Pandemi Mempengaruhi Perdagangan Dunia

Pandemi Mempengaruhi Perdagangan Dunia

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Forum Angkutan Logistik MTI, Ibrahim Khoilul Rohman,  mengungkapkan pandemi Covid-19 berpengaruh signifikan pada penurunan perdagangan dunia. Pengaruh penurunan tersebut terutama pada penurunan keuntungan hingga 50 persen dan pengurangan tenaga kerja mencapai 20 persen.

Penerapan protokol kesehatan untuk mengurangi penyebaran Covid-19 memiliki korelasi yang setara dengan penurunan mobilitas. Itulah Oleh langkah yang harus dilakukan dalam jangka pendek.

“Di antaranya bernegosiasi dengan perusahaan besar pelayaran utama (Main Lone Operator - MLO) untuk memberikan slot khusus komoditas Indonesia terutama dengan nilai tambah yang tinggi," papar Ibrahim dalam Webinar Outlook Transportasi Tahun 2021, Senin (28/12/2020).

Dosen Ekonomi Makro FEB Universitas Indonesia dan Head of Samudera Indonesia Research Initiatives itu menyatakan,  UKM yang menganggap tarif pengangkutan terlalu mahal dibandingkan nilai barang, serta konsolidasi kargo dan kemungkinan beralih ke curah kering.

Pada jangka menengah dan panjang perlu mengurangi ketergantungan pada pedagang daerah, serta meningkatkan positioning eksporter Indonesia yaitu mengubah istilah ekspor dari FOB menjadi CIF.

“Peluang yang dapat ditangkap pada masa pandemi adalah perdagangan eceran dan e-commerce. Nilai bruto perdagangan Internet di ASEAN akan melebihi 100 miliar Dolar GMV tahun ini," paparnya.

Suyono Dikun, pendiri dan sesepuh Masyarakat Transportasi Indonesia menambahkan pada 2021 belanja pemerintah fokus kepada penanganan Covid-19, pemulihan ekonomi serta transformasi ekonomi.

Berdasarkan kajian Bappenas tahun 2018, Visi Ekonomi 2045 adalah proses perubahan struktur ekonomi ke arah yang lebih produktif dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5 persen per tahun.

Secara global, terdapat kencenderungan teknologi akan menjadi kekuatan disruptif utama. Industri, kedirgantaraan, infrastruktur, transportasi dan industri otomotif sebagian besar akan didorong oleh aplikasi otonom yang didukung oleh kemajuan teknologi, seperti 5G, 6G, blockchain, komputasi kuantum, kendaraan terhubung, sensorisasi perangkat, mata uang digital, robot pribadi, dan elektronik fleksibel.

Karena itulah, kata dia, operator transportasi harus semakin inovatif dan kreatif. Sebab transportasi di masa depan  yang diinginkan adalah bersifat sustainable, integrasi antarmoda dan selaras dengan tata ruang. “Transportasi juga dituntut ramah lingkungan, SDM berkualitas,” ujarnya.

Menurut Suyono, teknologi sebagai kekuatan disruptif juga akan berdampak besar pada berbagai industri dan mengubah cara hidup, berkomunikasi dan menjalankan bisnis, termasuk di bisnis transportasi.

Karenanya operator transportasi harus mampu mengembangkan moda tersebut yang terintegrasi dengan ekonomi, hemat energi dan ber-EBT, berteknologi tinggi dan berkeselamatan tinggi.

“Diperlukan outlook transportasi 2021 sebagai upaya untuk mengetahui apa yang akan terjadi dan perlu upaya apa untuk menyongsong transportasi masa depan," katanya.

Bambang Susantono, Vice-President for Knowledge Management and Sustainable Development Asian Development Bank (ADB) selaku keynote speaker menyampaikan transportasi tetap akan menjadi tulang punggung dari suatu negara pada kondisi pandemi ataupun tidak.

Transportasi berperan mengatasi kemiskinan, menyediakan akses ke pendidikan, kesehatan dan pusat-pusat ekonomi.

“Kebijakan transportasi yang baik perlu dilakukan dengan penerapan SDG yaitu Safety, aman dalam prioritas kesehatan, Digitalize, berbasis teknologi informasi dan Green, ramah lingkungan,” katanya. (*)