Digitalisasi Membawa Uwitan Mebel dari Garasi Rumah ke Area Workshop Ribuan Meter

Digitalisasi Membawa Uwitan Mebel dari Garasi Rumah ke Area Workshop Ribuan Meter

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Masuk area Uwitan Mebel, serasa hendak hangout di sebuah kafe. Halaman begitu luas. Bisa untuk memarkir puluhan mobil. Pada sisi kiri halaman bagian depan, sebuah bangunan artisik berdiri dengan dinding didominasi kaca. Di dalamnya, terlihat aneka mebel terpajang rapi. Ada kursi dan meja berbagai model, aksesoris hingga almari dan sofa serta bad atau tempat tidur.

Lebih masuk ke bagian dalam, hanya berselang sebuah taman yang menghijau, terdapat sebuah bangunan bertingkat yang juga indah. Kesibukan terlihat. Sejumlah anak muda nampak menenteng kamera dan menata properti lain untuk sebuah aktivitas pengambilan gambar dan video konten.

Dari sinilah, mengnok ke belakang terlihat bangunan yang jauh lebih besar beratap galvalum. Pada bagian teras sebelah kiri yang juga luas memanjang, berderet meja dan kursi. Sedangkan bagian belakang bangunan besar merupakan area terbuka berupa kebun yang luas dan asri. Di sana terpasang puluhan kursi dan meja yang ditata menarik di bawah rerimbunan pepohonan.

“Area terbuka di bagian belakang ini, biasanya dipakai untuk kegiatan outbound atau acara lain yang menghadirkan peserta dalam jumlah banyak. Terus rumah berlantai dua itu, biasanya dipakai untuk studio pembuatan konten yang juga bisa disewa. Bangunan paling depan, adalah showroom untuk produk-produk kami. Kalau workshop-nya, ya bangunan paling besar ini,” kata Aji Akbar Titimangsa, selaku Owner Uwitan Mebel yang berlokasi di Jalan Baturan Raya No 27 RT 2 RW 19, Area Sawah Trihanggo Kapanewon Gamping Kabupaten Sleman, Kamis (25/8/2022).

Bagi pengunjung yang belum pernah ke Uwitan Mebel, berada di lokasi ini tidak seperti sedang di lokasi workshop mebel. Suasananya tenang dan nyaman. Bahkan, bagi yang mengajak keluarga dengan anak-anak pun, bisa memanfaatkan sebagian area yang ada untuk momong atau bermain dengan anak-anak mereka. Ketika lapar atau haus, pengunjung juga bisa memesan makanan dan minuman, lalu menyantapnya dengan santai di selasar area workshop atau di ruang terbuka bagian belakang.

"Kami terus berupaya menyediakan dan memberikan apa yang sekiranya menjadi kebutuhan customer. Ini semua tidak terlepas dari bisnis utama kami mebel. Namanya saja mebel, kadang konsumen belum langsung percaya kalau belum melihat dan memegang. Sudah melihat langsung pun kadang masih ragu, pas tidak dengan ruangan di rumah mereka. Makanya, saya siapkan showroom dan semacam studio agar mereka bisa mendapat gambaran lebih pasti seperti apa mebel ini nanti kalau ditarih di rumah mereka. Nah, konsumen mebel kan kebanyakan ibu-ibu. Sembari menunggu mereka memilih mebel yang sesuai, anggota keluarga yang lain termasuk bapaknya bisa momong dengan kebun dan ruang terbuka kami ini. Jadi awalnya niat kami hanya menyediakan fasilitas. Tapi lama kelamaan malah jadi bisnis tambahan yang juga menghasilkan,” kata Aji memberi penjelasan.

Ilustrasi transaksi online. (istimewa)

Dari garasi rumah

Uwitan Mebel, awalnya bukan seperti yang sekarang. Aji bersama istrinya yang memilih resign dari sebuah bank, mulai merintis usahanya dari garasi rumah berukuran sekitar 60 meter persegi tahun 2015 silam. Jualan online mereka pilih sebagai aktivitas, dengan memanfaatkan instagram dan FB. Bisnis furnitur ini, bermula dari seorang kenalan yang memiliki stok aksesoris rumah tangga cukup banyak lantaran menjadi “korban” wanprestasi dari buyer yang membatalkan transaksi secara sepihak.

Dari sinilah, usaha Aji makin mendapat sambutan konsumen dari berbagai daerah. Aji bersama istri, kemudian mencoba mengembangkan desain-desain baru dan jenis mebel lain, yang sekiranya memang disukai pasar.

“Semua adalah jenis mebel atau furnitur minimalis berbahan dasar kayu. Desainnya kami buat kekinian sehingga banyak disuka konsumen. Kami juga menerima pesanan furnitur sesuai keinginan konsumen. Dulu konsumen terbesar kami dari Jabodetabek. Ya karena orang sana kan rata-rata memiliki rumah yang tidak terlalu luas, sehingga furniturnya juga minimalis, tapi tetap fungsional dan apik. Sehingga kalau difoto dan diunggah di medsos, tetap kelihatan cantik menarik. Zaman sekarang, kan jarang masyarakat perkotaan bertamu. Mereka kalau bertemu biasanya di luar rumah. Nah dengan mebel seperti ini, mereka tetap bisa pamer meski hanya lewat foto atau video dan diunggah di medsos,” kata Aji tersenyum.

Hingga saat ini, sudah tak terbilang desain furnitur dan aksesoris rumah tangga yang pernah diproduksi Uwitan. Produk Uwitan dijual dengan range harga mulai pulihan ribu hingga belasan juta rupiah per piece. Per bulan, Aji mengaku mampu meraup omzet hingga ratusan juta.

