Berkat Dukungan Kemitraan PT Jamkrindo, Pandemi Tak Menyurutkan UMKM untuk Maju

Berkat Dukungan Kemitraan PT Jamkrindo, Pandemi Tak Menyurutkan UMKM untuk Maju

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Budi Hasibuan menghela nafas panjang. Ia memandang sekeliling, memperhatikan karyawan yang tengah sibuk mengolah berbagai jenis makanan dan minuman berbahan dasar Gaharu. Sekilas senyum tersungging di wajahnya yang berpeluh. CEO Gaharu Plaza Pekanbaru ini tampak puas. Sama sekali tak tampak letih, meskipun sejak pagi Budi terus mengamati dan memeriksa proses produksi sekaligus memastikannya berjalan dengan baik dan benar.

Salah satu mitra binaan PT Jamkrindo ini pantas bersyukur. Pandemi yang sempat memukul usahanya di awal kemunculan, perlahan dan pasti mulai mendapat solusi. Budi Hasibuan dan tim justru memanfaatkan pandemi ini sebagai pelecut semangat dan pemantik ide. Diskusinya yang mendalam dengan berbagai pihak termasuk tim dari Jamkrindo, membuahkan gagasan untuk berinovasi, menciptakan produk baru yang dirasa cocok untuk konsumen yang sedang gundah dengan menyebarnya Virus Corona.

Kemudian lahirlah bandrek Raja Kuat. Penamaan yang cukup jitu di tengah mewabahnya kebutuhan untuk menjaga stamina tubuh guna menangkal Covid-19 kala itu.

“Saya mendapat banyak bimbingan dan arahan dari Jamkrindo melalui program Jamkrindo Preneur. Dulu CV Gaharu belum seperti sekarang. Kami mampu mengembangkan usaha ini menjadi besar melalui berbagai inovasi dan juga suntikan modal kerja yang waktu itu mencapai 40 juta rupiah. Tidak banyak, tapi saya bisa mengembangkan lebih banyak produk dan mengembangkan puluhan outlet di Riau,” kata Budi yang selama ini berfokus pada industri olahan makanan dan minuman dengan payung CV Gaharu Plasa. Perusahaan ini, konon, tercatat sebagai industri hilir pertama dan satu-satunya dan terpercaya indutri gaharu di Indonesia.

CV Gaharu, kata Budi, memperoleh banyak masukan dari program JamkrindoPreneur. Bukan hanya pelatihan dan pendampingan pengembangan dan inovasi produk tetapi juga manajemen dan akses permodalan serta program pemasaran melalui keterlibatan dalam berbagai event pameran.

“Bahkan, kami sekarang sedang dalam persiapan produk baru Teh Holisty, teh herbal. Sekarang sedang kita ajukan ke Kementerian Kesehatan untuk disahkan sebagai produk anti-Corona,” terangnya.

Budi H Hasibuan saat memberikan penjelasan mengenai bisnis gaharu di sesi Media dan UMKM Gathering. (warjono/koranbernas.id)

Ribuan kilometer ke arah timur, Emanuel Temaluru masih sibuk mengawasi pekerja yang sedang menyortir biji kacang mete. Mete yang mengapung dia minta disisihkan. Sedangkan yang melayang dan tenggelam dalam air, dikumpulkan menjadi satu di sebuah wadah berukuran jumbo, sebelum diproses lebih lanjut.

Saat ini, Temaluru memimpin puluhan petani pembudidaya pohon jambu mete di Desa Ile Padung, Kecamatan Lewolema, Kabupaten Flores Timur. Di desanya, ada tiga kelompok tani mete dengan anggota puluhan orang. Dua di antaranya sudah menjadi binaan PT Jamkrindo sejak 2018. Dua kelompok tani dengan anggota 38 orang ini mengelola lahan seluas 2.000 hektar dengan produksi rata-rata 300 ton sekali panen.

Temaluru yang juga seorang pastur ini mengaku, pencapaian petani di Ila Padung sekarang ini meningkat pesat dibandingkan dulu. Sebelum mendapat pembinaan, kapasitas produksi mete mereka maksimal 200 ton per panen. Peningkatan produktivitas, terutama dipengaruhi oleh penataan lahan yang lebih baik.

Namun yang lebih menggembirakan, peningkatan kapasitas produksi ini juga diikuti dengan peningkatan hasil usaha tani. Anggotanya dilatih mengembangkan pengolahan pasca-panen, sehingga komoditi mete mereka tidak lagi dijual utuh ke tengkulak melainkan diolah dulu menjadi kacang mete dengan banyak varian rasa dengan harga yang jauh lebih baik.

