Unsoed Bantu Pengembangan Agrowisata Tambi sebagai Destinasi Unggulan

PT Perkebunan Tambi pada tahun 2022 melakukan ekspor produknya ke Jepang, setelah vakum 13 tahun. Nilai ekspornya mencapai Rp 16,2 miliar atau setara 1.139.478 dolar AS.

Unsoed Bantu Pengembangan Agrowisata Tambi sebagai Destinasi Unggulan
Wanita-wanita perkasa buruh petik kebun teh Tambi. (prasetiyo/koranbernas.id)

KORANBERNAS, WONOSOBO -- PT Perkebunan Tambi Wonosobo bisa dijadikan contoh bagi pengelola agrowisata perkebunan teh lainnya, khususnya di Jawa-Tengah.

Saat ini, perusahaan swasta yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonosobo ini, dengan saham 50 persen: 50 persen, terbilang maju dan sukses.

Produk teh PT Perkebunan Tambi selain menyasar pasar lokal, juga sudah merambah pasar ekspor dan mampu mempekerjakan 900 lebih karyawan yang sebagian besar warga sekitar.

Kesuksesan PT Perkebunan Tambi/Agrowisata Tambi ini menarik perhatian Ketua Tim Peneliti Fundamental Universitas Jenderal Soedirman (TPF Unsoed) yang juga pakar pemberdayaan masyarakat, Dr Adhi Iman Sulaiman SIP M Si.

Menikmati sejuknya udara di kebun teh Tambi. (istimewa)

Bersama dua dosen anggota TPF Unsoed dan 20 mahasiswa S1, S2 dan alumni, selama dua hari Sabtu-Minggu (15-16/7/2023), tim melakukan riset di PT Perkebunan Tambi, sebuah perusahaan yang awal mulanya didirikan oleh Belanda pada tahun 1865.

Dengan metode kuantitatif menyebarkan kuesioner dan diperdalam metode kualitatif melalui wawancara dan dialog, tim peneliti menemui 30 responden. Mereka adalah pemetik teh, warga sekitar, pengelola perkebunan PT Tambi, pengunjung dan praktisi media.

Hasil yang diharapkan dari riset ini, TPF Unsoed akan membantu mendesain model strategi revitalisasi pengembangan agrowisata berbasis Community Based Tourism (CBT) untuk menjadikan agrowisata ini sebagai destinasi unggulan dan destinasi wisata edukasi, sehingga  meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Selain itu, juga untuk mendukung promosi agrowisata lewat publikasi di media massa dan sosial media supaya lebih terkenal dan banyak pengunjung.

Tim Peneliti Fundamental Universitas Jenderal Soedirman (TPF Unsoed) foto bersama di depan Pabrik Teh Tambi Wonosobo. (istimewa)

Upah petik

Sartini (60), seorang pemetik pucuk daun teh di kebun PT Tambi Desa Tambi mengatakan dirinya sudah bekerja sebagai pemetik daun teh sejak umur 20 tahun. "Kalau dihitung, ya sudah ada 40 tahun saya bekerja sebagai pemetik," ujar warga Desa Tambi ini.

Sartini mengaku upah petik saat ini Rp 500 per kilogram. Dia bekerja dari pagi pukul 05:30 hingga 09:30 atau selama empat jam, rata-rata mampu memetik pucuk daun teh sebanyak  100 - 120 kg per hari. Upah petik dibayarkan oleh PT Perkebunan Tambi setiap tanggal 3, 3 dan 23.

"Sebulan tiga kali bayaran, setiap tanggal itu. Kalau dihitung total ya rata-rata sebulan penghasilan kami sekitar Rp 1,5 juta," timpal Sarwiji (56), ibu dari dua anak dan empat cucu yang juga sudah puluhan tahun bekerja sebagai pemetik pucuk daun teh.

Pemetik lainnya, Rondiyah (57), mengatakan bekerja sebagai pemetik enam hari selama seminggu, hari Minggu libur.

Khoir (35), pemandu wisata  dari Tambi Tea Resort mengatakan, selama ini pemetik pucuk daun teh ada sekitar 400 orang, yang sebagian besar warga sekitar PT Perkebunan Tambi. "Sebagian besar pemetik adalah perempuan," katanya.

Untuk diketahui, PT Perkebunan Tambi saat ini memiliki luas lahan 830 hektar tersebar di tiga unit usaha yakni Unit Perkebunan (UP) Teh Tambi di Desa Tambi Kecamatan Kejajar, UP Teh Bedakah di Desa Tlogomulyo Kecamatan Kertek dan UP Teh Tanjungsari di Semunggang Desa Sedayu Kecamatan Sapuran.

Pabrik UP Tambi dan pabrik UP Bedakah mengolah teh hitam, sedangkan pabrik UP Tanjungsari mengolah teh hijau.

Ekspor

Data yang diperoleh dari PT Perkebunan Tambi, pada tahun 2022 perusahaan ini kembali melakukan ekspor produknya ke Jepang, setelah vakum 13 tahun. Nilai ekspornya mencapai Rp 16,2 miliar atau setara dengan 1.139.478 dolar AS.

Selain ke Jepang, PT Perkebunan Tambi juga mengekspor produknya ke Amerika Serikat, Rusia, Uni Emirat Arab, Mesir, Polandia, Inggris, India dan Jerman.

Adhi Iman Sulaiman kepada koranbernas.id mengatakan, pihaknya mendapat banyak pelajaran dari kesuksesan PT Perkebunan Tambi, yaitu dalam hal pengelolaan dan pengembangan aset dan  potensi agrowisata milik pemerintah yang bekerja sama dengan pihak swasta sebagai mitra atau investor.

"Keberadaan agrowisata ini dapat membuka lapangan pekerjaan dan kesejahteraan masyarakat sekitar," ujar Adhi yang juga dosen Magister Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed.

Namun di balik kesuksesan itu, Adhi Iman mengingatkan perlu ada perhatian dari PT Perkebunan Tambi tentang kontrak kerja khususnya bagi para pemetik teh yang sudah lama bekerja atau lebih dari lima tahun.  "Jaminan penghasilan dan kesehatan perlu diperhatikan, khususnya bagi pemetik teh yang sudah lama bekerja," sarannya.

Selain itu, perlu diperhatikan pula program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat sekitar, khususnya generasi muda berupa penyuluhan, pelatihan dan pendampingan dalam manajemen pariwisata untuk pelayanan ke wisatawan.

"Termasuk  pengolahan produk pascapanen yang khas dan manajemen promosi pemasaran digital produk teh," saran Adhi Iman. (*)