Dampak Kemarau, Ratusan Kolam Ikan di Sleman Kekurangan Air
Fluktuasi suhu berlangsung cepat. Siang panas menyengat. Malam dingin membeku.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Kabupaten Sleman memasuki musim kemarau sejak Mei 2024 dan pada akhir bulan Juli mencapai puncaknya. Dampaknya, ratusan kolam ikan di kabupaten ini kekurangan air.
"Data di bidang perikanan menunjukkan kolam budi daya yang mulai terdampak kekurangan air dan sebagian sudang kering seluas 171,1 hektar dari luas kolam 1.134 hektar atau 15 persen," kata Suparmono, Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Sleman, Kamis (22/8/2024).
Menurut dia, seiring dengan puncak musim kemarau juga terjadi cuaca ekstrem atau istilah Jawa dikenal dengan mangsa bedhidhing. Fluktuasi suhu berlangsung cepat. Siang panas menyengat. Malam dingin membeku.
Dampak lain musim kemarau bagi sektor perikanan adalah terjadi penurunan produksi ikan baik itu benih maupun ikan konsumsi.
"Faktor penyebabnya antara lain volume air di kolam kurang dan bahkan tidak bisa terairi. Kondisi ini menyebabkan banyak pembudidaya ikan memanen ikan lebih awal karena takut kekeringan," jelas Suparmono.
Lebih cepat
Ketiadaan air juga mengakibatkan pembudidaya ikan tidak bisa memelihara ikan. Di sisi lain suhu dingin yang ekstrem memicu patogen penyebab penyakit ikan berkembang lebih cepat.
Parasit endemi seperti Trichodina ditemukan hampir di seluruh wilayah perairan budidaya di Sleman, juga ditemukan Bakteri Aeromas sp yang berkembang dan menyerang ikan.
"Munculnya serangan hama penyakit ikan dan kekurangan air ini menjadi penyebab utama berkurangnya produksi ikan di bulan Agustus ini. Secara teknis fluktuasi suhu tersebut juga menyebabkan nafsu makan ikan berkurang sehingga antibodi ikan mengalami penurunan. Antibodi yang menurun berdampak pada mudahnya ikan terkena serangan penyakit," kata Suparmono.
Belum dapat diketahui secara pasti angka penurunan produksi perikanan di Kabupaten Sleman sebagai akibat dari berlangsungnya musim kemarau. Namun diprediksi mulai bulan Juli dan Agustus mengalami penurunan produksi, prediksinya bisa mencapai 30 persen dari produksi normal.
Ikan stres
Menurut dia, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kekeringan dan serangan penyakit pada sektor budi daya adalah pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan. Ini bisa menghindari ikan stres sekaligus menjaga kualitas air.
Selain itu, juga dilakukan pemantauan dan pengamatan gejala klinis pada ikan yang dibudidayakan. Bila mengalami gejala stres, tidak mau makan, dan atau ikan bergerak tidak secara normal segera lakukan upaya identifikasi penyakit atau kirim sampel ikan yang sakit ke laboratorium penyakit ikan terdekat.
"Penggunaan multivitamin dan probiotik pada sistem budidaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap potensi serangan penyakit ikan," katanya.
Pengendalian penyakit ikan dengan menggunakan obat-obatan, baik herbal maupun kimia sesuai dengan aturan yang telah tersedia di kemasan, serta menggunakan bahan kimia yang telah direkomendasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (*)