Kecewa Terhadap Sunda Empire, Toto Mendirikan KAS

Kecewa Terhadap Sunda Empire, Toto Mendirikan KAS

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO – Keraton Agung Sejagad (KAS) dan Sunda Empire (SE) diduga ada keterkaitan. Keduanya membangun jaringan dengan dalih dapat menarik Esa Monitoring Found (EMF) yang berada di Bank Swiss.

Hal ini diungkap oleh Linda (nama samaran), salah satu anggota Jogja Development Committee (Jogja-DEC) yang juga warga Desa Pogung Jurutengah RT 03 RW 01, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Wanita berusia 42 tahun ini mengaku pernah diajak Toto Santoso mengikuti kegiatan Sunda Empire di Bandung, Jawa Barat pada tahun 2016.

“Saya diajak Pak Totok bersama ratusan orang dari Purworejo. Ada empat bus yang berangkat ke Bandung. Dua bus dari Jogja dan dua bus dari Purworejo,” beber Linda kepada koranbernas.id, Kamis (23/1/2020).

Menurut Linda, saat itu di Bandung acara dipusatkan di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan tema Napak Tilas Hari Lahirnya United Nations, 24 Oktober 2016. “Kami semua ketemu juga dengan para petinggi Sunda Empire. Dan kami berseragam lengkap dengan lencana Sunda Empire yang kami beli seharga tiga juta (rupiah),” ucap Linda.

Awalnya, Linda bergabung pada kegiatan Purworejo Development Committee (Purworejo-DEC), sebuah organisasi yang sama dengan Jogja DEC. “Semangat saya saat itu adalah untuk kerja. Awal bergabung saya diminta mengumpulkan foto copy KTP dan KK. Lalu saat dijanjikan akan pencairan dana, saya diminta mengumpulkan foto copy ijazah terakhir dan foto copy KK lagi,” terangnya.

Namun, hingga sekarang janji Toto yang akan segera mencairkan dana tersebut, nihil.

Saat mengikuti acara Sunda Empire Napak Tilas Lahirnya UN, salah satu pemimpin SE mengatakan bahwa dialah yang bisa mencairkan dana dari Bank Swiss. “Dari obrolan-obrolan kami para anggota, diketahui Pak Toto kecewa dengan Sunda Empire dan akhirnya mendirikan sendiri Keraton Agung Sejagat (KAS) di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo ini,” ungkap Linda.

Pernyataan Linda itu dibenarkan oleh Priyadi (juga nama samaran), warga Desa Sumbersari, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, kepada koranbernas.id, Kamis (23/1/2020). Pada Oktober 2016 dirinya mengikuti perjalanan ke Bandung, Jawa Barat guna mengikuti kegiatan Sunda Empire.

"Saat itu karena keterbatasan biaya, saya tidak membayar uang segaram. Saya hanya mengeluarkan 200 ribu (rupiah) untuk ogkos bus," terangnya.

Menurut Priyadi, saat acara SE Napak Tilas Hari Lahirnya United Nations, dirinya hanya melihat dari kejauhan. "Saya minder karena tidak memakai seragam," ucapnya.

Tetapi, lanjutnya, setelah kepergiannnya dari Bandung, Priyadi memutuskan non-aktif dari kelompok tersebut. "Saya masih sering dihubungi teman-teman untuk bergabung, tetapi saya tolak," ujarnya.

Priyadi juga membenarkan bahwa wajah-wajah anggota KAS, sebagian besar sudah dikenalnya saat melakukan perjalanan ke Bandung tahun 2016. (eru)