Keluarga Berperan dalam Pendidikan Karakter Bangsa

Yang jauh lebih penting adalah bagaimana mengamalkan isi dari Surat Al Mauun.

Keluarga Berperan dalam Pendidikan Karakter Bangsa
Anggota MPR RI Fraksi PAN, Ibnu M Bilaludin dalam Sosialisasi 4 Pilar di Kecamatan Lendah dan sekitarnya, Sabtu (22/7/2023). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Anggota MPR RI Fraksi PAN, Ibnu M Bilaludin, mengungkapkan keluarga berperan penting dalam memulai pendidikan karakter anak. Sebab keluarga merupakan komunitas pertama dalam mengajarkan nilai-nilai akhlak pada anak-anak.

Ibnu menyampaikan paparan tersebut dalam Sosialisasi 4 Pilar bersama sekitar 150 peserta perwakilan tokoh masyarakat dari Kapanewon Lendah dan sekitarnya, Sabtu (22/7/2023).

Ibnu Mahmud menceritakan tentang keteladanan KH Ahmad Dahlan dalam mengejawantahkan makna Surat Al Mauun.

Menurut dia, murid-murid KH Ahmad Dahlan memprotes kenapa mereka yang merasa sudah hafal bacaan Surat Al Mauun, namun masih terus-menerus untuk mengajarkan Surat Al Mauun kepada mereka.

Ternyata akhirnya baru disadari setelah diterangkan oleh KH Ahmad Dahlan, bahwa hafal bacaan saja tidaklah cukup, namun yang jauh lebih penting adalah bagaimana mengamalkan isi dari Surat Al Mauun tersebut.

"Akhirnya muncul yang kita kenal saat ini dengan istilah teologi Al Mauun, bahwa bagi kita, murid-murid dan penerus perjuangan Kiai Dahlan, warga persyarikatan Muhammadiyah, bahwa orang akan dianggap pendusta agama jika menghardik anak yatim, tidak menyantuni mereka, tidak membuat cerdas anak yatim, tidak membuat anak yatim menjadi orang-orang yang mandiri dari orang lain. Dan dari teologi al mauun itulah kemudian berdiri panti asuhan Muhammadiyah, sekolah Muhammadiyah, dan sebagainya," ungkap Ibnu dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/7/2023).

Ibnu lantas menceritakan saat perang dunia kedua berakhir, Jepang mengalami kehancuran luar biasa karena kekalahan. Maka saat kaisar Akihito mengumpulkan para pejabat kekaisaran, pertanyaan pertama yang diajukan bukan berapa dana kas negara yang tersisa, bukan berapa prajurit yang masih ada, namun berapa jumlah guru yang masih ada.

"Betapa kaisar Akihito sangat menyadari bahwa untuk bangkit setelah kehancuran, maka karakter dan sikap pantang menyerah adalah kunci, dan itu semua hanya bisa diwujudkan dengan adanya pendidikan, sehingga peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam rencana besar untuk kebangkitan kembali negara Jepang," sambung Ibnu.

Sekretaris Pimpinan Daerah Aisyiyah Kulonprogo, Barokatussolihah, menguraikan tentang pendidikan karakter yang menghadapi tantangan karena perubahan kebiasaan manusia.

Dalam pelaksanaan pembelajaran terutama penerapan pendidikan karakter, tidak bisa hanya dilaksanakan oleh lembaga pendidikan sendiri, namun juga memerlukan dukungan kerja sama dengan orang tua, pengelola yayasan, masyarakat setempat dan instansi lain, dan terutama juga dari pemerintah selaku pemegang mandat bernegara.

"Pendidikan karakter terutama harus dimulai dari keluarga, hal ini dikarenakan keluarga merupakan wahana pendidikan pertama. Keberhasilan pendidikan karakter terutama diawali oleh keluarga yang menjadi proses awal pembentukan karakter seseorang. Hal ini karena keluarga merupakan lingkungan tumbuh berkembangnya anak sejak usia dini hingga dewasa," tandas dia. (*)