Ventilator Berteknologi Nuklir untuk Penanganan Covid-19, Tangguh, Nyaman dan Hemat

Ventilator Berteknologi Nuklir untuk Penanganan Covid-19, Tangguh, Nyaman dan Hemat

KORANBERNAS.ID, SERPONG -- Awal 2020, dunia dikejutkan wabah Novel Corona Virus Desease (Covid-19) yang awalnya diketahui berasal dari Wuhan, Cina. Segala antisipasi dan inovasi teknologi dibutuhkan secara cepat agar dapat membantu penanganan virus yang belum ada obatnya ini. Di Indonesia, hampir semua lini baik lembaga maupun perorangan berjibaku menekan menyebarnya Covid-19.

Merujuk pada lembaga kesehatan dunia, World Health Organisation (WHO), protokol-protokol kesehatan pun diberlakukan. Di Indonesia, dengan gencar kampanye dilakukan agar masyarakat patuh protokol kesehatan. Mulai dari dari sosialisasi jajaran pemerintah tertinggi hingga tingkatan Rukun Tetangga (RT) dengan sadar menyuarakan ajakan taat protokol kesehatan penanggulangan Covid-19.

Bagi tenaga kesehatan, otomatis mereka menjadi garda depan penanganan pasien positif yang terus menunjukkan kenaikan. Sembari menunggu kesiapan vaksin, seluruh masyarakat dunia sepakat menekan lajunya infeksi virus dengan berbagai cara.

Ruh kegotong-royongan bangsa Indonesia yang sudah mendarah daging, membuat banyak hal sulit dapat dilewati bersama tanpa rintangan berarti. Kelangkaan masker dan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis dan relawan tidak berlangsung lama. Para pelaku kreatif dengan cepat menginisiasi gerakan, menggalang donasi bahkan membuat sendiri untuk menjawab kelangkaan kedua benda vital ini.

Lembaga lain berlomba-lomba menciptakan inovasi tepat guna yang dapat mendukung kebutuhan penanganan Covid-19 di rumah sakit. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) misalnya, sejak april 2020 menciptakan alat sterilisator untuk alat-alat kesehatan dan ventilator bagi pasien Covid-19 menggunakan teknologi nuklir.

Ventilator yang selama ini merupakan peralatan vital bagi penderita Covid-19 kronis menjadi langka karena harga impornya mencapai Rp 700 juta per unit. Hal ini membuat para inovator muda BATAN merancang ventilator yang lebih efisien dan terjangkau.

“Dengan teknologi baterai inovasi BATAN, ventilator ini bisa menggunakan baterai dangan daya tahan hingga 10 jam. Harganya juga jauh lebih murah, yaitu kurang lebih Rp 15 juta per unit," terang Ariyawan Sunardi, Koordinator Tim Inovatif BATAN Dura-Vent saat dihubungi koranbernas.id, Rabu (11/11/2020).

Ini merupakan bentuk nyata kegunaan teknologi nuklir bagi penanggulangan Covid-19 di tanah air. “Teknologi ini sangat aman tidak seperti stigma yang selama ini masih melekat di masyarakat,” tambahnya.

Lika-liku proses inovatif pengembangan ventilator BATAN sejak april lalu pun menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Awalnya, BATAN Dura-Vent (Nama ventilator inovasi BATAN-red) dirancang secara mekanis namun saat uji coba menemukan beberapa kendala.

Menurut Ari, kegagalan ini tidak membuat proyek berhenti. Ide-ide baru terus berkembang. Perubahan dari mekanis menjadi digital menjadi pilihan selanjutnya. Perubahan konsep ini menjadikan energi yang digunakan lebih efisien. “Selain itu lebih compact dan bagus, alat kesehatan itu bentuknya sebisa mungkin jangan menakutkan,” kata dia.

Hal dramatis lain yang terjadi adalah ketersediaan turbin di marketplace yang sesuai spesifikasi RPM (Revolutions per Minute-red) yang dibutuhkan BATAN Dura-Vent. Berburu turbin yang sesuai di pasar internasional pun ternyata tidak mudah.

“Bahkan sebuah marketplace di luar negeri yang sebelumnya sanggup menyediakan, pada akhirnya menyerah dan mengembalikan uang kami. Kelangkaan turbin ini menjadi pemicu kami untuk membuat sendiri turbin sesuai spesifikasi teknis yang dibutuhkan, hal ini pula yang menjadi kelebihan BATAN Dura-Vent," kenang Ari.

Ketua Tim Inovasi BATAN Dura-Vent, Rezky Mahardika Suryadi menambahkan, motor turbin DC Brushed pada ventilator ini lebih soft yang dapat mengikuti nafas spontan pada kenaikan tekanan basal. Pasien dapat mengatur sendiri Tidal Volume (TV) dan  Respiration Rate (RR) sesuai keinginannya.

“Model ventilator yang dipilih adalah model Continuous Positive Airway PressureBilevel Positive Airway Pressure (CPAP-BiPAP) yang memiliki fitur pengaturan IPAP dan EPAP dengan pengaturan konsentrasi oksigen dari 35 persen sampai dengan 85 persen," jelasnya.

Dengan demikian pasien bisa bernafas dengan lebih nyaman karena tidak ada pressure support yang bisa menimbulkan bahaya bagi pasien.

Usai melampaui semua tahapan birokrasi dan pengujian, termasuk digunakan nonstop lebih dari dua hari, dalam waktu dekat BATAN Dura-Vent akan menjalani uji sertifikasi dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Kementerian Kesehatan dan siap diproduksi massal.

Ketua STTN Batan, Edy Giri Rachman Putra, beberapa waktu lalu mengungkapkan dosen mereka juga mengembangkan ventilator bagi pasien Covid-19.

Ventilator yang dibuat memiliki kelebihan dibandingkan yang tersedia saat ini. Dengan menggunakan teknologi di ruang kontrol, satu ventilator bisa digunakan lebih dari satu pasien Covid-19.

“Dengan demikian akan semakin banyak pasien dengan gejala Covid-19 yang berat bisa tertolong. Di satu ruang kontrol, ventilator yang dikembangkan dosen kami bisa digunakan untuk banyak pasien,” ungkapnya. (*)