Ekonomi DIY Terjun Bebas Itu Biasa
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Pandemi Covid-19 mengakibatkan perekonomian DIY mengalami terjun bebas. Saat ini laju pertumbuhannya minus 6,74 persen. Secara nasional DIY merupakan satu dari tiga provinsi tercatat paling parah tingkat kontraksi ekonominya, selain Bali dan DKI Jakarta.
Menanggapi fenomena itu, Wakil Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Amirullah Setya Hadi, menyebutnya sebagai hal yang biasa terjadi.
“Free fall itu biasa. Laju pertumbuhan year on year 6,16 persen menjadi minus 6,74 persen, ini semua ada ceritanya. Sebenarnya naik atau turun itu sesuatu yang biasa, tinggal berapa lamanya,” ujarnya saat menjadi narasumber Forum Diskusi Kritis Media Yogyakarta #6 bertema Di Ambang Resesi, Potensi dan Kapasitas Bank Daerah dalam Pertumbuhan Ekonomi yang Minus, Jumat (4/9/2020), di Aula Kantor Pusat Bank BPD DIY.
Menurut dia, dalam istilah Jawa kondisi perekonomian yang dialami DIY seperti cakra manggilingan, kadang-kadang di atas lingkaran, samping dan posisi paling bawah.
Amirullah menyatakan DIY sempat mengalami pertumbuhan ekonomi sangat tinggi setidaknya pada kurun waktu dua tahun belakangan.
Pemicunya adalah pembangunan bandara di Temon Kulonprogo meski sebenarnya DIY hanya memperoleh porsi kecil dari kue pembangunan infrastruktur yang sangat besar itu. “Ibarat gorengan kita dapat remukan. Wis gurih,” ujarnya bercanda.
Persoalannya, saat bandara seharusnya sudah memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi, datanglah pandemi Covid-19. Wajar alias lumrah perekonomian mengalami kolaps.
Dia menegaskan, mungkin satu-satunya solusi agar mampu terlepas dari persoalan itu adalah segera membuka kampus. Tanpa membuat dikotomi kesehatan dan perekonomian, memang perlu kenekatan dengan segala risikonya.
Amirullah menambahkan, beberapa waktu lalu dirinya melakukan survei perekonomian DIY. Jawaban dari hampir semua responden mengindikasikan adanya peningkatan daya beli dan konsumsi masyarakat.
Berkat dukungan aliran dana bantuan sosial pemerintah muncul harapan ekonomi DIY mampu reborn akhir tahun ini. Bagaimana pun konsumsi masih menjadi tulang punggung ekonomi DIY “Mungkin tidak positif tetapi tipis-tipis,” kata dia.
Direktur Utama (Dirut) Bank BPD DIY Santoso Rohmad mengatakan BPD sebagai bank yang sahamnya dimiliki Pemda DIY maupun pemerintah kabupaten/kota se-DIY harus mampu meyakinkan masyarakat agar ekonomi DIY bangkit lagi.
Didampingi jajaran direksi lainnya, Santoso memaparkan materinya mengenai peran Bank BPD DIY membangkitkan UMKM dan ekonomi daerah.
Memang, kata dia, pandemi sempat membuat aktivitas perekonomian sepi. Kalangan perbankan sempat cemas. Banyak uang yang seharusnya beredar justru tertahan. “Ibarat tertimpa tangga, bandara rampung kena Covid-19,” ujarnya soal kondisi terkini.
Santoso bersyukur dalam situasi seperti ini Bank BPD DIY justru tumbuh menggembirakan bahkan kepercayaan masyarakat meningkat. “Alhamdulillah kepercayaan masyarakat terhadap Bank BPD DIY makin besar,” tambahnya.
Dana Pihak ketiga (DPK) dari masyarakat yang dikelola bank tersebut meningkat. Agar ekonomi DIY mampu bertahan, pihaknya berusaha menumbuhkan sektor-sektor ekonomi skala kecil di kalangan pelaku UMKM.
Salah satunya melalui penyaluran kredit ultra-mikro dengan plafon maksimal Rp 2,5 juta bunga 3 persen jangka waktu satu tahun. “Kita sekarang ini menumbuhkan yang kecil-kecil tetapi jumlahnya banyak, untuk daya tahan,” ungkapnya. (*)