Tradisi Sastra Lisan Mengalami Degradasi
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Masifnya penggunaan gadget pada era milenial ini semakin meminggirkan tradisi sastra lisan. Budaya sastra lisan, seperti mendongeng, mengalami degradasi cukup signifikan.
Ini menjadi rujukan Dinas Kebudayaan (Kundha Kebudayaan) Kota Yogyakarta yang terus berupaya agar sastra lokal dalam ragam bentuknya tetap lestari di masyarakat.
Sejalan dengan itu diadakan rangkaian agenda Workshop Bahasa Sastra oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan Kota Yogyakarta), Rabu (16/3/2022), di Hotel Phoenix.
“Agenda workshop ini diselenggarakan untuk memberikan fasilitas kepada masyarakat Kota Yogyakarta dan generasi muda, agar semakin mendekatkan pada nilai budaya lokal,” ujar Yetti Martanti, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta.
Workshop penulisan dongeng diikuti 25 peserta warga Kota Yogyakarta yang memiliki ketertarikan menulis serta berkomitmen melestarikan tradisi sastra lisan.
“Rangkaian agenda workshop Bahasa Sastra telah dimulai sejak Februari lalu dengan pelaksanaan workshop Aksara Jawa Digital. Menyambung kegiatan di bulan Maret, kita mulai lagi dengan workshop penulisan dongeng dan pranatacara. Minggu depan kita gelar workshop sesorah, geguritan, macapat dan maca cerkak,” lanjut Yetti.
Adapun narasumber Ikun Sri Kuncoro seorang sastrawan yang aktif di dunia kepenulisan dengan nama pena Ikun SK.
Ikun berharap praktik menulis dongeng bisa membantu mengisi salah satu ruang kosong untuk mentransfer nilai-nilai moral dari orang tua kepada anak.
Bahan bacaan berkarakter nilai budaya tradisional inilah yang dikupas di dalam workshop penulisan. Dengan demikian akan terjaga pesan verbal antargenerasi untuk menjaga eksistensi budaya.
Salah seorang peserta workshop Nurul Astuti (47) warga Suryodiningratan menyatakan gembira memperoleh kesempatan mengikuti kegiatan ini.
“Terima kasih kepada Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta atas terselenggaranya acara ini. Agendanya sangat menarik dengan narasumber yang asyik, workshop ini benar-benar membawa peserta berlatih menulis dongeng yang efektif,” ujarnya.
Sintha Sigit Agustina (23), peserta dari Kalurahan Tahunan menyatakan kemasan acara ini hangat dan menyenangkan. Cara pembelajarannya interaktif dan tidak kaku.
Dia mendapatkan ilmu tentang menulis dongeng anak, menggali ide dan mengembangkannya menjadi cerita menarik. Dia juga ingin menjadi penulis dongeng anak yang mengangkat tradisi dari wilayah Kota Yogyakarta. (*)