Tradisi Nyadran di Desa Krajan Klaten Tetap Lestari
Nyadran merupakan tradisi tahunan yang harapannya untuk kemaslahatan dan semangat guyub rukun.
KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Desa Krajan Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten hingga kini masih melestarikan tradisi nyadran. Meski lokasi desanya terletak di tengah kota kecamatan namun semangat untuk mengikuti acara di makam leluhur di lingkungan masing-masing begitu luar biasa.
Seperti yang terjadi Kamis (20/2/2025) pagi hingga menjelang sore hari. Hari itu, kegiatan nyadran berlangsung di makam Sasonoloyo Dukuh Tasgading, makam Dukuh Krajan dan makam Dukuh Bodrowati.
Ditemui di makam Dukuh Tasgading, tokoh agama setempat, Muhammad Oktora Reonaldy Yoga Pratama mengatakan rangkaian acara nyadran di lingkungannya diawali dengan kegiatan bersih-bersih makam sebelum nyadran.
"Sedangkan hari ini diawali dengan pembukaan, sambutan-sambutan, laporan pelaksanaan kegiatan dilanjutkan zikir tahlil dan makan bersama dari makanan yang dibawa warga. Yang hadir sekitar 200-300 orang," kata Yoga, panggilan Muhammad Oktora Reonaldy Yoga Pratama.
Guyub rukun
Acara nyadran, menurut dia, merupakan tradisi tahunan yang harapannya untuk kemaslahatan dan semangat guyub rukun bersama yang harus dilestarikan.
Tradisi nyadran juga digelar di makam Dukuh Krajan belakang SMA Negeri 1 Jatinom. Acara dimulai pukul 10:00 hingga selesai.
Ketua RW 2 Dukuh Krajan, Haris Priyanto, mengemukakan prosesi nyadran diawali dengan bersih-bersih makam seminggu lalu dan dilanjutkan tirakatan pada Rabu malam hingga Kamis dini hari.
Sedangkan pada acara nyadran yang bertempat di bangsal makam diawali pembacaan surat Yasin dan tahlil kemudian dilanjutkan makan bersama.
Makna nyadran itu kata Haris adalah tradisi di mana sebelum masuk bulan Ramadan digelar silaturahmi dengan ahli waris yang dimakamkan di makam tersebut. "Kita berkumpul untuk kebersamaan. Kita berdoa bersama mendoakan leluhur yang telah mendahului," ujarnya.
Nguri-uri
Di tempat terpisah, Sekretaris Desa Krajan Tri Widodo mengapresiasi acara nyadran yang dilaksanakan oleh warganya.
"Prinsipnya kita nguri-uri tradisi nenek moyang, sebab itu wujud kegotong-royongan warga," kata Tri Widodo di Kantor Desa Krajan. (*)