Kebumen Rawan Tanah Longsor dan Tanggul Jebol
KORANBERNAS.ID — Kemarau panjang dan hujan deras diawal musim penghujan berpotensi menimbulkan tanah longsor dan tanggul jebol. Karena itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen mengingatkan kepada masyarakat, agar mewaspadai rawan tanah longsor dan banjir yang disebabkan tanggul jebol di awal musim penghujan.
“Prakiraan BMKG awal musim hujan pada dasarian ketiga Oktober ini, tapi diperbaharui prakiraan awal musim hujan baru dasarian pertama November,“ kata Eko Widiyanto Kepala Harian BPBD Kebumen kepada koranbernas.id, Senin (21/10/2019).
Perubahan prakiraan awal musim hujan yang diumumkan Badan Meteorolgi KIimatologi dan Geofisika (BMK), disebabkan perubahan angin siklon di selatan Jawa. Jika awal musim hujan benar mundur pada November 2019, berarti musim kemarau tahun ini lebih panjang, dibanding musim kemarau tahun 2018. Hal ini mengakibatkan tanah mudah longsor jika terjadi hujan dengan intesitas tinggi dikala tanah dalam kondisi sangat kering.
Potensi bencana lain yang disebabkan curah hujan tinggi di awal musim hujan diantaranya tanggul jebol. Karena itu pihaknya sudah meminta kepada kepala desa dan lurah yang wilayahnya ada tanggul sungai rawan jebolagar melaporkan kepada Bupati Kebumen.
Data tanggul rawan jebol akan dilapporkan Bupati Kebumen kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mendapat penanganan fisik.
“Pada bagian tanggul sungai yang pernah jebol baru ditangani darurat,“ kata Eko Widiyanto
Kewenangan memperbaiki tanggul secara permanen menjadi tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak. Pemkab Kebumen tidak memungkinkan merehabilitasi tanggul jebol karena menjadi kewenangan dinas yang berkantor di Yogyakarta.
Kemarau panjang tahun ini juga menyebabkan kesulitan air bersih yang lebih luas, dibanding kesulitan air bersih tahun 2018. Hingga sekarang sudah ada 84 desa di Kebumen yang secara berkala mendapat bantuan kiriman air bersih. Kiriman air bersih, selain bersumber dari APBD Kabupaten Kebumen juga dari Corporate Social Responbility (CSR) BUMN damn BUMD serta PMI Cabang Kebumen.
“Bencana lain yang dikhawatirkan timbul, paceklik pangan di beberapa daerah, karena gagal panen. Hingga sekarang hujan belum turun, sedangkan air Waduk Wadaslintang yang semestinya sudah bisa dialirkan sejak 1 Oktober 2019, ternyata hingga pekan keempat Oktober belum dialirkan. Kondisi ini mengkhawatirkan terjadi paceklik pada petani yang menggarap sawah berpengairan tehnis," jelasnya.
Pengamatan koranbernas.id, kemarau panjang mengakibatkan air untuk pengolahan air bersih PDAM Kebumen turun drastis. Kondisi ini mengakibatkan nasib pelanggan PDAM Kebumen sama dengan warga di daerah kekeringan. Mereka mendapat kiriman air dengan tangki, seperti pelanggan di Perumahan Korpri Jatimulyo, Alian, Kebumen. (yve)