Dagadu Djokdja Keluar dari Zona Nyaman Berjualan kaos

Dagadu Djokdja Keluar dari Zona Nyaman Berjualan kaos

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Dagadu adalah frasa Matamu dalam rumus bahasa walikan Ha Na Ca Ra Ka, Dagadu bukan sekedar umpatan khas anak muda Jogja pada era 90an, Dagadu sejak 28 tahun lampau hingga kini dikenal sebagai sebuah merek khas jogja yang memproduksi kaos dengan konsep tagline dan joke lucu. Tidak bisa dipungkiri, Dagadu sangat-sangatlah Jogja.

Dikalangan pemburu oleh-oleh, Dagadu sudah seperti halnya bakpia patok yang selalu dicari, kelasnya sudah bisa mewakili jajaran jenis-jenis buah tangan khas Jogja yang layak dibawa pulang.

Bisnis unik milik Dagadu Djokdja yang laris manis kala itu tidak bisa lepas dari sasaran plagiarisme. Desain-desain plesetan khas Jogja milik mereka ditiru dan dijual dengan bebas di emperan Malioboro hingga toko oleh-oleh yang tersebar hingga Ngasem.

“Dulu orang yang setiap turun dari stasiun dan naik becak dijanjikan ke pabriknya dagadu, tapi diajak ke ngasem yang jualan dagadu kw (palsu-red). Ini yang terus terjadi. Kami tidak menganggap mereka pesaing tapi bagi-bagi rejeki, toh dengan seperti itu pun kami masih bisa bekerja dengan baik," lanjutnya.

"Ada lima ratusan retail yang membajak dagadu, waktu itu mereka disupport oleh 5 sampai 6 distributor," kata Mirza Arditya, CEO PT Aseli Dagadu Djokdja, di sela-sela pembukaan gerai baru Dagadu Mangkubumi di Lokio Coffee Shop, Sabtu (29/4/2022).

Seiring waktu, masalah pembajakan ini pada akhirnya hilang dengan sendirinya. Para penjiplak sadar bahwa usaha mereka ini bereiiko dan melanggar undang-undang hak cipta. Dengan adanya UU hak cipta itu, sangat mungkin akan ada pihak ketiga yang masuk dan mengobrak-abrik orang berjualan dan menghabisi rizki pedagang Dagadu palsu.

“Kami kemudian turun ke depan berusaha mengajak mereka. Memberikan edukasi kalau membajak adalah pelanggaran hukum dan bisa fatal buat mereka. Kita ajak rembugan semua pembajak-pembajak itu dan kasih solusi untuk pelatihan sablon, desain grafis supaya bisa beralih tidak membajak,” tandasnya.

Melalui aksi tersebut, pelan-pelan jumlah pembajak kaos Dagadu berkurang dalam lima tahun terakhir. Bahkan saat ini sudah tak banyak lagi ditemui pedagang yang menjual kaos-kaos Dagadu palsu di Yogyakarta.

Kini Dagadu Djokdja sudah berusia 28 tahun, merek ini pun berkembang menjadi beberapa lini. Usaha yang semula hanya menjual kaos dewasa dengan kata-kata nyeleneh meluas menjadi pernak-pernik dan apparell yang lengkap.

“Kaos selalu laku. Setiap orang senang munggunakannya untuk sehari-hari jadi pasarnya selalu ada. Tapi kami mencoba keluar dari zona nyaman menjajakan kaos. Karena kalau terus membuat kaos, kami rasa jadi gak pinter. Kami juga mengikuti tren fashion, membuat jacket, bomber, planel, chinos sesuai dengan kebutuhan masyarakat Jogja akan fashion semakin lengkap,” terang Mirza.

“Apalagi sekarang banyak merek besar yang masuk ke Jogja, merek-merek luar masuk ke mall besar. Maka kita juga ingin memberikan alternatif kepada masyarakat Jogja bahwa tetap bisa eksis dengan menggunakan merek lokal,” imbuhnya.

Seiring perkembangan e-commerce, Dagadu pun tak hanya mengandalkan penjual di gerai namun ikut terjun berjualan secara online. Selain melalui laman Dagadu, penjualan di sejumlah e-commerce juga dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.

“Tidak mungkin kalau kita tidak mengikuti perkembangan teknologi, karenanya kami juga berjualan secara online,” ujarnya.

PT Aseli Dagadu Djokdja juga mempunyai merek DGD, merek ini tidak berbicara Jogja tapi lebih luas se Indonesia. DGD lebih bicara tentang national nature dan culture, supaya orang tidak hanya melihat Jogja saja kita berusaha untuk mengekplor budaya-budaya dan kekayaan alam Indonesia, sehingga orang akan lebih bangga.

Selain itu, untuk pertama kalinya, Dagadu Djokdja memiliki kedai gelato yang diberi nama Dagadu Gelato by Massimo. Dagadu Gelato hadir dan menggandeng merek gelato ternama dari Bali, Massimo Gelato. Es krim yang memiliki varianrasa dan kualitas yang ditawarkan dari merek yang sudah sangat dikenal oleh para wisatawan ketika berkunjung ke Bali.

“ali ini Dagadu Gelato by Massimo membawa kelezatan yang sama dari Bali di Yogyakarta yang tergabung di dalam satu konsep lengkap,”kata Mirza.

Tidak hanya itu, Dagadu Djokdja secara resmi membuka Coffee Shop terbaru di lantai 2 Dagadu Mangkubumi yaitu Lokio. Diambil dari bahasa Italy l’occhio yang berarti mata dan kemudian dimudahkan dalam penulisannya menjadi Lokio.

Coffee Shop ini juga menawarkan kenyamanan untuk menikmati beverages kekinian sembari disuguhkan pemandangan jalan Margo Utomo serta keindangan langit Kota Yogyakarta di roof top Dagadu Mangkubumi.

“Dengan adanya konsep baru ini, dengan penuh semangat ingin memperkenalkan bahwa Dagadu Djokdja sudah berkembang dan lebih dari hanya sebuah toko cinderamata,” tandasnya. (*)