“Kami juga diajari menata organisasi kelompok, dituntun untuk membuka pasar baru serta dibantu dengan permodalan bagi petani yang membutuhkan. Kami sangat bersyukur, sejak 2018 kami bisa melepaskan diri dari perdagangan sistem ijon, yang dilakukan oleh pemodal dari India. Jadi kami bisa lebih leluasa mengembangkan produk, dan menjualnya dengan harga yang lebih baik. Omzet kami sejak 2018 sampai sekarang naik luar biasa. Pemasaran kacang mete kami lebih dari 100 persen. Orang-orang di sini makin rajin. Bertani pohon jambu mete tidak lagi sebatas kerja sambilan, tapi sudah menjadi tumpuan penghasilan,” katanya.

Kepala Divisi Manajemen Risiko dan Pemeringkatan UMKM, Konsultasi Manajemen (PUKM) PT Jamkrindo, Ceriandri Widuri, mengatakan kiprah Emanuel Temaluru dan Budi H Hasibuan, hanyalah sebagian kecil contoh perjuangan pelaku UMKM di Indonesia yang patut dibantu dan didukung agar bisa lebih meningkat usahanya, baik secara kualitas maupun dalam skala usaha.

Kiprah dan keuletan mereka, bukan saja memiliki arti penting bagi diri sendiri, tapi juga membawa pengaruh besar bagi lingkungan. Terutama dalam hal penciptaan lapangan kerja, perubahan paradigma masyarakat tentang cara bertahan hidup dengan menggali dan menangkap peluang usaha, serta kesadaran mengenai pentingnya terus belajar dan meningkatkan kapabilitas diri.

Di sisi lain, Jamkrindo secara penugasan pemerintah sebagai lembaga penjamin kredit UMKM, memiliki peran penting untuk mendukung dan terlibat langsung dalam pembinaan UMKM. Bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan bank dan non-bank, PT Jamkrindo memiliki pilar penting dalam ekosistem pembangunan UMKM melalui upaya menciptakan inklusi keuangan.

“Secara ketugasan, peran kami yang utama adalah menjembatani kepentingan antara pelaku usaha skala UMKM yang membutuhkan dukungan pembiayaan, dengan kebutuhan lembaga keuangan yang ingin pembiayaan mereka untuk para pelaku UMKM aman. Jadi kalau ada bank atau lembaga keuangan non-bank yang menyalurkan kredit, mereka kan perlu mengamankan kredit yang disalurkan ke UMKM. Nah, kami berperan sebagai penjaminnya. Dalam konteks apa? Tentu konteksnya adalah UMKM yang memang layak diberikan penjaminan,” kata Ceri, saat Media Gathering-Kilas Sukses JamkrindoPreneur dengan tema “UMKM Berdaya Saing Global Berkolaborasi Tingkatkan Pemulihan Ekonomi Nasional” beberapa waktu lalu. Acara digelar secara virtual, diikuti pula oleh 8 pelaku UMKM binaan PT Jamkrindo. Acara ini,merupakan rangkaian dari kegiatan HUT PT Jamkrindo ke-51, yang jatuh pada tanggal 1 Juli 2021.

Ceri mengatakan, dalam perannya PT Jamkrindo memiliki  standar penilaian kelayakan terhadap UMKM yang kreditnya akan dijamin. Standar penilaian ini tidak berbeda dengan standar penilaian kelayakan yang dilakukan perbankan itu sendiri. Yang dilihat pertama adalah karakter dari pelaku usaha tersebut. Bagaimana UMKM berkomitmen dalam mengelola bisnisnya, seperti apa track record mereka selama ini dalam menjalankan usahanya menjadi hal yang penting.

Jamkrindo juga akan meneliti kapabilitas dari usahanya. Bisnisnya seperti apa sekupnya dan seperti apa kualitas produk serta jasa mereka. Juga akan dilihat prasyarat yang harus dipenuhi oleh pelaku UMKM dalam menjalankan bisnisnya.

Nah, persoalannya kalaupun semua faktor ini tadi sudah lolos kriteria, belum tentu mereka punya akses ke lembaga keuangan saat mereka butuh modal. Kami membantu mereka untuk mengakses kredit, termasuk ketika mereka terkendala kolateral atau jaminan. Asalkan kriteria awal tadi bisa terpenuhi, kami siap memberikan penjaminan. Dengan adanya dukungan dari Jamkrindo, persyaratan dukungan kolateral bisa diminimalisir,” kata Ceri memberi penjelasan.

Terkait kiprah PT Jamkrindo, Ceri mengatakan, hingga Mei 2021 UMKM yang sudah masuk dan terdaftar di sistem pemeringkatan UMKMLayak ada 16 ribuan. Sayangnya,  banyak UMKM yang hanya masuk ke sistem dengan mendaftar, tapi mereka belum bisa diperingkat lantaran belum melengkapi data-data keuangan maupun non-keuangan. Karena data yang diinput belum lengkap, maka masih banyak UMKM yang belum bisa diskoring. Dari 16 ribuan UMKM yang sudah mendaftar, baru 2.000 yang sudah bisa dilakukan pemeringkatan.

