Dagadu Reborn: Bukan Sekadar Oleh-Oleh, Merajut Makna Generasi Lewat Fashion yang Menggugah

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Lebih dari sekadar suvenir, Dagadu kini bertransformasi menjadi representasi jiwa muda Indonesia. Dengan tajuk provokatif, “Crafted with Stories – Merangkai Jejak Menjahit Makna”, Dagadu meluncurkan koleksi terbarunya yang bukan hanya membalut tubuh, tetapi juga menyuarakan kegelisahan, harapan, dan identitas generasi kini.

Lahir di Yogyakarta pada 1994, Dagadu membuktikan, bahwa akar budaya dapat bertransformasi menjadi tren fesyen kontemporer yang relevan untuk setiap langkah dan cerita.

Di tengah lanskap Benteng Vredeburg yang bersejarah, Dagadu menggelar acara peluncuran yang dihadiri oleh jajaran direksi, dengan CEO Dagadu Mia Argianti dan ikon musik Yogyakarta, Shaggydog, tampil sebagai garda depan perubahan ini. Keduanya berbagi visi tentang evolusi Dagadu dan bagaimana kolaborasi budaya menjadi napas bagi industri kreatif yang terus bergerak.

Merayakan Identitas Lokal dengan Gaya Global

Menurut Mia, transformasi menjadi kunci bagi setiap bisnis dalam menjawab tantangan zaman. Ini pula yang dilakukan Dagadu. Bagaimana sebuah merek dengan DNA budaya yang kuat tetap membumi di tengah gempuran tren global. “Kami percaya, kearifan lokal justru akan semakin kuat ketika dipadukan dengan desain yang kekinian dan relevan dengan konteks hari ini. Dagadu tak lagi hanya menjadi buah tangan dari Yogyakarta, melainkan sebuah pernyataan gaya hidup yang membanggakan, yang akarnya tertanam dalam kekayaan budaya Indonesia,” katanya.

Peluncuran ini memperkenalkan Fashion Trunk yang unik, bukan sekadar pajangan pakaian, melainkan narasi visual tentang makna hidup generasi muda. Dagadu dengan berani menangkap isu-isu krusial yang dihadapi anak muda dan menerjemahkannya ke dalam desain yang penuh semangat. 

Tengok saja beberapa series yang diluncurkan. Ada Dagadu Special Collection dengan tajuk-tajuk seperti “Berkembang”, “KPR”, “Serakah Punah”, “Plastic Toxic” dan “Hamemayu”. Koleksi ini bukan sekadar desain, melainkan teriakan lantang tentang mimpi yang terasa jauh (KPR), kepedulian terhadap lingkungan (Plastic Toxic), (Serakah Punah) dan semangat untuk terus maju (Berkembang) dan (Hamemayu) yang berarti mempercantik, memelihara kehidupan.

Kemudian ada koleksi Jogja Series, yang mengangkat keindahan lokal dengan sentuhan modern melalui tema “Kasongan”, “Nasi Tery” dan “Ramah Marah”, yang merayakan keunikan Yogyakarta dalam perspektif yang segar.

Ada lagi koleksi Teen Series dengan desain “Home” dan “Tamagotchi”. Koleksi ini merangkul nostalgia dan kenyamanan, dekat dengan keseharian generasi muda.

Salah satu narasi yang kuat adalah pada series “KPR”, yang secara blak-blakan menyuarakan, “Beli rumah makin ke sini makin jadi mimpi indah yang berat buat diwujudin!

Di sisi lainnya, kita juga sedih lihat hutan ditebang habis-habisan demi lahan. Alam rusak, satwa kehilangan habitatnya. Kita susah punya rumah, mereka kehilangan rumah.

“Sebuah pesan yang tak hanya relevan, tetapi juga menggugah kesadaran,” ujar Mia lebih lanjut.

Lebih dari Sekadar Bisnis: Mendorong Kreativitas dan Dampak Sosial

Bagi Mia, transformasi Dagadu melampaui estetika visual. Ini adalah tentang misi yang lebih besar: menciptakan dampak sosial dan membuka ruang kolaborasi kreatif, khususnya bagi generasi muda Yogyakarta. 

“Dagadu sebagai penanda karya istimewa di kota Yogyakarta, bukan sekadar merek fashion, tetapi juga simbol kreativitas dan identitas Yogyakarta,” ujar Walikota Yogyakarta, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) melalui pesan yang disampaikan ke pihak Dagadu.

Talkshow tentang transformasi Dagadu Jogja. (istimewa)

Kolaborasi Lintas Sektor

Dagadu menyadari bahwa kekuatan terletak pada kolaborasi. Mereka menggandeng Pemerintah Yogyakarta, influencer dan Gen Z, pakar fesyen dan budaya, serta grup musik kebanggaan Yogyakarta, Shaggydog.

Kolaborasi dengan Shaggydog sebelumnya menghasilkan 11 desain eksklusif bertajuk “Manunggaling DAGADU lan Shaggydog,” sebuah perpaduan energi musik dan kreativitas fesyen yang merepresentasikan semangat urban Yogyakarta. 

“Kolaborasi Dagadu dan Shaggydog selalu membawa semangat kreatif dan kearifan lokal. Kami ingin menunjukkan bahwa musik dan fashion bisa menjadi media ekspresi yang terus berkembang, tetap relevan, dan dekat dengan masyarakat,” kata Heru Wahyono, vokalis Shaggydog.

Tak hanya berfokus pada gaya, Dagadu juga memiliki komitmen yang kuat terhadap keberlanjutan dengan menggunakan bahan berkualitas tinggi dan mendukung pengrajin lokal. Langkah ini bukan hanya mengikuti tren, tetapi juga membangun industri kreatif yang bertanggung jawab.

Dagadu juga menjalin kemitraan strategis dengan Indonesia Heritage Agency (IHA) untuk mengintegrasikan kekayaan warisan Indonesia ke dalam desain yang wearable. Koleksi eksklusif yang terinspirasi dari institusi budaya seperti Museum Benteng Vredeburg, Song Terus, Museum Nasional Indonesia, dan Galeri Nasional kini dapat ditemukan di toko suvenir museum-museum tersebut, mendekatkan warisan budaya dengan gaya hidup modern.

Acara peluncuran di Benteng Vredeburg ini, bukan hanya sekadar peragaan busana, tetapi sebuah pengalaman yang melibatkan berbagai indera:

 * Talk Show "Crafted with Stories – Merangkai Jejak Menjahit Makna": Obrolan inspiratif antara CEO Dagadu dan vokalis Shaggydog tentang perjalanan merek dan pentingnya narasi dalam berkarya.

 * Fashion Trunk “DAGADU - Wear Your Journey”: Sebuah presentasi koleksi terbaru yang mengajak pengunjung untuk melihat lebih dekat cerita di balik setiap desain.

 * “State” Your DAGADU Custom Print Showcase: Memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk mempersonalisasi produk DAGADU, menciptakan ikatan yang lebih personal dengan merek.

Semangat “Crafted with Stories” kini meluas ke ranah digital. Seluruh koleksi Dagadu dapat diakses dan dimiliki dari mana saja melalui situs resmi dagadu.co.id. Dengan wajah baru dan semangat yang membara, Dagadu siap menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat Indonesia, mengajak setiap individu untuk #WearYourJourney – mengenakan cerita dan makna dalam setiap langkah. (*)