretariat FOI di DPKP DIY. (sholihul hadi/koranbernas.id)

“Sinergi antara relawan, kampus, yayasan, perhotelan, koperasi dan  pemda ini diharapkan bisa membantu mengurai simpul tantangan ke depan. Ini bukan hanya tugas pemerintah dan harapannya menjadi gerakan untuk mengoptimalkan agenda ke depan. Paling tidak, ini sebagai upaya awal untuk bergerak bersama,” kata Hery.

Sinergi dengan FOI, lanjut dia, juga diharapkan mampu menjadi solusi mengatasi dampak dari pangan yang berlebih yang masih layak dikonsumsi. Sedangkan pangan sisa dapat dimaksimalkan, salah satunya untuk pakan ternak. (*)