Demikian juga pelanggannya, semakin berkembang tidak hanya dari Jabodetabek. Konsumen Aji juga berdatangan dari berbagai daerah. Bahkan, ia pernah mengirimkan pesanan furnitur hingga ke Papua.

“Sejak 2017 bergabung dengan Blibli.com. Kami kewalahan untuk ekspedisi barang-barang berukuran besar. Biaya kirimnya sangat mahal. Pernah saya kirim sofa ke Semarang. Harga produknya tidak sampai Rp 5 juta. Tapi ongkos kirimnya Rp 2 juta sendiri. Bergandeng dengan Blibli.com, saya mendapat banyak kemudahan. Karena mereka punya fitur big product, yang memungkinkan perajin seperti kami bisa mengirimkan barang berukuran besar dengan tarif lebih murah. Klaim apabila ada kerusakan barang juga mudah dan cepat,” lanjut Aji.

Kejelian Aji membidik segmen pasar, dan kemudian memformulasikannya dalam jenis produk dan desain yang kekinian, memberikannya ruang lebih luas untuk terus berkembang dalam berbagai kondisi. Bahkan, saat pandemi Covid-19 melanda, Uwitan masih mampu bertahan lantaran mendapat pesanan berupa pernak-pernik sebagai penghias ruang. Di antaranya cermin dan pajangan untuk back ground orang yang ingin melakukan rapat online.

Dan sekarang, setelah pandemi mereda, permintaan pasar mulai kembali ke produk-produk umum seperti meja dan kursi, kotak makanan, kotak tisu dan lain sebagainya.

Produk unik

Bussines Relationship Seller Blibli Local Brand Area Jogja Jateng Samsul Arif mengatakan, kemampuan Aji membidik pasar dan mendesain serta memproduksi barang yang dibutuhkan pasar, emnjadi kunci utama keberhasilan Uwitan bertahan saat krisis dan berkembang lebih maju.

Baginya, produk-produk dari Uwitan memiliki keunikan tersendiri, jauh berbeda dengan produk-produk furnitur secara umum. Bukan hanya fungsional, produk Uwitan, mampu menjadi bagian penghias ruangan yang apik. Kelebihan lainnya, Aji mampu dengan tepat membaca apa yang menjadi kebutuhan pasar dan konsumennya.

“Kalau kami melihat produk Uwitan, ada ciri khas yang sangat dekat dengan konsumen yang menyukai Korea Selatan. Pasar yang gemar dengan K-Pop, Drakor atau lainnya yang berbau Korea Selatan ini, tampaknya juga menjadi gemar dengan produk dari Uwitan,” kata Samsul.

Karena keunikan inilah, maka furnitur buatan Uwitan jarang dijumpai dari perajin lain. Karena ciri khas dan keunikan ini pula, konsumen Blibli mudah menemukannya di fitur pencarian.

“Level Uwitan, bukan sekadar perajin dan penjual furnitur. Uwitan mampu memberikan inspirasi kepada konsumen dan pelaku UMKM lainnya. Bagaimana harus memproduksi barang, produk seperti apa yang cocok untuk ruangan di rumah kita dan bagaimana kita mempromosikannya,” lanjut Samsul.

Brand Manager Blibli Jateng dan DIY Darma Habibie Arwiyansyah mengatakan, riset tetap menjadi hal sangat penting bagi UMKM. Sebagai mitra UMKM, Blibli terus mendorong mitranya untuk tidak lagi sekadar berproduksi, tapi harus mulai belajar melakukan riset pasar sebelum memproduksi barang dan jasa.

Ia mengakui, UMKM selama ini menjadi tulung punggung bagi perekonomian nasional. Populasinya yang banyak dan tersebar di seluruh penjuru negeri, menjadikan UMKM sebagai sektor strategis untuk terus didorong maju dan berkembang.

“Kami pernah melakukan riset, memang UMKM kita secara rerata masih memiliki banyak kendala. Termasuk dalam hal akses pasar. Akses pasar ini tenu pengertiannya luas. Tidak sekadar di pemasaran, tapi juga bagaimana memproduksi barang yang punya nilai lebih. Kalau produknya sudah punya nilai, maka persoalan berikutnya adalah bagaimana promosinya. Nah, kami ikut berperan di semua hal itu. Kami ikut mendampingi agar UMKM mampu naik kelas dan memproduksi barang yang memang dibutuhkan pasar, kita bantu memasarkannya hingga bersama-sama mencarikan solusi bagi distribusi atau ekspedisi barangnya,” kata Darma.

Darma menambahkan, setiap pelaku UMKM harus belajar mengenali produknya dengan baik, dengan memanfaatkan teknologi digital. Menurut dia, banyak UMKM tidak bisa berkembang karena tidak melakukan riset. Meski usaha skala kecil, pelaku bisnis harus memikirkan secara detail produknya seperti apa, kemasannya seperti apa bahkan hingga cara promosinya pun harus dilakukan dengan serius dan mendetail.

“Ingat lho. Pembeli kita sekarang itu bukan pembeli yang lama. Dengan marketplace, calon pembeli kita banyak yang belum kenal. Rumahnya sangat jauh dari kita. Sehingga informasi dalam promosi juga harus detail, gambarnya harus bagus. Kalau perlu disertai video dan lain sebagainya. Dengan begitu, calon customer akan mendapakan informasi dan gambaran detail atas produk yang kita tawarkan,” kata Darma Habibie. (*)