“Otomatis, UMKM yang belum bisa dinilai tidak akan tahu seperti apa rapor mereka. Padahal rapor ini penting, bukan saja kaitan dengan akses ke lembaga keuangan, tapi juga untuk referensi UMKM itu sendiri dalam upaya mengembangkan usaha,” terangnya.

Kemudian, jumlah UMKM Program Kemitraan Jamkrindo tercatat sebanyak 2.644 UMKM. Total Volume Penjaminan KUR hingga Januari2021 sampai dengan 30 April 2021, sebesar Rp 40.659 miliar dan Volume Penjaminan PEN Januari 2021 hingga 30 April 2021 sebesar Rp 6.526 miliar.

Angka ini, menurut Ceri, ke depan akan terus bergerak. Sebab pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak setahun silam, nyata membawa dampak yang serius bagi dunia usaha, tidak terkecuali sektor UMKM.

“Kami juga perlu melihat sejauh mana dampak pandemi ini ke UMKM. Yang pasti dampaknya memang signifikan, terlihat dari tingginya klaim dari UMKM yang mengalami kegagalan usaha ataupun kegagalan menyelesaikan kewajibannya ke lembaga keuangan yang menyalurkan kredit. Kami melakukan pembinaan, kalau UMKM sudah menghadapi masalah dalam kinerja kredit, harus di-recovery supaya mereka tidak ter-black list terus secara formal dalam track record perkreditannya. Harus dipahami, kalau masuk di lembaga keuangan formal, track record masuk mereka kan terintegrasi di data laporan sistem layanan informasi kredit secara nasional. Makanya kami juga melakukan pembinaan dan program recovery, yang kita kerjasamakan dengan perbankan dan lembaga pembiayaan lain. Di sisi lain, kami juga minta supaya UMKM aktif melakukan perbaikan terhadap bisnisnya. Mereka bisa memanfaatkan peluang pembinaan agar bisa bangkit dari pandemi,” lanjut Ceri.

Aktivitas petani mete di Desa Ile Padung. (istimewa)

Manfaatkan Kanal Digital

Dalam program pembinaan, lanjut Ceri, PT Jamkrindo terus mendorong para pelaku UMKM untuk mulai masuk ke dunia digital. Di tengah pandemi yang diikuti kebijakan pemerintah untuk membatasi ruang interaksi sosial, maka pemasaran dengan memanfaatkan kanal digital menjadi pilihan paling strategis saat ini.

Pelaku UMKM juga terus didorong untuk mulai giat menciptakan pasar yang bukan end user, tapi mulai mengembangkan pasar dengan menggandeng reseller. Cara ini, menurut Ceri, dinilai lebih rasional saat ini. Bukan sekadar karena tuntutan memenuhi ketentuan pemerintah terkait PPKM, tapi juga tuntutan agar pelaku bisnis ke depan semakin fokus pada bidang garap.

“Dengan cara ini, maka pelaku bisnis akan semakin fokus. Misalnya dia kuat di produksi, ya fokus produksi. Kuat di pemasaran, ya fokus di pemasaran. Cara ini akan jauh lebih rasional dan efektif. Zaman sekarang tidak bisa lagi one man show. Tidak bisa semua diurusi sendiri, karena ke depan persaingan akan semakin ketat. Saat ini produk kita berjaya. Bukan mustahil besok akan muncul kompetitor dengan produk yang sama dan kualitasnya juga baik. Dengan fokus pada bidang garap, akan membuat pelaku UMKM lebih leluasa mengembangkan diri, kreatif dan inovatif,” lanjutnya.

Pentingnya fokus pada bidang garap ini, diakui oleh Sunani, mitra binaan PT Jamkrindo di Pontianak. Dengan bimbingan dari Jamkrindo, wanita yang mengelola usaha bidang pengolahan makanan dan minuman dari bahan Lidah Buaya ini, berhasil mengembangkan produknya hingga 25 item.

Dari inovasi produk ini, sudah pasti omzet Isun Vera, merk yang dipilihnya, juga ikut berkembang pesat.

“Kami mulai dari satu produk. Sekarang sudah berkembang menjadi 25 produk. Semua berbahan lidah buaya. Awalnya dari makanan. Sekarang berkembang ke produk kosmetik seperti sabun padat dan cair, juga shampoo. Bahkan, karena fokus, sekarang kami berhasil mengembangkan lahan perkebunan lidah buaya sendiri seluas tiga hektar,” katanya.

Setelah mulai berinovasi di produk, Budi H Hasibuan, kini juga mulai mengembangkan pemasaran dengan cara baru. Mengelola puluhan outlet sekaligus mengurus produksi, baginya sudah cukup merepotkan. Sehingga Budi mulai melirik cara pemasaran baru, dengan membuka kerja sama dengan banyak pihak.

“Kami juga sharing. Saya membuka diri dengan agen-agen syariah. Siapa pun bisa menjadi agen kami dan ikut memasarkan produk kami. Kita semua bisa sama-sama memasarkan produk saya dan ikut merasakan profitnya,” kata Budi. (*)