Umbul Ndonga 1000 Hari Djaduk Ferianto Ditandai dengan Peluncuran Lagu Baru Kuaetnika

Umbul Ndonga 1000 Hari Djaduk Ferianto Ditandai dengan Peluncuran Lagu Baru Kuaetnika

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Dalam rangkaian nyewu dina (1000 hari) almarhum Djaduk Ferianto yang jatuh pada 7 Agustus 2022, keluarga besar Kuaetnika berkumpul di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjo. Kebersamaan ini merupakan sebuah pertalian yang sangat erat bagi semua yang pernah berinteraksi dengan mediang Djaduk.

Purwanto, salah satu pemain musik di Kuaetnika merasa, ini adalah saat yang tepat untuk menghadirkan satu karya yang selama ini sudah ditabung. Pada Pagelaran Musik Kuaetnika “Umbul Donga” ini Kuaetnika akan merilis satu komposisi baru yang berjudul Panuntun.

“Panuntun memiliki persamaan dengan seorang pemimpin, orang yang berada di depan yang bisa ditiru hal-hal baiknya, seperti halnya sebuah semboyan dari Ki Hadjar Dewantara yaitu ing ngarsa sung tulodho,” paparnya di sela-sela lima komposisi musik yang dimainkan.

Judul komposisi ini, lanjut Purwanto, secara khusus didedikasikan kepada Djaduk Ferianto yang dianggap sebagai seorang pemimpin di Kuaetnika. Sosok figur yang selalu dekat dengan anggota Kuaetnika, teman, kolega dan siapa saja yang pernah bersinggungan dengannya.

“Panuntun secara khusus dibuat dengan memasukkan olah vokal Endah Laras, yang juga pernah merasakan gojlokan tempaan ilmu tentang musik dari Djaduk Ferianto. Komposisi ini secara khusus dibuat untuk dinyanyikan Endah, ada teknik vokal khusus yang memang cocoknya dibawakan Endah Laras,” papar Purwanto.

Panuntun merupakan satu dari sembilan komposisi dari album Manitik, sebuah album yang digarap oleh Kuaetnika sejak tahun 2019. Manitik dimaknai dengan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Djaduk Ferianto selama bersama-sama bergelut di dunia musik.

Momen pertemuan ini juga digunakan Kuaetnika untuk berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing saat bersama Djaduk Ferianto. Momen mengenang dan menceritakan ini begitu syahdu, sulit untuk menyembunyikan rasa kehilangan walau Djaduk telah pergi tiga tahun lalu.

Endah Laras, tak memungkiri jasa Djaduk terhadap pencapaiannya dalam berkesenian. Dia juga menceritakan betapa besar pertalian saudara yang telah dirajut oleh mediang Djaduk.

“Kita jangan sampai mandek le seduluran, Terimakasih Kuaetnika, kita akan selalu kobarkan tinggalane ndoro agar Ndoro selalu bahagia,” kata Endah Laras.

Sementara Istri mediang Djaduk, Bernadetta Petra menyampaikan kegembiraannya karena energi di Kuaetnika terjaga dan semakin baik dan terus berkarya itu luar biasa. Teman-teman Kuaetnika selalu berusaha mengisi kekosongan yang ada.

“Jangan sampai penuh, agar terus selalu ada upaya untuk mengisi dan mengisi. Harapan saya singkat saja, teruslah tumbuh, tetaplah hidup. Jaga kesehatan,usia semakin beranjak, tetap jaga energi jaga bara,” ujar Petra.

Kuaetnika adalah sebuah kelompok musik dari Yogyakarta yang sudah berkarya sejak 1996, selama tiga tahun terakhir ini seakan memulai segala sesuatunya dari awal kembali. Banyak penyesuaian yang dilakukan dengan situasi baru sepeninggal Djaduk Ferianto, salah satu pendiri Kuaetnika (bersama dengan Butet Kartaredjasa dan Purwanto).

Mereka merasa kehilangan sosok yang mendorong proses berkarya serta kreator yang selalu gelisah dengan karya musik. Adanya pandemi Covid-19 juga berpengaruh pada proses berkesenian Kuaetnika karena terbatasnya ruang interaksi langsung dengan publik.

Pada awal 2020 Kuaetnika sudah menggarap dua lagu yang berasal dari melodi siulan Djaduk Ferianto ketika berkunjung ke Table Mountain, Cape Town, Afrika Selatan.

Dua lagu tersebut adalah “Angin” dan “Dua Benua” yang sudah pernah ditampilkan secara langsung pada acara Ibadah Musikal – 100 Hari Djaduk Ferianto pada 25 Februari 2020 yang lalu. Kedua lagu ini rencana akan dibawa ke suatu festival jaz di Afrika Selatan. Namun karena adanya Covid19 rencana kedua tersebut terpaksa batal.

Selama kurang lebih 25 tahun bergumul bersama dalam pencarian, perdebatan dan pergulatan dalam olah musik, tentu tidak sedikit yang didapat dari mediang Djaduk. 

Album ini berisi kumpulan 9 komposisi dengan rangkaian karya baru disertai komposisi karya Djaduk Ferianto yang dikerjakan dan ditafsir ulang oleh Kuaetnika dan direncanakan akan rilis pada Ngayogjazz 2022 yang akan datang. (*)