Rumah Sakit Legendaris Ini Berusia 97 Tahun

Rumah Sakit Legendaris Ini Berusia 97 Tahun

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Salah satu rumah sakit legendaris di Provinsi DIY yaitu RS Mata “Dr YAP” saat ini berusia 97 tahun. Menandai eksistensi rumah sakit yang berdiri tahun 1921 yang kini berada di bawah naungan Yayasan Dr YAP Prawirohusodo itu, Minggu (23/8/2020), diselengggarakan Bakti Sosial Operasi Katarak dan Pterygium gratis.

Kegiatan yang berlangsung di rumah sakit setempat Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta kali ini sekaligus memperingati HUT ke-75 RI serta HUT ke-100 Yayasan Dr YAP Prawirohusodo.

Tampak hadir GBPH H Prabukusumo S Psi selaku Ketua Umum Yayasan Dr YAP Prawirohusodo didampingi KPH Indrokusumo, Ketua Lembaga Koordinasi Kesejahteraan Sosial DIY BRAY Yuyun Prabukusumo, Plt Direktur Utama RS Mata “Dr YAP” dr Alida Lienawati M Kes, Lia Mustafa mewakili Lion Murniyati selaku Presiden Lions Club Yogyakarta Puspita Mataram serta tamu undangan.

Prabukusumo menyampaikan selama lebih kurang 22 tahun dirinya menjadi ketua yayasan, rumah sakit ini berkembang pesat bahkan mampu membangun ruang operasi senilai Rp 11 miliar. Selain itu, juga membangun Ruang Amarta yang disebutnya sebagai ruang pelayanan premium. “Sebetulnya untuk pelayanan orang asing,” ujar Gusti Prabu, panggilan akrabnya.

Pihaknya juga memperbaiki ruang rawat inap. Bahkan, kata dia, ada pasien enggan pulang karena kerasan. “Kadang-kadang pasien ada yang aneh. Boleh saja. Silakan. Saya berharap rumah sakit legendaris ini sampai kapan pun dapat menjadi kebanggaan masyarakat Yogyakarta. Kami tidak hanya melayani kesehatan mata saja tetapi membuka layanan sekitar mata seperti kantung mata,” jelasnya.

Satu lagi, dalam waktu dekat RS Mata “Dr Yap” membuka layanan klinik mata di Magelang Jawa Tengah. Tujuannya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat yang tinggal di wilayah utara DIY. Klinik tersebut menempati tiga ruko di dekat terminal Magelang. “Mudah-mudahan akhir tahun ini mulai bisa digunakan supaya pasien tidak terlalu jauh ke Yogyakarta,” ungkap Gusti Prabu.

BRAY Yuyun Prabukusumo juga berharap keberadaan rumah sakit ini mampu memberikan kontribusi untuk membangun DIY sehingga kesejahteraan sosial masyarakat terwujud.

Dokter Alida Lienawati menyampaikan Bakti Sosial Operasi Katarak dan Pterygium gratis di luar dugaan banyak peminatnya, bahkan ada yang datang dari Wonosobo Jateng. Bakti sosial diawali seremonial pembukaan pada Jumat (21/8/2020). Pada hari yang sama dilaksanakan pemeriksaan mata (skrining pre-operasi) oleh dokter spesialis mata RS Mata “Dr YAP".

Skrining berlangsung dua hari berturut-turut Jumat dan Sabtu (21-22/8/2020) dengan jumlah peserta 150 orang. Pemeriksaan pre-operasi dimaksudkan untuk mengidentifikasi kondisi pasien secara holistik, meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda vital, pemeriksaan mata, pemeriksaan penunjang mata, pemeriksaan laboratorium dan rapid test. Pemeriksaan pre-operasi dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Dari hasil pemeriksaan pre-operasi didapatkan jumlah pasien yang dilakukan operasi sebanyak 42 pasien katarak dan 12 pasien pterygium. Sebanyak 20 pasien juga mendapatkan kacamata berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.

“Pasien yang Iolos skrining selanjutnya dilakukan tindakan operasi mata pada Minggu 23 Agustus 2020 di Gedung Kamar Operasi dengan fasilitas dan pelayanan premium,” kata dia.

Pasien yang telah dioperasi selanjutnya diminta kontrol di RS Mata ”Dr YAP" pada H+1 dan H+7 pascaoperasi dengan tujuan memantau tajam penglihatan dan menjamin mutu pelayanan operasi.

Alida mengakui, kebutaan dan gangguan tajam penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. terutama pada negara betkembang. Secara global terdapat 37 juta orang mengalami kebutaan, total 161 juta orang mengalami gangguan tajam penglihatan. “Angka kebutaan di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia,” ucapnya.

Katarak atau kekeruhan lensa mata merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia. 77,7 persen kebutaan disebabkan oleh katarak. Merujuk data, dia menyampaikan prevalensi kebutaan akibat katarak pada penduduk umur 50 tahun ke atas di Indonesia sebesar 1,9 persen.

“Dengan angka prevalensi katarak tersebut jumlah cataract surgical rate masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan target penanggulangan gangguan penglihatan di Indonesia,” kata dia.

Seperti diketahui, katarak merupakan proses kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa mata. Penyebabnya karena faktor usia, trauma, penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, maupun bawaan Iahir.

Gejala yang dirasakan penderita katarak adalah penglihatan yang berkabut, silau, apabila dilihat dengan bantuan cahaya pada pupil akan terlihat keruh. Katarak dapat diatasi melalui tindakan operasi dengan tujuan mengganti lensa yang keruh dengan lensa tanam intraokular. (sol)