Vokasi BP Jamsostek, Kesempatan bagi Korban PHK untuk Mandiri

Vokasi BP Jamsostek, Kesempatan bagi Korban PHK untuk Mandiri

KORANBERNAS.ID—BP Jamsostek (BPJS Ketenagakerjaan), meluncurkan inovasi dalam pelayanan. Menariknya, layanan yang disebut program Vokasi ini, disiapkan bukan untuk peserta BP Jamsostek, melainkan untuk eks peserta yakni pekerja yang sudah resign, di PHK atau diputus kontrak oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Kepala Cabang BP Jamsostek DIY, Ainul Khalid mengungkapkan, Vokasi mulai diluncurkan pertengahan 2019 dengan pilot project di wilayah DIY dan Jateng. Bentuk program ini, adalah kesempatan mengikuti pelatihan secara gratis, yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan skill dari para mantan pekerja atau eks peserta BP Jamsostek, agar mereka bisa kembali bekerja, atau lebih baik lagi bisa membuka usaha secara mandiri.

“Selain gratis, peserta pelatihan ini akan mendapatkan kesempatan meningkatkan kemampuan, mendapat sertifikat, dan uang saku selama pelatihan yang biasanya berlangsung sekitar 2 minggu,” kata Ainul, disela-sela Media Relation, Senin (25/11/2019). Selain Ainul, acara ini dihadiri pula oleh mantan Deputi Direktur BP Jamsostek Wilayah DIY –Jateng, Moch Triyono.

Ainul mengatakan, tidak semua mantan pekerja dan eks peserta BP Jamsostek dapat mengikuti program ini. Program Vokasi Indonesia Bekerja, terbuka untuk eks peserta yang berhenti dari pekerjaan maksimal 2 tahun. Mereka juga sudah menjadi peserta BP Jamsostek minimal 1 tahun sebelum berhenti bekerja, dengan usia maksimal 40 tahun.

Di DIY, program ini sudah terlaksana sekali dengan peserta 20 orang. Mereka mengikuti pelatihan produksi busana jadi, yang diselenggarakan 7-22 November 2019.

Ainul menjelaskan, sepanjang tahun 2019, pihaknya mendapatkan kuota untuk peserta pelatihan sebanyak 225 orang. Namun sejauh ini, pelatihan baru terlaksana sekali dengan peserta sebanyak 20 orang. Upaya menjaring peserta program Vokasi, diakuinya cukup sulit, kendati BP Jamsostek sudah melakukan berbagai upaya.

“Kami sudah infokan ke perusahaan-perusahaan, kita bikinkan brosur dan lain sebagainya,” kata Ainul menerangkan.

Materi pelatihannya sendiri, kata Ainul, sangat luas menyesuaikan dengan kebutuhan dan keterampilan yang dipunyai eks pekerja sekaligus mantan peserta BP Jamsostek. Selain bidang konveksi, pelatihan juga bisa terkait dengan video editing, las listrik, computer, kerajinan, kepariwisataan, otomotif dan sebagainya. Namun untuk bisa diselenggarakan, jumlah peserta minimal 20 orang per bidang keahlian.

Moch Triyono menambahkan, Vokasi Indonesia Bekerja, merupakan terobosan dari BP Jamsostek untuk membantu pemerintah mengatasi pengangguran dan keterbatasan lapangan kerja. Program ini, juga menjadi bentuk keberpihakan BP Jamsostek terhadap masyarakat, khususnya mantan karyawan sekaligus eks peserta.

Menurut Triyono, munculnya wirausaha-wirausaha baru perlu terus didorong oleh semua pihak. Dengan munculnya wirausaha baru, dengan sendirinya akan terus menambah suplai lapangan kerja yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.

“Saat ini situasinya memang sedang sulit. Tapi kesempatan juga banyak. Misalnya kesempatan untuk memanfaatkan era digital ini untuk menunjang produktivitas. Sudah ada lho yang menggeluti usaha tambal ban online, berdagang nasi goreng secara online dan lain-lainnya. Artinya kesempatan juga semakin terbuka,” katanya.

Data pengangguran terbuka di DIY sendiri, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), mencapai 3,35 persen pada Agustus 2018. Data tersebut menunjukkan kenaikan 0,33 persen dibanding tahun 2017.

Dari data Sakernas DIY, sebesar 29,96 persen dari pengangguran merupakan lulusan Sarjanan atau S1. Hasil Sakernas DIY Agustus 2016 sampai Agustus 2018 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka daerah perkotaan selalu lebih besar dibandingkan daerah pedesaan.

TPT perkotaan di Yogyakarta Agustus 2018 sebesar 4,07 persen lebih tinggi dibandingkan dengan TPT daerah pedesaan sebesar 1,60 persen. Hal ini terjadi karena di wilayah perkotaan memiliki sektor formal yang lebih banyak dibandingkan wilayah pedesaan.

Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Agustus 2018, tingkat pengangguran terbuka untuk lulusan Universitas paling tinggi di antara tingkat pendidikan lain yaitu 8,28 persen. Tertinggi berikutnya adalah Diploma I II dan III dan Sekolah Menengah kejurusan SMK masing-masing 4,91 persen. Serta sekolah menengah umum sebesar 2,87 persen. (SM)