Yogyakarta Berupaya Tingkatkan Lama Tinggal Wisatawan demi Dongkrak Ekonomi Lokal
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Kota Yogyakarta, salah satu destinasi wisata utama di Indonesia, tengah menghadapi tantangan signifikan dalam upaya meningkatkan durasi kunjungan wisatawan.
Data terbaru menunjukkan bahwa rata-rata lama tinggal wisatawan di kota budaya ini hanya mencapai 1,77 malam, jauh di bawah potensi wisata yang sebenarnya membutuhkan setidaknya empat hari untuk dieksplorasi secara menyeluruh.
Dedi R. Yusma, General Manager Unisi Hotel Malioboro, dalam sebuah talkshow bertajuk "What's Going On" yang diselenggarakan oleh Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII pada Sabtu (28/9/2024) di Pakuwon Mall Yogyakarta, mengungkapkan keprihatinannya.
“Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Yogyakarta, lama kunjungan wisatawan belum mencapai dua hari. Padahal, untuk menikmati semua objek wisata di Jogja, idealnya dibutuhkan waktu sekitar empat hari,” ujarnya.
Pemerintah Kota Yogyakarta merespon situasi ini dengan menargetkan peningkatan rata-rata lama tinggal wisatawan menjadi 1,95 malam atau mendekati dua malam pada tahun ini. Langkah ini diyakini akan berdampak signifikan terhadap perekonomian lokal, terutama sektor perhotelan dan UMKM terkait pariwisata.
Menariknya, data yang dipaparkan Dedi menunjukkan adanya pergeseran tren wisatawan.
“Malaysia kini menduduki peringkat pertama wisatawan mancanegara, diikuti oleh Jepang dan Brunei,” jelasnya.
Sementara untuk wisatawan domestik, Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar, disusul Jawa Timur, Jakarta, dan Jawa Tengah.
Fenomena ini membuka peluang baru bagi pelaku industri pariwisata Yogyakarta untuk merancang strategi pemasaran yang lebih tepat sasaran.
"Kami perlu mengoptimalkan promosi ke pasar-pasar potensial ini, sambil terus meningkatkan kualitas layanan untuk memperpanjang durasi kunjungan,” tambahnya.
Di sisi lain, talkshow ini juga menyoroti peran penting unit bisnis di bawah naungan institusi pendidikan dalam mendukung ekonomi lokal. Unisi Hotel sendiri merupakan salah satu unit bisnis YBW UII, yang juga mengelola berbagai usaha lain seperti radio, SPBU, dan apotek.
“Kami ingin masyarakat Yogyakarta, khususnya, mengetahui bahwa YBW UII tidak hanya berkutat di bidang pendidikan, tetapi juga berkontribusi langsung dalam pengembangan ekonomi melalui unit-unit industri kami,” tegasnya.
Rasyad Amal, Dimas Jogja 2023, yang juga hadir sebagai pembicara, menekankan pentingnya kolaborasi antara pelaku industri pariwisata.
“Jika pariwisata tidak maju, hotel juga tidak akan berkembang. Kita harus bergerak bersama, saling mendukung untuk kemajuan sektor ini secara keseluruhan,” ujarnya.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan, baik oleh pemerintah maupun pelaku industri, Yogyakarta optimis dapat meningkatkan daya tarik dan lama tinggal wisatawan. Hal ini diharapkan tidak hanya akan meningkatkan okupansi hotel, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal secara keseluruhan. (*)