Cuaca Ekstrim di Sleman Juga Timbulkan Banjir

Cuaca Ekstrim di Sleman Juga Timbulkan Banjir

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Makwan, mengatakan, cuaca ekstrim yang terjadi di wilayah Sleman akhir-akhir ini juga menimbulkan banjir.

Penyebabnya adalah curah hujan tinggi, namun terdapat pembendungan di bagian hilir, sehingga tanggul sungai tidak mampu menampung debit air yang terus bertambah.

Hal ini kemudian menyebabkan banjir yang menggenangi 60 hektar sawah serta perkampungan warga, seperti yang terjadi di wilayah Kapanewon Prambanan beberapa waktu lalu.

“Di awal-awal alirannya lancar, namun setelah ada rumpun bambu yang ada di tepi sungai. Kemudian hujan deras dan rumpun bambu tersebut ambruk atau longsor, kemudian menutupi aliran sungai yang menimbulkan pembendungan di hilir akibat dari rumpun bambu. Yang terjadi adalah kenaikan permukaan air, sehingga dome yang sudah ada pengaman tanggulnya atau kanalnya kebanjiran," kata Makwan, Sabtu (2/4/2022).

Harapannya lanjut Makwan, sudah diantisipasi untuk mitigasinya sebenarnya. Tapi sekali lagi karena hujannya deras dan ada pembendungan di hilir, sehingga hampir 60 hektar persawahan dan perkampungan di kawasan tersebut tergenang oleh air.

Selain itu, persoalan pohon tumbang juga sering terjadi di Kabupaten Sleman pada musim pancaroba seperti ini. Pohon yang roboh biasanya mengalami pelapukan di bagian batang, dan tak jarang pohon tersebut jatuh menimpa jaringan listrik.

Tercatat diawal tahun ini sebanyak hampir 200 pohon tumbang di wilayah Sleman. “Nah persoalan pohon tumbang ini terjadi terus-menerus dan dampaknya nanti akan menimpa jaringan listrik. Yang paling dirasakan itu jika jaringan listrik tersebut mati. Seperti yang terjadi kemarin, jaringan listrik mati hingga 6 jam lebih. Pohon-pohon tumbang yang ada di jalan biasanya banyak pelapukan didahannya. Catatan kami (BPBD) hampir 200 batang pohon tumbang," jelas Makwan.

Terkait dengan beragam dampak dari cuaca ekstrim diatas, hingga saat ini BPBD terus berupaya menanganinya. Kasus banjir di daerah Prambanan misalnya, BPBD melakukan evakuasi rumpun bambu yang mengganggu di sungai Sumberharjo, dengan menurunkan alat berat untuk membersihkannya.

Selanjutnya berkaitan dengan kecepatan proses penanganan dampak, BPBD telah menyiapkan skema untuk bantuan bahan bangunan, antara lain untuk jalan atau jembatan yang longsor. Seperti di kawasan Prambanan, terdapat 4 titik longsor yang bersifat longsor kecil, namun tetap mengganggu akses jalan yang biasa digunakan masyarakat.

Untuk itu BPBD telah menyiapkan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp 47 miliar untuk revitalisasi daerah yang terdampak longsor tersebut.

“Dan kami (BPBD) sudah disiapkan dana BTT sebenarnya. Itu masih sekitar Rp 47 miliar, tetapi itu bukan hanya untuk bencana saja. Itu masih ada, tetapi kami belum menggunakan karena dampak yang kita lihat belum sampai harus menggunakan dana tersebut. Kami masih menggunakan dana rutin. Kemudian juga untuk gedung yang rusak, misalnya milik pemerintah, GOR, kemudian menara masjid, beberapa sekolahan yang mengalami kerusakan, kami juga gunakan dana rutin masing-masing SKPD pengampu. Misalnya GOR merupakan asetnya BKAD, maka BKAD yang menangani,” pungkas Makwan. (*)