Desakan Agar HM Soeharto Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Muncul di Bantul

Jenderal HM Soeharto agar ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Menimbang peran strategis HM Soeharto dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dan peran beliau dalam memimpin SO 1 Maret 1949 yang membongkar kebohongan Belanda kepada dunia internasional bahwa Indonesia sudah tidak ada

Desakan Agar HM Soeharto Ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Muncul di Bantul
Deklarasi agar HM Soeharto agar ditetapkan sebagai pahlawan nasional.(sariyati Wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Berbagai elemen masyarakat melakukan deklarasi untuk meminta Presiden Prabowo Subianto menetapkan Presiden RI ke 2, HM Soeharto sebagai pahlawan nasional.

Deklarasi dipimpun Bakarudin selaku Sekretaris Yayasan Kajian Citra Bangsa pada acara sarasehan Peringatan 76 tahun Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 di Pendapa Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto, Dusun Kemusuk Kalurahan Argomulyo, Kapanewon Sedayu, Bantul, Kamis (27/2/2025) siang.

Hadir Ketua Yayasan Kajian Citra Bangsa, Mayjen TNI (Purn) Lukman R. Boer sebagai penyelenggara, Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarta mantan KSAD, Letjend TNI (Purn) Sugiono, Ketua Yayasan Damandiri Mayjend TNI Issantoso Selaku Wakil Ketua Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila (YAMP), Kolonel Inf Yudi Novizal, M.Han, Kasiren Rem 072/Pamungkas, Kolonel Inf. Rudi, Kadisjarah Yogyakarta, Dr Fuad Bawazir tokoh nasional, Letkol Inf Muhidin, M.I.P, Dandim 0729/Bantul, Retnosari Widowati Harjojudanto, cucu HM Soeharto,Teguh Santoso SE dari keluarga besar kemusuk dan sekutar 250 peserta dari berbagai lapisan masyarakat.

“Jenderal HM Soeharto agar ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Menimbang peran strategis HM Soeharto dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia dan peran beliau dalam memimpin SO 1 Maret 1949 yang membongkar kebohongan Belanda kepada dunia internasional bahwa Indonesia sudah tidak ada. Lalu keberhasilan Presiden Soeharto menorehkan tinta emas hasil-hasil pembangunan nasional dan menegakkan kedaulatan kemandirian dan persatuan Indonesia. Bersama ini kami mengusulkan kepada pemerintah di bawah kepemimpinan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto menerbitkan Keppres baru mengganti Keppres Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara yang tidak memasukkan dalam diktum Letkol Soeharto salah satu pemimpin SO 1 Maret,”kata Bakarudin.

Aksi deklarasi  ini menurutnya dilakukan secara spontan dalam peringatan SO 1 Maret. Dimana sebelum sarasehan telah dilaksanakan ziarah ke makam pejuang Somemggalan Kemusuk. 

Sementara H. Gatot Nugroho, Kepala Museum Memorial Jenderal Besar HM. Soeharto mengatakan jika peringatan SO tersebut dilaksanakan setiap tahun. 

Ini untuk mengenang perjuangan HM Soeharto dan juga masyarakat di wilayah Yogyakarta dalam menegakkan kemerdekaan  dan menunjukan eksistensinya. Dimana ratusan pejuang yang meninggal tadi dimakamkan di Somenggelan. 

“Pak Harto memiliki peran yang sangat besar dalam SO 1949 bersama dua tokoh lainnya yakni Jenderal Sudirman dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Namun ternyata, dalam Keppres Tahun 2022 nama Pak Soeharto tidak muncul sebagai inisiator dalam gerakan tersebut. Untuk itu kami berharap agar nama beliau ini bisa dimunculkan sebagai salah satu dari tokoh Serangan Oemoem,”katanya.

Selain itu kegiatan juga bertujuan untuk memupuk rasa nasionalisme oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk tentunya  generasi muda. Serta memgambil nilai-nilai keteladanan daripara pendahulu bangsa. 

“Maka adanya museum ini juga sebagai bentuk pembelajaran bagi generasi muda akan suri teladan perjuangan pendahulu. Mereka kini dapat  melanjutkan perjuangan dengan cara mengisi pembangunan dan meraih cita-citanya dan berperan bagi kemajuan bangsa dan negara,” katanya.

Ditambahkan Gatot jika di museum tersebut pengunjung bisa menyaksikan sejarah tentang HM Soeharto sejak masa kecilnya. 

“Selama tahun 2024 total pengunjung 70.000 orang. Dan 2025 target kami setiap bulan ada 10.000 pengunjung,” kata Gatot.

Muhammad Ikbal (Ketua Prodi Sejarah dari UNY) dalam paparan saat sarasehan mengatakan banyak benang merah nilai-nilai sejarah yang bisa ditarik bersama-sama yaitu Jenderal Soeharto yang kala itu memimpin  SO 1 Maret 1949 dan menggali perjuangannya. Adanya museum ini juga menjadi motivasi, perjuangan kita dalam pembangunan dengan menanamkan nilai-nilai kepemimpinan HM. Soeharto.

“Serangan Umum 1 Maret 1949 mempunyai arti sangat penting bagi pembangunan masyarakat Kabupaten Bantul, yaitu dalam hal menegakkan kedaulatan di bidang ekonomi politik dan budaya. Di era modern seperti sekarang tantangan datang bukan dari agresi militer, namun datang dari pengaruh budaya  terhadap generasi muda,”katanya.

Maka dengan mengenang SO dan adanya museum bisa sebagai sarana menumbuhkan jiwa nasionalisme generasi bangsa. (*)