Didikan Berkesenian di Teater Alam Menjadikan Ani Wongso Tahan Banting

Didikan Berkesenian di Teater Alam Menjadikan Ani Wongso Tahan Banting

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Didikan berkesenian di Teater Alam membekas dan meninggalkan pengalaman berkesenian pada jiwa Ani Wongso, seorang ibu yang biasa dipanggil Ibunda Ani oleh sahabat-sahabatnya. Pada 1972, Ani belajar langsung dari mediang Azwar AN seorang dramawan legendaris sekaligus pendiri Teater Alam.

"Masa itu masih sekolah SMA, di Teater Alam itu seangkatan dengan Gegek (Gege Hang Andika-red) setiap pulang latihan malam pada awalnya selalu dimarahi oleh kakak. Apalagi yang ngantar pulang teman-teman laki dari teater," kenang Ani kepada wartawan, Sabtu (15/10/2022).

Namun dengan gigih Ani bisa membuktikan kepulangannya setiap malam adalah melatih diri untuk menjadi seorang seniman Teater. Pementasan pertamanya pun ia khususkan untuk kakaknya. "Dia saya undang untuk nonton, akhirnya percaya. Ani kamu aman (boleh pulang malam)," ujar Ani menirukan kakaknya.

Bersama Teater Alam dia pernah mementaskan Ketika Bumi Tak Beredar, Promotheus, Qasidah Albarzanji, menjajal akting dalam film Janur Kuning dan menjadi Make Up of Artist (MOA) film Satria Bergitar yang diperankan oleh Raja Dangdut Rhoma Irama. "Yang paling mengesankan saat pentas Qasidah Albarzanji tahun 80-an," ucapnya.

Ani yang kini berusia 66 tahun memang sudah tidak aktif berkesenian, namun bekal yang ditanamkan di Teater Alam menjadikannya seorang perempuan yang tahan banting.

Pada 1980 dia berangkat ke Saudi Arabia, dua tahun di negara tersebut Ani melanjutkan traveling-nya ke Amerika. Di negara Paman Sam ini dia mengajari anak-anak kedutaan belajar bahasa Indonesia, di samping dirinya mendalami bahasa Inggris.

"Bisa main teater, akting, memasak, menjahit, bersih-bersih rumah, pokoknya semua bisa, ini hasil didikan Bang Azwar yang yang luar biasa. Selain disiplin, Bang Azwar bikin orang teater itu tahan banting, antibacok," lanjutnya.

Teater itu, Lanjut Ani, membuat seseorang menjadi baik, banyak yang terlibat teater menjadi terarah, apalagi Bang Azwar itu jiwa sosialnya besar, tidak tanggung-tanggung kalau mendidik.

Melanglang buana ke Amerika, tidak membuat Ani Wongso lupa terhadap karibnya. Saban tahun dia selalu menyempatkan diri pulang ke Jogja, tepatnya di Desa Sanggrahan Banyuraden Kapanewon Gamping Sleman.

Momen pulang ini dijadikan Ani sebagai tempat untuk bersuka ria bersama sahabat-sahabatnya serta membagikan kebahagiaan dan bersyukur atas semua anugerah yang telah ia terima. "Setiap tahun selalu pulang, saya kumpulkan sahabat-sahabat lama," kata dia.

Kepulangan kali ini pun istimewa, bertepatan dengan peringatan setengah abad Teater Alam. Puncak acara peringatan 50 tahun teater alam ini dilaksanakan beberapa hari lalu di Taman Budaya Yogyakarta.

Selain workshop, peringatan tersebut diisi pementasan Jathilan ‘Sekar Sarawati’, Flashmob 1.000 sapu, paduan suara ‘Gelora Bahana Patra’, Pisungsung Donga dan sebagainya.

"Ulang tahun Teater Alam kemarin sangat luar biasa, biasanya ulang tahun itu kan hanya diperingati sekali, lha ini sampai berkali-kali, berarti masyarakat itu semua kini senang dengan teater. Hal ini membuat saya sangat bangga sebagai seseorang yang pernah terlibat dengan teater alam," terang Ani.

Memang kemajuan kebudayaan Indonesia sangat pesat. Banyak anak muda tertarik. “Jathilan yang ditampilkan kemarin sudah dimodernisasi dengan baik, tidak sepeti dulu yang acak-acakan. Kini sudah bagus, musiknya juga komplet," lanjutnya.

Selain melepas kerinduan sama dengan sahabat-sahabatnya Ani juga masih memiliki satu keinginan yang belum kesampaian. Yaitu mengamen bersama teman-temannya di Malioboro. "Pingin ngamen tapi ngamen-nya ini pingin yang agak berkelas gitu," ujarnya.

Bukan tanpa alasan mengamen di Malioboro ini mengingatkannya akan gerakan kemanusiaan yang pernah dilakukan bersama teman-teman seniman di Malioboro, yaitu menggalang dana untuk letusan gunung Galunggung pada 1982. (*)