Begini Cara Kelompok Wanita Tani Perumahan Borokulon Menyikapi Pandemi

Begini Cara Kelompok Wanita Tani Perumahan Borokulon Menyikapi Pandemi

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- Banyak cara bisa dilakukan untuk mengisi waktu selama pandemi Covid-19. Seperti warga di Perumahan Pepabri Kelurahan Borokulon, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, yang memilih berkebun untuk bertahan selama pandemi Covid-19.

Mereka memanfaatkan lahan sempit untuk menanam sayuran dengan menggunakan polybag dan membuat lahan demplot sayuran. Polybag dan demplot tanaman tersebut berisikan berbagai macam tanaman sayur mulai dari tomat, cabai, selada, kangkung dan lainnya.

Tanam sayuran tersebut merupakan inovasi yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) "Anggrek Asri" sejak 6 bulan lalu. Ketua KWT "Anggrek Asri" Borokulon, Choirunnisa, mengaku mendapat banyak manfaat dengan menanam sayuran di pekarangan rumah.

Menurut Nisa, dengan menanam sayuran sendiri di pekarangan rumah membantu ekonomi keluarga di masa pandemi. Saat ini ia tidak perlu lagi membeli bahan-bahan dapur seperti cabai, tomat dan sayur.

"Sangat bermanfaat untuk meningkatkan gizi keluarga. Kemudian membantu ekonomi keluarga. Sekarang gak perlu repot beli sayuran lagi. Kalau mau bikin sambel, tinggal petik. Kalau mau masak sayur, juga tinggal petik," kata Nisa saat ditemui koranbernas.id, Selasa (3/8/2021).

Nisa menjelaskan, program pemanfaatan pekarangan di RW 05 Kelurahan Borokulon ini dinilai sukses saat menghadapi pandemi Covid-19 sehingga mendapat perhatian dari pemerintah. Mereka mendapat bantuan dari pemerintah pusat senilai Rp 50 juta melalui program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).

Program tersebut dimulai sejak bulan Maret 2021 dengan target pendampingan budidaya selama 1 tahun dan pemantauan hingga 2024.

"Sebelum adanya program P2L dirinya bersama dengan beberapa ibu-ibu sudah melakukan kegiatan memanfaatkan minim lahan di perumahan dengan bercocok tanam sayuran secara hidroponik maupun organik," jelasnya.

Nisa mengungkapkan, setelah mengikuti P2L hasil dari penanaman sayuran lebih maksimal. Apalagi di masa pandemi seperti ini, semangat ibu-ibu bertambah. Hasil bercocok tanam ini bisa dikonsumsi sendiri maupun dijual.

"Dalam satu bulan omset KWT, jika masa panen, bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 3 juta," ungkapnya.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Kabupaten Purworejo, Wasit Diono, menyatakan P2L harus memenuhi epat komponen, yaitu sarana pembibitan, demplot, pertanaman dan pasca panen.

"Pemerintah pusat memberikan bantuan senilai Rp 50 juta untuk pengembangan program tersebut bagi tiap kelompok atau KWT, dengan syarat yang sudah ditentukan, dan pastinya adanya pendampingan. Bagi penerima bantuan di kawasan desa harus menyediakan lahan demplot 400 meter persegi. Sedangkan di perkotaan 100 meter persegi dan kebun bibit 20 meter persegi. Sedangkan untuk taman lestari bisa memanfaatkan halaman rumah masing-masing," jelasnya. (*)